Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
BAB I Pesta Komunal Slametan Sebagai Upacara Inti Di pusat seluruh sistem keagamaan orang Jawa terdapat sebuah upacara kecil, sederhana, formal, tidak dramatis dan hampir mengandung rahasi slametan (terkadang disebut juga kendurdn). Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan upacara keagamaan paling umum di dunia, pesta komunal. Sama seperti di hampir segua tempat, ia melambangkan kesatuan mistik dan sosial dari mereka yang ikut serta di dalamnya. Handai-taulan, tetangga, rekan sekerja, sanak-keluarga, arwah setempat, nenekmoyang yang sudah mati serta dewa-dewa yang hampir terlupakan, semuanya duduk bersama dan karena itu, terikat ke dalam sebuah kelompok sosial tertentu yang berikrar untuk tolong- menolong dan bekerjasama. Di Mojokuto, slametan menjadi semacam wadah bersama masyarakat, yang mempertemukan berbagai aspek kehidupan sosial serta pengalaman individual, dengan suatu cara yang memperkecil ketidakpastian, ketegangan dan konflik—atau setidaknya dianggap berbuat demikian. Perubahan bentuk kehidupan kota serta bagian pinggir kota pada abad ke-20 di Jawa menyebabkan slametan agak kurang efisien sebagai mekanisme integrasi dan agak kurang memuaskan sebagai sebuah pengalaman keagamaan bagi banyak orang, tetapi di antara kelompok yang digambarkan di sini sebagai abangan—petani- petani yang lebih tradisional serta kawan senasib mereka yang sudah terproletarisasi di kota—slametan masih tetap memiliki kekuatan dan daya tarik aslinya. Slametan dapat diadakan untuk merespons nyaris semua kejadian yang ingin diperingati, ditebus atau dikuduskan. Kelahiran, perkawinan, sihir, kematian, pindah rumah, mimpi buruk, panen, ganti nama, membuka pabrik,sakit,memohon kepada arwah penjaga desa, khitanan dan permulaan Suaturapat politik, semuanya bisa menyebabkan adanya slametan. Tekanan