Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 24
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 24 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

النظرية لا يؤيدها الواقع المشاهد:

١- لو كانت النظرية حقا لشاهدنا كثيراً من الحيوانات والإنسان تأتي إلى الوجود عن طريق التطور، لا عن طريق التناسل فقط. وإذا كان التطور يحتاج إلى زمن طويل فذلك لا يمنع من مشاهدة قرود تتحول إلى آدميين في صورة دفعات متوالية.

٢- لو سلمنا أنّ الظروف الطبيعية والانتخاب الطبيعي؛ قد طورت قرداً إلى رجل - مثلاً - فإنّا لن نسلم أبداً بأن هذه الظروف قد قرّرت أيضاً أن تكون امرأة لذلك الرجل، ليستمرا في التناسل والبقاء مع الموازنة بينهما.

٣- إن القدرة على التكيف التي نشاهدها في المخلوقات كالحرباء التي تتلون بحسب المكان، هي مقدرة كائنة في تكون المخلوقات، تولد معها، وهي عند بعضها وافرة، وعند بعضها الآخر تكاد تكون معدومة، وهي عند جميع المخلوقات محدودة لا تتجاوز حدودها، فالقدرة على التكيف صفة كامنة، لا صفة متطورة تكونها البيئة كما يزعم أصحاب النظرية، وإلا كانت البيئة فرضت التكيف على الأحجار والأتربة وغيرها من الجمادات.

٤- تمتاز الضفادع على الإنسان بمقدرة على الحياة في البر والماء، كما تمتاز الطيور عليه بمقدرة الطيران والانتقال السريع وذلك بدون آلة، كما أن أنف الكلب أشدّ حساسية من أنف الإنسان، فهل أنف الكلب أكثر رقياً من أنف الإنسان؟

وهل الضفادع والطيور أرقى من الإنسان في بعض الجوانب؟

كما أنَّ عين الجمل أو الحصان أو الحمار ترى في النهار وفي المساء على السواء، في حين تعجز عين الإنسان عن الرؤية في الظلام، كما أن عين الصقر أشدّ حدة من عين الإنسان. فهل الصقر أو الحمار أرقى من الإنسان؟ وإذا أخذنا الاكتفاء الذاتي أساساً للرقي كما هو بالنسبة لحال الدول فإنّ النبات يفوق الإنسان وجميع الحيوانات، لأنّه يصنع طعامه وطعام غيره دون أن يحتاج لغذاء من غيره.

وإذا أخذنا الضخامة أساساً للرقي، عندئذ يجب أن يكون الجمل والفيل وحيوانات ما قبل التاريخ الضخمة أرقى من الإنسان.

Bahasa Indonesia Translation

Teori ini tidak didukung oleh realitas yang teramati:

1- Seandainya teori itu benar, tentu kita akan menyaksikan banyak hewan dan manusia yang datang ke dunia melalui proses evolusi, bukan hanya melalui perkawinan. Dan jika evolusi membutuhkan waktu yang lama, hal itu tidak menghalangi adanya pemandangan kera yang berubah menjadi manusia secara bertahap dan berkesinambungan.

2- Seandainya kita menerima bahwa kondisi alamiah dan seleksi alam telah mengubah seekor kera menjadi manusia, misalnya, maka kita tidak akan pernah menerima bahwa kondisi tersebut juga “memutuskan” untuk menjadikan seorang perempuan bagi laki-laki itu agar keduanya bisa melanjutkan keturunan dan tetap bertahan hidup dengan keseimbangan di antara mereka.

3- Kemampuan beradaptasi yang kita saksikan pada makhluk hidup, seperti bunglon yang dapat berubah warna sesuai tempatnya, adalah kemampuan yang melekat dalam ciptaan makhluk sejak lahir. Pada sebagian makhluk kemampuannya besar, pada sebagian lain hampir tidak ada, dan pada semua makhluk kemampuan itu terbatas tidak bisa melampaui batasnya. Maka kemampuan beradaptasi adalah sifat bawaan, bukan sifat yang berkembang akibat lingkungan sebagaimana klaim para pendukung teori. Jika benar lingkungan yang memaksakan adaptasi, mestinya batu, tanah, dan benda mati lainnya juga dipaksa untuk beradaptasi.

4- Katak lebih unggul daripada manusia karena mampu hidup di darat dan di air, burung lebih unggul karena mampu terbang dan berpindah dengan cepat tanpa alat. Hidung anjing lebih sensitif daripada hidung manusia, lalu apakah hidung anjing lebih tinggi derajatnya daripada hidung manusia? Apakah katak dan burung lebih mulia daripada manusia dalam sebagian aspek? Mata unta, kuda, atau keledai mampu melihat siang dan malam sekaligus, sedangkan mata manusia tidak bisa melihat dalam gelap. Mata elang lebih tajam daripada mata manusia, maka apakah elang atau keledai lebih mulia daripada manusia? Jika kita menjadikan kemandirian sebagai tolok ukur kemuliaan sebagaimana halnya negara, maka tumbuhan jauh lebih unggul dari manusia dan hewan karena ia dapat membuat makanannya sendiri bahkan makanan makhluk lain tanpa membutuhkan suplai dari luar. Jika kita menjadikan ukuran tubuh sebagai tolok ukur kemuliaan, maka unta, gajah, dan hewan-hewan besar zaman purba lebih tinggi derajatnya daripada manusia.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 24 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi