Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Tetapi sungguhpun sudah masyhur itu tentang AMIN, namun di dalam seluruh naskah al-Guran tidaklah Amin itu dimasukkan, sebab tidak ada dalam rangkaian wahyu al-Fatihah yang 7 ayat itu. Adapun arti Amin itu Sendiri, menurut keterangan kebanyakan ahl-ahli £ “YaTuhan, perkenankanlah permohonan imuialah: €3 12 kami.” EA Di dalam kitab aos-Shihah, artinya ialah: — “KNI — “Demikionlah hendaknya." . Menurut Hilal bin Yasaaf dan Mujahid, Amin itu ialah salah satu daripada nama Allah. Menurut Imam Termidzi artinyaG7 5 “ 8Y “Jangan Tuhan kecewakan harapan kami." Menurut riwayat dari Ibnu Abbas dia sendiri menanyakan artinya kepada Rasululah. Belau jawab artinya ialah: — Gan5 — “Ya Tuhanku, ber tindaklah.” Al-Fatihah Dengan Bahasa Arab Tadi di atas telah kita nukilkan sebuah Hadis bahwasanya sembahyang tidaklah sah kalau tidak membaca al-Fatihah. Dan hendaklah dia dibaca pada tiap-tiap rakaat. Oleh sebab itu menjadi jelaslah bahwa wajib bagi kita meng. hafalnya di luar kepala. Dan menjadi wajiblah kita tahu akan maknanya, supaya sesuai bacaan mulut kita dengan arti terkandung dalam hati. Ada satu saran yang amat berbahaya di zaman-zaman akhir ini, yaitu membaca bacaan sembahyang dengan bahasa Indonesia. Katanya karena mempertahankan bahasa nasional. Kalau saran itu berjalan, terancamlah kita oleh bahaya rohani yang besar sekali, yaitu kita terputus dari pangkalan agama kita, dari keasliannya yang diterima dari Nabi Muhammad s.a.w. Kecintaan kita kepada bahasa dan bangsa kita bukanlah berarti merusakkan pusaka akidah dan kepercayaan yang telah kita anut. Di antara hidup kita sebagai orang Islam tidaklah dapat dicerai tanggalkan dari al-Guran. Kata-kata yang menyarankan sembahyang dengan bahasa nasionalitu dengan tidak disadari adalah sisa sisa peninggalan penjajahan yang 350 tahun lamanya mencoba merubah cara kita berfikir. Di dalam bangsa penjajah mencoba menghilangkan pengaruh bahasa Arab itu, penjajah berusaha keras memasukkan bahasanya sendiri. Sampai saat sekarang ini (1965), sudah 20 tahun kita mencapai kemerdekaan bangsa, masih ada orang yang sukar bercakap dalam bahasa nasionalnya dan lebih gampang lidahnya bercakap dalam bahasa Belanda. Padahal pramasastra dan tatabahasa kita yang berpokok pangkal dari bahasa Melayu lebih berdekat dengan bahasaArab daripada dengan bahasa Belanda. Kalau kita dalam bahasa kita menyebut nama negeri Bukittinggi, bukan High Mountain yang kalau diartikan ke bahasa kita menjadi Tinggi Bukit. Kalau kita menyebut dalam bahasa kita Rumahku dalam bahasa Arabnyapun disebut Baiti, yang artinya rumahku juga, bukan Mijn Huis, yang berarti Saya Rumah, atau aku rumah,