Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
وهذا الوجه هو الذي اختاره البخاري، فقد فسّر الإحصاء بالحفظ، وذلك لورود رواية أخرى فيها " من حفظها ".
ثانيها: المراد بالإحصاء الإطاقة، والمعنى من أطاق القيام بحق هذه الأسماء والعمل بمقتضاها، وهو أن يعتبر معانيها، فيلزم نفسه بموجبها، فإذا قال: " الرزّاق " وثق بالرزق، وكذا سائر الأسماء.
ثالثهما: المراد بها الإحاطة بجميع معانيها.
وقيل: أحصاها عمل بها، فإذا قال: " الحكيم " سلم لجميع أوامره وأقداره، وأنها جميعها على مقتضى الحكمة.
وقال ابن بطال: طريق العمل بها:
١- ما يسوغ الاقتداء به كالرحيم والكريم، فيمرن العبد نفسه على أن يصح له الاتصاف بها، يعني فيما يقوم به.
٢- وما كان يختص به نفسه كالجبار والعظيم، فعلى العبد الإقرار بها، والخضوع لها، وعدم التحلي بصفة منها.
٣- وما كان فيها معنى الوعد يقف فيه عند الطمع والرغبة.
٤- وما كان فيها معنى الوعيد يقف منه عند الخشية والرهبة.
والظاهر أنّ معنى إحصائها حفظها، والقيام بعبوديتها كما أنّ القرآن لا ينفع حفظ ألفاظه من لا يعمل به، بل جاء في صفة المرَّاق من الدّين أنّهم يقرؤون القرآن لا يجاوز حناجرهم. (١)
ولعلّ ابن حجر العسقلاني قد قارب الصواب عندما عدّ تسعة وتسعين اسماً آخذاً إياها من القرآن الكريم، وبذلك يوافق حديث أبي هريرة في عددها، ونحن نسوقها كما سردها:
(١) يقول أ. د. عمر الأشقر: تبين لنا بعد أن توسعنا في دارسة هذا الموضوع في كتابنا (أسماء الله وصفاته في معتقد أهل السنة) أن القول الراجح في معنى (أحصاها) : حفظها.
Inilah makna yang dipilih oleh Imam al-Bukhari. Beliau menafsirkan kata “iḥṣā’” (menghitung) dengan makna “menghafal”, karena adanya riwayat lain yang berbunyi: “Barang siapa menghafalnya.”
Makna kedua: yang dimaksud dengan iḥṣā’ adalah kemampuan, yaitu barang siapa mampu menunaikan hak-hak nama-nama tersebut dan beramal sesuai dengan konsekuensinya. Yakni dengan memperhatikan makna-maknanya dan mewajibkan dirinya untuk tunduk kepada tuntutannya. Maka jika ia berkata “ar-Razzāq (Maha Pemberi Rezeki)”, ia pun merasa yakin dengan rezeki yang Allah berikan. Demikian pula dengan nama-nama Allah yang lain.
Makna ketiga: yang dimaksud adalah meliputi seluruh makna nama-nama itu.
Ada pula yang mengatakan: maksudnya adalah beramal dengannya. Jika ia berkata “al-Hakīm (Maha Bijaksana)”, maka ia harus menerima semua perintah dan ketetapan Allah, dan meyakini bahwa semuanya sesuai dengan hikmah.
Ibnu Baththal berkata: cara mengamalkan nama-nama Allah ada tiga tingkatan:
Nama-nama yang boleh diteladani, seperti ar-Rahīm (Maha Penyayang) dan al-Karīm (Maha Pemurah). Seorang hamba melatih dirinya agar memiliki sifat tersebut dalam batas yang layak bagi manusia.
Nama-nama yang khusus hanya bagi Allah, seperti al-Jabbār (Maha Perkasa) dan al-‘Azhīm (Maha Agung). Seorang hamba wajib mengakui dan tunduk terhadap nama-nama ini serta tidak boleh mengklaim sifat-sifat itu untuk dirinya.
Nama-nama yang mengandung makna janji, maka seorang hamba berhenti padanya dengan penuh harap dan keinginan.
Nama-nama yang mengandung makna ancaman, maka seorang hamba berhenti padanya dengan penuh rasa takut dan cemas.
Yang tampak, makna “iḥṣā’” adalah menghafal nama-nama Allah dan menunaikan penghambaan terhadapnya. Sebagaimana Al-Quran tidak bermanfaat bagi orang yang hanya menghafal lafazhnya tanpa beramal dengannya. Bahkan disebutkan tentang kaum Khawarij bahwa mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka.
Tampaknya Ibn Hajar al-‘Asqalani mendekati kebenaran ketika beliau menghitung sembilan puluh sembilan nama Allah langsung dari Al-Quran, sehingga sesuai dengan hadits Abu Hurairah tentang jumlah nama-nama tersebut. Berikut ini kami sebutkan sebagaimana beliau menghimpunnya.