Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
saya jawab: “Kakanda lupa, bahwa itu adalah percikan dari ajaran kakanda sendiri”.
Moga-moga puas kiranya hati beliau membaca “Tafsirku” ini.
Orang ketiga yang saya kenangkan ialah isteri saya sendiri. Siti Raham binti Endah Sutan. Masih kanak-kanak, kalau diukur dengan cara sekarang, kami telah dikawinkan 29 April 1929, saya dalam usia 22 tahun dan dia usia 15 tahun.
Dari mulai anak tangga pertama dalam perjuangan hidup, untuk meminta sedikit luangn tempat dalam masyarakat bangsa dan agama, dia telah mendampingi saya.
Sekarang kami telah beranak-pinak dan bercucu. Dia telah mengikuti saya dan mendampingi saya dalam hidup selarut selama itu; tidak pernah mengeluh ketika hidup kami melarat, dan tidak pernah menyombong waktu hidup kami menaik, cuma berurai airmata seketika saya dengan paksa dipisahkan dengan dia lebih dari dua tahun.
Dia adalah pahlawan yang tidak dikenal, yang disadarinya atau tidak, telah banyak memberikan pendorong bagiku buat maju. Sampai sekarang, telah dekat 40 tahun kami kawin, namun dia tetap dalam kesederhanaannya, maka di waktu menjelang tua ini, dia yang lebih banyak membimbing saya.
Emas perak tidak ada yang akan saya tumpukkan di muka kakinya sebagai tanda syukur atas pemeliharaan Allah terhadap rumahtangga yang kami bina. Tetapi “Tafsir” ini akan lebih daripada emas dan perak, sebab dia adalah hasil dari keringat saya ketika letih menyusunnya, dan hasil dari airmata saya, seketika menulis di tempat sepi, lalu terkenang kepada dia.
Dan di samping semuanya itu teringatlah saya kepada Almarhumah ibu saya, Shafiyah binti Bagindo Nan Batuah, yang meninggal dunia pada tahun 1934; dengan air-susunya saya dibesarkan, dengan cinta kasih-sayangnya dipupuk saya sampai dewasa. Sayang sekali sebelum saya dapat menunjukkan khidmat dan membalas cintanya, dia telah meninggal dunia.
Moga-moga Allah melapangkan beliau di dalam kuburnya; Amin.
Ayahku Dr. Syaikh Abdulkarim Amrullah,
Kakandaku Ahmat Rasyid Sutan Manshur,
Sisi badanku Siti Raham binti Endah Sutan,
Ibuku Shafiyah binti Bagindo Nan Batuah,
Terimalah kiranya kenang-kenangan ini.
Prof. Dr. Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah.
id) oleh admin pada 21 September 2025 - 11:54:21.saya jawab: “Kakanda lupa, bahwa itu adalah percikan dari ajaran kakanda sendiri”.
Moga-moga puas kiranya hati beliau membaca “Tafsirku” ini.
Orang ketiga yang saya kenangkan ialah isteri saya sendiri. Siti Raham binti Endah Sutan. Masih kanak-kanak, kalau diukur dengan cara sekarang, kami telah dikawinkan 29 April 1929, saya dalam usia 22 tahun dan dia usia 15 tahun.
Dari mulai anak tangga pertama dalam perjuangan hidup, untuk meminta sedikit luangn tempat dalam masyarakat bangsa dan agama, dia telah mendampingi saya.
Sekarang kami telah beranak-pinak dan bercucu. Dia telah mengikuti saya dan mendampingi saya dalam hidup selarut selama itu; tidak pernah mengeluh ketika hidup kami melarat, dan tidak pernah menyombong waktu hidup kami menaik, cuma berurai airmata seketika saya dengan paksa dipisahkan dengan dia lebih dari dua tahun.
Dia adalah pahlawan yang tidak dikenal, yang disadarinya atau tidak, telah banyak memberikan pendorong bagiku buat maju. Sampai sekarang, telah dekat 40 tahun kami kawin, namun dia tetap dalam kesederhanaannya, maka di waktu menjelang tua ini, dia yang lebih banyak membimbing saya.
Emas perak tidak ada yang akan saya tumpukkan di muka kakinya sebagai tanda syukur atas pemeliharaan Allah terhadap rumahtangga yang kami bina. Tetapi “Tafsir” ini akan lebih daripada emas dan perak, sebab dia adalah hasil dari keringat saya ketika letih menyusunnya, dan hasil dari airmata saya, seketika menulis di tempat sepi, lalu terkenang kepada dia.
Dan di samping semuanya itu teringatlah saya kepada Almarhumah ibu saya, Shafiyah binti Bagindo Nan Batuah, yang meninggal dunia pada tahun 1934; dengan air-susunya saya dibesarkan, dengan cinta kasih-sayangnya dipupuk saya sampai dewasa. Sayang sekali sebelum saya dapat menunjukkan khidmat dan membalas cintanya, dia telah meninggal dunia.
Moga-moga Allah melapangkan beliau di dalam kuburnya; Amin.
Ayahku Dr. Syaikh Abdulkarim Amrullah,
Kakandaku Ahmat Rasyid Sutan Manshur,
Sisi badanku Siti Raham binti Endah Sutan,
Ibuku Shafiyah binti Bagindo Nan Batuah,
Terimalah kiranya kenang-kenangan ini.
Prof. Dr. Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #2 | 21 Sep 2025, 11:54:21 | id | admin | Tervalidasi | — |
saya jawab: “Kakanda lupa, bahwa itu adalah percikan dari ajaran kakanda sendiri”. Moga-moga puas kiranya hati beliau membaca “Tafsirku” ini. Dari mulai anak tangga pertama dalam perjuangan hidup, untuk meminta sedikit luangn tempat dalam masyarakat bangsa dan agama, dia telah mendampingi saya. Sekarang kami telah beranak-pinak dan bercucu. Dia telah mengikuti saya dan mendampingi saya dalam hidup selarut selama itu; tidak pernah mengeluh ketika hidup kami melarat, dan tidak pernah menyombong waktu hidup kami menaik, cuma berurai airmata seketika saya dengan paksa dipisahkan dengan dia lebih dari dua tahun. Dia adalah pahlawan yang tidak dikenal, yang disadarinya atau tidak, telah banyak memberikan pendorong bagiku buat maju. Sampai sekarang, telah dekat 40 tahun kami kawin, namun dia tetap dalam kesederhanaannya, maka di waktu menjelang tua ini, dia yang lebih banyak membimbing saya. Emas perak tidak ada yang akan saya tumpukkan di muka kakinya sebagai tanda syukur atas pemeliharaan Allah terhadap rumahtangga yang kami bina. Tetapi “Tafsir” ini akan lebih daripada emas dan perak, sebab dia adalah hasil dari keringat saya ketika letih menyusunnya, dan hasil dari airmata saya, seketika menulis di tempat sepi, lalu terkenang kepada dia. Dan di samping semuanya itu teringatlah saya kepada Almarhumah ibu saya, Shafiyah binti Bagindo Nan Batuah, yang meninggal dunia pada tahun 1934; dengan air-susunya saya dibesarkan, dengan cinta kasih-sayangnya dipupuk saya sampai dewasa. Sayang sekali sebelum saya dapat menunjukkan khidmat dan membalas cintanya, dia telah meninggal dunia. Moga-moga Allah melapangkan beliau di dalam kuburnya; Amin. Ayahku Dr. Syaikh Abdulkarim Amrullah, Prof. Dr. Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amrullah. | |||||