Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Inilah makna yang dipilih oleh Imam al-Bukhari. Beliau menafsirkan kata “iḥṣā’” (menghitung) dengan makna “menghafal”, karena adanya riwayat lain yang berbunyi: “Barang siapa menghafalnya.”
Makna kedua: yang dimaksud dengan iḥṣā’ adalah kemampuan, yaitu barang siapa mampu menunaikan hak-hak nama-nama tersebut dan beramal sesuai dengan konsekuensinya. Yakni dengan memperhatikan makna-maknanya dan mewajibkan dirinya untuk tunduk kepada tuntutannya. Maka jika ia berkata “ar-Razzāq (Maha Pemberi Rezeki)”, ia pun merasa yakin dengan rezeki yang Allah berikan. Demikian pula dengan nama-nama Allah yang lain.
Makna ketiga: yang dimaksud adalah meliputi seluruh makna nama-nama itu.
Ada pula yang mengatakan: maksudnya adalah beramal dengannya. Jika ia berkata “al-Hakīm (Maha Bijaksana)”, maka ia harus menerima semua perintah dan ketetapan Allah, dan meyakini bahwa semuanya sesuai dengan hikmah.
Ibnu Baththal berkata: cara mengamalkan nama-nama Allah ada tiga tingkatan:
Nama-nama yang boleh diteladani, seperti ar-Rahīm (Maha Penyayang) dan al-Karīm (Maha Pemurah). Seorang hamba melatih dirinya agar memiliki sifat tersebut dalam batas yang layak bagi manusia.
Nama-nama yang khusus hanya bagi Allah, seperti al-Jabbār (Maha Perkasa) dan al-‘Azhīm (Maha Agung). Seorang hamba wajib mengakui dan tunduk terhadap nama-nama ini serta tidak boleh mengklaim sifat-sifat itu untuk dirinya.
Nama-nama yang mengandung makna janji, maka seorang hamba berhenti padanya dengan penuh harap dan keinginan.
Nama-nama yang mengandung makna ancaman, maka seorang hamba berhenti padanya dengan penuh rasa takut dan cemas.
Yang tampak, makna “iḥṣā’” adalah menghafal nama-nama Allah dan menunaikan penghambaan terhadapnya. Sebagaimana Al-Quran tidak bermanfaat bagi orang yang hanya menghafal lafazhnya tanpa beramal dengannya. Bahkan disebutkan tentang kaum Khawarij bahwa mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka.
Tampaknya Ibn Hajar al-‘Asqalani mendekati kebenaran ketika beliau menghitung sembilan puluh sembilan nama Allah langsung dari Al-Quran, sehingga sesuai dengan hadits Abu Hurairah tentang jumlah nama-nama tersebut. Berikut ini kami sebutkan sebagaimana beliau menghimpunnya.