Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Tidak kurang dari delapan buku (yang paling terkenal ialah Agricultural Involution, Negara, Peddlers and Princes) tentang Indonesia (Jawa dan Bali) Islam Observed (studi perbandingan Indonesia, khususnya Jawa dan Maroko) yang telah ditulisnya. Buku tentang sistem kekerabatan Bali ditulisnya bersama isterinya (Hildred Geertz). Kumpulan tulisannya yang bersifat teori yang paling terkenal ialah The Interpretation of Cultures (1973). Akhirnya, terasa juga betapa sukarnya membebaskan diri dari sebuah khayal yang nakal tetapi menggelitik, kalau sebuah karya ilmiah yang mengasyikkan telah selesai dibaca. Kalau Geertz benar—dan tampaknya ia tidaklah salah—bahwa ada tiga kecenderungan besar dan berpengaruh dalam kehidupan keagamaan di kalangan masyarakat Jawa, apalagi ketika berbagai asumsi kultural dirumuskan sebagai ideologi partai, maka bagaimanakah terlupakan konsep keutuhan NASAKOM sebagai landasan kehidupan politik? Jangan-jangan ketika mengharuskan—ya, mengharuskan—bangsa dan negara dalam suasana “asummary of many revolutions in One generation”, yang diajarkannya di saat-saat ia lebih suka disebut Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno tidak teringat pada seruannya di masa muda (1926) ketika ia menampilkan artikel yang pantas dianggap sebagai salahsatu klasik dalam sejarah pergerakan kemerdekaan, yang menyerukan persatuan “Nasionalisme, Islam dan Marxisme”. Jangan-jangan keharusan struktur politik dengan pilar NASAKOM itu karena ia membayangkan apa jadinya kalau proses ideologisasi dan politisasi telah semakin menggerogoti kehidupan sosial politik dari tiga golongan yang dikisahkan Geertz. Jangan-jangan..., tetapi sudahlah. Buku yang kreatif memang bisa juga memancing ingatan dan pikiran yang kadang-kadang datangnya tidak sengaja. Jadi bagaimana kesimpulannya? “Wallahualam”, adalah jawaban yang paling tepat. Taufik Abdullah Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia