Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 55
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 55 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

Hikmat Ilahi

Telah dicoba menguraikan “Tafsir” ini tiap-tiap pagi waktu subuh sejak akhir tahun 1958, namun sampai Januari 1964 belum juga tamat.

Telah ditulis berturut-turut dalam majalah Gema Islam sejak Januari 1962 sampai Januari 1964, namun yang baru dapat dimuat hanyalah satu setengah juzu’ saja, dari juzu’ 18 sampai juzu’ 19. Tiba-tiba pada 12 haribulan Ramadhan 1383 bertepatan dengan 27 Januari 1964, berlakulah takdir Allah yang tidak dapat dielakkan: “Jika langit hendak jatuh, bagaimanalah telunjuk bisa menahannya.”

Pada hari Senen, tanggal 12 haribulan Ramadhan 1383, bertepatan dengan 27 Januari 1964, saya mengadakan pengajian mingguan di Mesjid Agung Al-Azhar terhadap kira-kira 100 orang kaum ibu, yang umumnya terdiri dari kaum terpelajar. Yang ditafsirkan hari itu ialah Surat al-Baqarah ayat 255, atau ayat al-Kursi yang biasa dihafal itu. Pukul 11 siang selesailah pengajian dan kembalilah saya ke rumah akan berlepas lelah sejenak menunggu datangnya waktu zohor.

Tiba-tiba setelah kira-kira setengah jam saya istirahat, anak saya memberitahukan ada empat orang tetamu yang telah duduk di beranda muka ingin bertemu dengan saya. Saya berlalai-lalai kira-kira lima menit, dan saya lihat dari celah pintu ada sebuah mobil Fiat berhenti. Pada sangka saya tentulah keempat tetamu itu pengurus dari salah satu mesjid di Jakarta yang datang mengundang untuk mengadakan tabligh dan tarawih bulan puasa. Dengan tenang sayapun keluar. Wajah keempat tamu itu tenang dan penglihatan mereka mendalam kepada saya. Sayapun bertegur-sapalah dengan mereka baik-baik dan bertanya apakah agaknya maksud kedatangan mereka. Lalu seorang di antara mereka mengulurkan sepucuk surat, bersampul baik. Surat itu saya baca dengan tenang; rupanya ialah surat perintah menangkap saya! Barulah saya tahu bahwa keempat mereka adalah polisi berpakaian preman.

Dalam keadaan tidak tahu apa kesalahan saya dalam tengahari letih berpuasa, saya dijemput dan dicabut dari rumah dengan segenap kekerasan dari ketenteraman saya dengan anak isteri, disisihkan dari masyarakat dan dimasukkan ke dalam tahanan. Setelah empat hari dalam tahanan barulah saya diperiksa, dengan tuduhan yang amat hebat dan ngeri. Yaitu bahwa saya mengadakan rapat gelap di Tangerang pada tanggal 11 Oktober 1963. Yang diperkatakan dalam rapat itu ialah hendak membunuh Menteri Agama H. Saifuddin Zuhri, dan hendak mengadakan Coup d’etat. Untuk semua maksud ini saya mendapat bantuan dari Tengku Abdul Rahman Putera, Perdana

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#4824 Sep 2025, 04:40:37idadminTervalidasi

Hikmat Ilahi

Telah dicoba menguraikan “Tafsir” ini tiap-tiap pagi waktu subuh sejak akhir tahun 1958, namun sampai Januari 1964 belum juga tamat.

Telah ditulis berturut-turut dalam majalah Gema Islam sejak Januari 1962 sampai Januari 1964, namun yang baru dapat dimuat hanyalah satu setengah juzu’ saja, dari juzu’ 18 sampai juzu’ 19. Tiba-tiba pada 12 haribulan Ramadhan 1383 bertepatan dengan 27 Januari 1964, berlakulah takdir Allah yang tidak dapat dielakkan: “Jika langit hendak jatuh, bagaimanalah telunjuk bisa menahannya.”

Pada hari Senen, tanggal 12 haribulan Ramadhan 1383, bertepatan dengan 27 Januari 1964, saya mengadakan pengajian mingguan di Mesjid Agung Al-Azhar terhadap kira-kira 100 orang kaum ibu, yang umumnya terdiri dari kaum terpelajar. Yang ditafsirkan hari itu ialah Surat al-Baqarah ayat 255, atau ayat al-Kursi yang biasa dihafal itu. Pukul 11 siang selesailah pengajian dan kembalilah saya ke rumah akan berlepas lelah sejenak menunggu datangnya waktu zohor.

Tiba-tiba setelah kira-kira setengah jam saya istirahat, anak saya memberitahukan ada empat orang tetamu yang telah duduk di beranda muka ingin bertemu dengan saya. Saya berlalai-lalai kira-kira lima menit, dan saya lihat dari celah pintu ada sebuah mobil Fiat berhenti. Pada sangka saya tentulah keempat tetamu itu pengurus dari salah satu mesjid di Jakarta yang datang mengundang untuk mengadakan tabligh dan tarawih bulan puasa. Dengan tenang sayapun keluar. Wajah keempat tamu itu tenang dan penglihatan mereka mendalam kepada saya. Sayapun bertegur-sapalah dengan mereka baik-baik dan bertanya apakah agaknya maksud kedatangan mereka. Lalu seorang di antara mereka mengulurkan sepucuk surat, bersampul baik. Surat itu saya baca dengan tenang; rupanya ialah surat perintah menangkap saya! Barulah saya tahu bahwa keempat mereka adalah polisi berpakaian preman.

Dalam keadaan tidak tahu apa kesalahan saya dalam tengahari letih berpuasa, saya dijemput dan dicabut dari rumah dengan segenap kekerasan dari ketenteraman saya dengan anak isteri, disisihkan dari masyarakat dan dimasukkan ke dalam tahanan. Setelah empat hari dalam tahanan barulah saya diperiksa, dengan tuduhan yang amat hebat dan ngeri. Yaitu bahwa saya mengadakan rapat gelap di Tangerang pada tanggal 11 Oktober 1963. Yang diperkatakan dalam rapat itu ialah hendak membunuh Menteri Agama H. Saifuddin Zuhri, dan hendak mengadakan Coup d’etat. Untuk semua maksud ini saya mendapat bantuan dari Tengku Abdul Rahman Putera, Perdana


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 55 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi