Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
tahanan rumah ataupun setelah tahanan kota. Ada utusan dari Aceh, Sumatera Timur, Palembang. Dan salah seorang utusan yang dari Palembang ini ialah seorang Ulama dari Mesir, dosen salah satu perguruan tinggi Islam di sana. Beliau menyampaikan pula bahwa Ulama-ulama di Al-Azhar mendoakan moga-moga saya lekas terlepas daripada balabencara ini. Dan juga utusan dari Makasar, Banjarmasin, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan lain-lain. Dan dari beberapa kawan yang kembali dari mengerjakan Haji, saya terima khabar bahwa beratus-ratus di antara mereka mendoakan di Multazam, moga-moga keadilan Allah berlaku, kejujuran menang dan kezurungan tumbang.
Selain dari berita yang dibawa Ulama Mesir yang bertugas di Palembang itu, saya terima pula berita dari seorang pelajar yang baru pulang dari Mesir, bahwa dua orang sahabat saya Ulama Mesir, yaitu Syaikh Muhammad al-Ghazali dan Syaikh Ahmad Syarbashi, bila berjumpa dengan pelajar-pelajar Indonesia, selalu mereka menanyakan nasibku, masihkah saya meringkuk dalam tahanan, atau sudahlah keluar. Dan selalu mereka mendoakan moga-moga segala percobaan itu akan menambah gengsi keimanan di hadapan Tuhan.
Semuanya itu dapat saya saksikan tatkala saya masih hidup, dengan tidak menunggu mati terlebih dahulu buat diiringkan orang banyak jenazah saya ke perkuburan dengan sukarela.
Sungguh Allah Maha Kuasa!
Dan satu nikmat lagi yang kurasakan yang sampai sekarang bahkan Insya Allah sampai saya menutup mata kelak tidak akan hilang-hilang dari dalam jiwaku, ialah nikmat pada jiwa sejak sehari aku dibebaskan dari tahanan. Pihak Kejaksaan Agung dan pihak Panglima Angkatan Kepolisian mengeluarkan “Surat Keterangan” bahwa aku tidak bersalah, sebab itu kepadaku tidak akan diadakan tuntutan, dan aku dibebaskan.
Aku bersyukur dan aku bersujud kepada Tuhan.
Sebab selama dalam tahanan itu, selain dari mengerjakan “Tafsir” ini di waktu siang, di malam hari mendapat kesempatan sangat luas buat beribadat kepada Tuhan. Saya mendapat kesempatan sangat luas buat mengerjakan Tilawatul-Quran, sampai khatam lebih dari 100 kali. Saya mendapat kesempatan buat mengerjakan Shalat Tahajjud dan munajat hampir setiap malam. Buku-buku penting dalam hal Tasauf, Tauhid, Filsafat Agama, Hadis-hadis Rasulullah, Tarikh pejuang-pejuang Islam dan kehidupan ahli-ahli tasauf dan ulama, alahkir dapat saya baca dan dapat saya resapkan ke dalam dada dan jiwa. Sungguh, kalau penahanan ini tidak terjadi, tidaklah saya akan mendapat kesempatan seluas itu.
Terus terang saya katakan di sini, bahwa sekali-sekali, atau kerapkali timbul juga kesedihan hati karena kemerdekaan dirampas, apatah lagi karena berbulan-bulan lamanya “gelap” saja keadaan, tak tentu lagi bila akan pulang, sehingga kerap juga ditimpa rasa murung. Mengarang tafsir di waktu pagi, membaca buku-buku di petang hari, tilawatil-Quran di antara maghrib dan isya’, dan tahajjud serta munajat lepas tengah malam, adalah obat yang paling
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 04:50:01.tahanan rumah ataupun setelah tahanan kota. Ada utusan dari Aceh, Sumatera Timur, Palembang. Dan salah seorang utusan yang dari Palembang ini ialah seorang Ulama dari Mesir, dosen salah satu perguruan tinggi Islam di sana. Beliau menyampaikan pula bahwa Ulama-ulama di Al-Azhar mendoakan moga-moga saya lekas terlepas daripada balabencara ini. Dan juga utusan dari Makasar, Banjarmasin, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan lain-lain. Dan dari beberapa kawan yang kembali dari mengerjakan Haji, saya terima khabar bahwa beratus-ratus di antara mereka mendoakan di Multazam, moga-moga keadilan Allah berlaku, kejujuran menang dan kezurungan tumbang.
Selain dari berita yang dibawa Ulama Mesir yang bertugas di Palembang itu, saya terima pula berita dari seorang pelajar yang baru pulang dari Mesir, bahwa dua orang sahabat saya Ulama Mesir, yaitu Syaikh Muhammad al-Ghazali dan Syaikh Ahmad Syarbashi, bila berjumpa dengan pelajar-pelajar Indonesia, selalu mereka menanyakan nasibku, masihkah saya meringkuk dalam tahanan, atau sudahlah keluar. Dan selalu mereka mendoakan moga-moga segala percobaan itu akan menambah gengsi keimanan di hadapan Tuhan.
Semuanya itu dapat saya saksikan tatkala saya masih hidup, dengan tidak menunggu mati terlebih dahulu buat diiringkan orang banyak jenazah saya ke perkuburan dengan sukarela.
Sungguh Allah Maha Kuasa!
Dan satu nikmat lagi yang kurasakan yang sampai sekarang bahkan Insya Allah sampai saya menutup mata kelak tidak akan hilang-hilang dari dalam jiwaku, ialah nikmat pada jiwa sejak sehari aku dibebaskan dari tahanan. Pihak Kejaksaan Agung dan pihak Panglima Angkatan Kepolisian mengeluarkan “Surat Keterangan” bahwa aku tidak bersalah, sebab itu kepadaku tidak akan diadakan tuntutan, dan aku dibebaskan.
Aku bersyukur dan aku bersujud kepada Tuhan.
Sebab selama dalam tahanan itu, selain dari mengerjakan “Tafsir” ini di waktu siang, di malam hari mendapat kesempatan sangat luas buat beribadat kepada Tuhan. Saya mendapat kesempatan sangat luas buat mengerjakan Tilawatul-Quran, sampai khatam lebih dari 100 kali. Saya mendapat kesempatan buat mengerjakan Shalat Tahajjud dan munajat hampir setiap malam. Buku-buku penting dalam hal Tasauf, Tauhid, Filsafat Agama, Hadis-hadis Rasulullah, Tarikh pejuang-pejuang Islam dan kehidupan ahli-ahli tasauf dan ulama, alahkir dapat saya baca dan dapat saya resapkan ke dalam dada dan jiwa. Sungguh, kalau penahanan ini tidak terjadi, tidaklah saya akan mendapat kesempatan seluas itu.
Terus terang saya katakan di sini, bahwa sekali-sekali, atau kerapkali timbul juga kesedihan hati karena kemerdekaan dirampas, apatah lagi karena berbulan-bulan lamanya “gelap” saja keadaan, tak tentu lagi bila akan pulang, sehingga kerap juga ditimpa rasa murung. Mengarang tafsir di waktu pagi, membaca buku-buku di petang hari, tilawatil-Quran di antara maghrib dan isya’, dan tahajjud serta munajat lepas tengah malam, adalah obat yang paling
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #55 | 24 Sep 2025, 04:50:01 | id | admin | Tervalidasi | — |
tahanan rumah ataupun setelah tahanan kota. Ada utusan dari Aceh, Sumatera Timur, Palembang. Dan salah seorang utusan yang dari Palembang ini ialah seorang Ulama dari Mesir, dosen salah satu perguruan tinggi Islam di sana. Beliau menyampaikan pula bahwa Ulama-ulama di Al-Azhar mendoakan moga-moga saya lekas terlepas daripada balabencara ini. Dan juga utusan dari Makasar, Banjarmasin, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan lain-lain. Dan dari beberapa kawan yang kembali dari mengerjakan Haji, saya terima khabar bahwa beratus-ratus di antara mereka mendoakan di Multazam, moga-moga keadilan Allah berlaku, kejujuran menang dan kezurungan tumbang. Selain dari berita yang dibawa Ulama Mesir yang bertugas di Palembang itu, saya terima pula berita dari seorang pelajar yang baru pulang dari Mesir, bahwa dua orang sahabat saya Ulama Mesir, yaitu Syaikh Muhammad al-Ghazali dan Syaikh Ahmad Syarbashi, bila berjumpa dengan pelajar-pelajar Indonesia, selalu mereka menanyakan nasibku, masihkah saya meringkuk dalam tahanan, atau sudahlah keluar. Dan selalu mereka mendoakan moga-moga segala percobaan itu akan menambah gengsi keimanan di hadapan Tuhan. Semuanya itu dapat saya saksikan tatkala saya masih hidup, dengan tidak menunggu mati terlebih dahulu buat diiringkan orang banyak jenazah saya ke perkuburan dengan sukarela. Sungguh Allah Maha Kuasa! Dan satu nikmat lagi yang kurasakan yang sampai sekarang bahkan Insya Allah sampai saya menutup mata kelak tidak akan hilang-hilang dari dalam jiwaku, ialah nikmat pada jiwa sejak sehari aku dibebaskan dari tahanan. Pihak Kejaksaan Agung dan pihak Panglima Angkatan Kepolisian mengeluarkan “Surat Keterangan” bahwa aku tidak bersalah, sebab itu kepadaku tidak akan diadakan tuntutan, dan aku dibebaskan. Aku bersyukur dan aku bersujud kepada Tuhan. Sebab selama dalam tahanan itu, selain dari mengerjakan “Tafsir” ini di waktu siang, di malam hari mendapat kesempatan sangat luas buat beribadat kepada Tuhan. Saya mendapat kesempatan sangat luas buat mengerjakan Tilawatul-Quran, sampai khatam lebih dari 100 kali. Saya mendapat kesempatan buat mengerjakan Shalat Tahajjud dan munajat hampir setiap malam. Buku-buku penting dalam hal Tasauf, Tauhid, Filsafat Agama, Hadis-hadis Rasulullah, Tarikh pejuang-pejuang Islam dan kehidupan ahli-ahli tasauf dan ulama, alahkir dapat saya baca dan dapat saya resapkan ke dalam dada dan jiwa. Sungguh, kalau penahanan ini tidak terjadi, tidaklah saya akan mendapat kesempatan seluas itu. Terus terang saya katakan di sini, bahwa sekali-sekali, atau kerapkali timbul juga kesedihan hati karena kemerdekaan dirampas, apatah lagi karena berbulan-bulan lamanya “gelap” saja keadaan, tak tentu lagi bila akan pulang, sehingga kerap juga ditimpa rasa murung. Mengarang tafsir di waktu pagi, membaca buku-buku di petang hari, tilawatil-Quran di antara maghrib dan isya’, dan tahajjud serta munajat lepas tengah malam, adalah obat yang paling | |||||