Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 4
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 4 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

meskipun telah menulis lebih daripada 100 buku besar dan kecil di dalam bahasa Indonesia.

Ada pula syarat-syarat lain yang sangat diabaikan oleh Ulama-ulama yang telah terdahulu itu. Yaitu di dalam al-Quran sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan soal-soal alam, lautan dengan ombak gelombangnya, kapal dengan pelayarannya, tumbuh-tumbuhannya, angin dan badai, awan membawa hujan, dari hal bintang-bintang dan manzinya, dan burujnya, demikian juga keadaan matahari dan bulan. Ayat-ayat yang seperti ini jauh lebih banyak daripada ayat-ayat yang mengenai hukum dan Fiqh. Sedang penulis “Tafsir” ini tidaklah seorang keluaran Sekolah Tinggi Pertanian, tidak ada keahlian dalam Ilmu Alam.

Di dalam al-Quran berkali-kali disebut juga soal atom, sedang penulis “Tafsir” ini bukanlah seorang ahli atom. Maka kalau syarat ini hendak dipenuhi juga, pastilah “Tafsir” ini tidak jadi dikerjakan.

Tetapi, sebagai kita katakan tadi ada soal lain yang mendesak, sehingga pekerjaan ini wajib diteruskan. Yaitu sangat bangkitnya minat angkatan muda Islam di tanahair Indonesia dan di daerah-daerah yang berbahasa Melayu hendak mengetahui isi al-Quran di zaman sekarang, padahal mereka tidak mempunyai kemampuan mempelajari bahasa Arab. Beribu bahkan berjuta sekarang angkatan muda Islam mencurahkan minat kepada agamanya, karena menghadapi rangsangan dan tantangan dari luar dan dari dalam. Semangat mereka terhadap agama telah tumbuh, tetapi “rumah telah kelihatan, jalan ke sana tidak tahu”, untuk mereka inilah khusus yang pertama “Tafsir” ini saya susun.

Yang kedua ialah golongan peminat-Islam yang disebut muballigh atau ahli da‘wah. Kadang-kadang merekapun ada mengetahui banyak atau sedikit bahasa Arab, tetapi kurang pengetahuan umumnya, sehingga merekapun agak canggung menyampaikan da‘wahnya. Padahal mereka mempunyai kewajiban sudah lebih luas daripada muballigh-muballigh zaman yang lampau. Dahulu cukuplah jika seorang muballigh menyampaikan da‘wahnya kepada orang kampung yang agama mereka telah menjadi tradisi. Apa sajuapun keterangan dan da‘wah yang disampaikan kepada mereka, niscaya akan mereka terima. Sekarang ini muballigh menghadapi bangsa yang sudah mulai cerdas, dengan habisnya buta-huruf. Keterangan-keterangan yang didasarkan kepada agama, padahal tidak masuk akal, sudah berani mereka membantahnya. Padahal kalau mereka itu diberi keterangan al-Quran dengan langsung, akan dapatlah lepas mereka dari dahsyatnya jiwa. Maka “Tafsir” ini adalah suatu alat penolong bagi mereka untuk menyampaikan da‘wah itu.

Sebelum kita langsung kepada penafsiran, terlebih dahulu kita beri kata pendahuluan ini, yang di dalamnya akan terbayang ke mana tujuan tafsir. Adapun penafsir ini sendiri, tidaklah seorang yang menempuh spesialisasi di dalam salah satu cabang ilmu Islam, cuma mengetahui secara merata dan meluas pada tiap-tiap cabang ilmu itu. Biasanya ilmu yang meluas rata itu tidaklah mendalam. Laksana seorang dokter membuka praktek untuk umum, tahulah dia serba sedikit dalam tiap cabang ilmu kedokteran, tetapi tidak ada

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#521 Sep 2025, 12:04:03idadminTervalidasi

meskipun telah menulis lebih daripada 100 buku besar dan kecil di dalam bahasa Indonesia.

Ada pula syarat-syarat lain yang sangat diabaikan oleh Ulama-ulama yang telah terdahulu itu. Yaitu di dalam al-Quran sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan soal-soal alam, lautan dengan ombak gelombangnya, kapal dengan pelayarannya, tumbuh-tumbuhannya, angin dan badai, awan membawa hujan, dari hal bintang-bintang dan manzinya, dan burujnya, demikian juga keadaan matahari dan bulan. Ayat-ayat yang seperti ini jauh lebih banyak daripada ayat-ayat yang mengenai hukum dan Fiqh. Sedang penulis “Tafsir” ini tidaklah seorang keluaran Sekolah Tinggi Pertanian, tidak ada keahlian dalam Ilmu Alam.

Di dalam al-Quran berkali-kali disebut juga soal atom, sedang penulis “Tafsir” ini bukanlah seorang ahli atom. Maka kalau syarat ini hendak dipenuhi juga, pastilah “Tafsir” ini tidak jadi dikerjakan.

Tetapi, sebagai kita katakan tadi ada soal lain yang mendesak, sehingga pekerjaan ini wajib diteruskan. Yaitu sangat bangkitnya minat angkatan muda Islam di tanahair Indonesia dan di daerah-daerah yang berbahasa Melayu hendak mengetahui isi al-Quran di zaman sekarang, padahal mereka tidak mempunyai kemampuan mempelajari bahasa Arab. Beribu bahkan berjuta sekarang angkatan muda Islam mencurahkan minat kepada agamanya, karena menghadapi rangsangan dan tantangan dari luar dan dari dalam. Semangat mereka terhadap agama telah tumbuh, tetapi “rumah telah kelihatan, jalan ke sana tidak tahu”, untuk mereka inilah khusus yang pertama “Tafsir” ini saya susun.

Yang kedua ialah golongan peminat-Islam yang disebut muballigh atau ahli da‘wah. Kadang-kadang merekapun ada mengetahui banyak atau sedikit bahasa Arab, tetapi kurang pengetahuan umumnya, sehingga merekapun agak canggung menyampaikan da‘wahnya. Padahal mereka mempunyai kewajiban sudah lebih luas daripada muballigh-muballigh zaman yang lampau. Dahulu cukuplah jika seorang muballigh menyampaikan da‘wahnya kepada orang kampung yang agama mereka telah menjadi tradisi. Apa sajuapun keterangan dan da‘wah yang disampaikan kepada mereka, niscaya akan mereka terima. Sekarang ini muballigh menghadapi bangsa yang sudah mulai cerdas, dengan habisnya buta-huruf. Keterangan-keterangan yang didasarkan kepada agama, padahal tidak masuk akal, sudah berani mereka membantahnya. Padahal kalau mereka itu diberi keterangan al-Quran dengan langsung, akan dapatlah lepas mereka dari dahsyatnya jiwa. Maka “Tafsir” ini adalah suatu alat penolong bagi mereka untuk menyampaikan da‘wah itu.

Sebelum kita langsung kepada penafsiran, terlebih dahulu kita beri kata pendahuluan ini, yang di dalamnya akan terbayang ke mana tujuan tafsir. Adapun penafsir ini sendiri, tidaklah seorang yang menempuh spesialisasi di dalam salah satu cabang ilmu Islam, cuma mengetahui secara merata dan meluas pada tiap-tiap cabang ilmu itu. Biasanya ilmu yang meluas rata itu tidaklah mendalam. Laksana seorang dokter membuka praktek untuk umum, tahulah dia serba sedikit dalam tiap cabang ilmu kedokteran, tetapi tidak ada

#421 Sep 2025, 11:59:21idadminTervalidasi

meskipun telah menulis lebih daripada 100 buku besar dan kecil di dalam bahasa Indonesia.

Ada pula syarat-syarat lain yang sangat diabaikan oleh Ulama-ulama yang telah terdahulu itu. Yaitu di dalam al-Quran sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan soal-soal alam, lautan dengan ombak gelombangnya, kapal dengan pelayarannya, tumbuh-tumbuhannya, angin dan badai, awan membawa hujan, dari hal bintang-bintang dan manzinya, dan burujnya, demikian juga keadaan matahari dan bulan. Ayat-ayat yang seperti ini jauh lebih banyak daripada ayat-ayat yang mengenai hukum dan Fiqh. Sedang penulis “Tafsir” ini tidaklah seorang keluaran Sekolah Tinggi Pertanian, tidak ada keahlian dalam Ilmu Alam.

Di dalam al-Quran berkali-kali disebut juga soal atom, sedang penulis “Tafsir” ini bukanlah seorang ahli atom. Maka kalau syarat ini hendak dipenuhi juga, pastilah “Tafsir” ini tidak jadi dikerjakan.

Tetapi, sebagai kita katakan tadi ada soal lain yang mendesak, sehingga pekerjaan ini wajib diteruskan. Yaitu sangat bangkitnya minat angkatan muda Islam di tanahair Indonesia dan di daerah-daerah yang berbahasa Melayu hendak mengetahui isi al-Quran di zaman sekarang, padahal mereka tidak mempunyai kemampuan mempelajari bahasa Arab. Beribu bahkan berjuta sekarang angkatan muda Islam mencurahkan minat kepada agamanya, karena menghadapi rangsangan dan tantangan dari luar dan dari dalam. Semangat mereka terhadap agama telah tumbuh, tetapi “rumah telah kelihatan, jalan ke sana tidak tahu”, untuk mereka inilah khusus yang pertama “Tafsir” ini saya susun.

Yang kedua ialah golongan peminat-Islam yang disebut muballigh atau ahli da‘wah. Kadang-kadang merekapun ada mengetahui banyak atau sedikit bahasa Arab, tetapi kurang pengetahuan umumnya, sehingga merekapun agak canggung menyampaikan da‘wahnya. Padahal mereka mempunyai kewajiban sudah lebih luas daripada muballigh-muballigh zaman yang lampau. Dahulu cukuplah jika seorang muballigh menyampaikan da‘wahnya kepada orang kampung yang agama mereka telah menjadi tradisi. Apa sajuapun keterangan dan da‘wah yang disampaikan kepada mereka, niscaya akan mereka terima. Sekarang ini muballigh menghadapi bangsa yang sudah mulai cerdas, dengan habisnya buta-huruf. Keterangan-keterangan yang didasarkan kepada agama, padahal tidak masuk akal, sudah berani mereka membantahnya. Padahal kalau mereka itu diberi keterangan al-Quran dengan langsung, akan dapatlah lepas mereka dari dahsyatnya jiwa. Maka “Tafsir” ini adalah suatu alat penolong bagi mereka untuk menyampaikan da‘wah itu.

Sebelum kita langsung kepada penafsiran, terlebih dahulu kita beri kata pendahuluan ini, yang di dalamnya akan terbayang ke mana tujuan tafsir. Adapun penafsir ini sendiri, tidaklah seorang yang menempuh spesialisasi di dalam salah satu cabang ilmu Islam, cuma menerima secara merata dan meluas pada tiap-tiap cabang ilmu itu. Biasanya ilmu yang meluas rata itu tidaklah mendalam. Laksana seorang dokter Internis yang banyak tahu dalam segala hal


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 4 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi