Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
dibaca ketika tilawatil-Quran, meskipun bukan dia Surat yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Nama Surat al-Fatihah ini memang telah masyhur sejak permulaan nubuwwat.
Adapun tempat dia diturunkan, pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan di Makkah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa’labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Makkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah ‘Arsy.
Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syu’aib di dalam al-Mushan-naf dan Abu Nu’aim dan al-Baihaqi di dalam Dala-ilun-Nubuwwah, dan as-Tsa’labi dan al-Wahidi dari Hadis Amer bin Syu’rahbil, bahwa setelah Rasulullah s.a.w. mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceriterakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: “Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu akupun lari.” Maka berkatalah Waraqah: “Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenangkan engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataan itu”. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. berkata: “Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu: “Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, hingga sampai kepada Waladh-Dhallin”. Demikian Hadis itu.
Abu Nu’aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata: “Tatkala pemuda-pemuda Bani Salamah masuk Islam, dan Islam pula anak dari Amer Jumuwah, berkatalah isteri Amer itu kepadanya: “Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan daripadanya?” Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut. Lalu dibacanya: “Alhamdulillahi Rabbil Alamin” (sampai ke akhir).
Sedang kejadian itu ialah di Makkah.
Ibnu al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerima riwayat dari Uba-dah bin as-Shamit bahwa Surat Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Makkah.
Sungguhpun demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawi yang Mujahid, bahwa beliaupun berpendapat bahwa Surat ini diturunkan di Madinah.
Tetapi, entah karena sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula segolongan yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan dua kali, pertama di Makkah, kemudian diturunkan sekali lagi di Madinah.
Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat golongan yang terbesar tadi bila ingat bahwa sembahyang lima waktu mulai difardhukan ialah sejak di Makkah, sedang sembahyang itu dianggap tidak sah kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadis:
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 05:09:21.dibaca ketika tilawatil-Quran, meskipun bukan dia Surat yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Nama Surat al-Fatihah ini memang telah masyhur sejak permulaan nubuwwat.
Adapun tempat dia diturunkan, pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan di Makkah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa’labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Makkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah ‘Arsy.
Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syu’aib di dalam al-Mushan-naf dan Abu Nu’aim dan al-Baihaqi di dalam Dala-ilun-Nubuwwah, dan as-Tsa’labi dan al-Wahidi dari Hadis Amer bin Syu’rahbil, bahwa setelah Rasulullah s.a.w. mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceriterakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: “Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu akupun lari.” Maka berkatalah Waraqah: “Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenangkan engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataan itu”. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. berkata: “Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu: “Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, hingga sampai kepada Waladh-Dhallin”. Demikian Hadis itu.
Abu Nu’aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata: “Tatkala pemuda-pemuda Bani Salamah masuk Islam, dan Islam pula anak dari Amer Jumuwah, berkatalah isteri Amer itu kepadanya: “Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan daripadanya?” Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut. Lalu dibacanya: “Alhamdulillahi Rabbil Alamin” (sampai ke akhir).
Sedang kejadian itu ialah di Makkah.
Ibnu al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerima riwayat dari Uba-dah bin as-Shamit bahwa Surat Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Makkah.
Sungguhpun demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawi yang Mujahid, bahwa beliaupun berpendapat bahwa Surat ini diturunkan di Madinah.
Tetapi, entah karena sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula segolongan yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan dua kali, pertama di Makkah, kemudian diturunkan sekali lagi di Madinah.
Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat golongan yang terbesar tadi bila ingat bahwa sembahyang lima waktu mulai difardhukan ialah sejak di Makkah, sedang sembahyang itu dianggap tidak sah kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadis:
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #64 | 24 Sep 2025, 05:09:21 | id | admin | Tervalidasi | — |
dibaca ketika tilawatil-Quran, meskipun bukan dia Surat yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Nama Surat al-Fatihah ini memang telah masyhur sejak permulaan nubuwwat. Adapun tempat dia diturunkan, pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan di Makkah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa’labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Makkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah ‘Arsy. Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syu’aib di dalam al-Mushan-naf dan Abu Nu’aim dan al-Baihaqi di dalam Dala-ilun-Nubuwwah, dan as-Tsa’labi dan al-Wahidi dari Hadis Amer bin Syu’rahbil, bahwa setelah Rasulullah s.a.w. mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceriterakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: “Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu akupun lari.” Maka berkatalah Waraqah: “Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenangkan engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataan itu”. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. berkata: “Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu: “Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, hingga sampai kepada Waladh-Dhallin”. Demikian Hadis itu. Abu Nu’aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata: “Tatkala pemuda-pemuda Bani Salamah masuk Islam, dan Islam pula anak dari Amer Jumuwah, berkatalah isteri Amer itu kepadanya: “Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan daripadanya?” Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut. Lalu dibacanya: “Alhamdulillahi Rabbil Alamin” (sampai ke akhir). Sedang kejadian itu ialah di Makkah. Ibnu al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerima riwayat dari Uba-dah bin as-Shamit bahwa Surat Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Makkah. Sungguhpun demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawi yang Mujahid, bahwa beliaupun berpendapat bahwa Surat ini diturunkan di Madinah. Tetapi, entah karena sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula segolongan yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan dua kali, pertama di Makkah, kemudian diturunkan sekali lagi di Madinah. Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat golongan yang terbesar tadi bila ingat bahwa sembahyang lima waktu mulai difardhukan ialah sejak di Makkah, sedang sembahyang itu dianggap tidak sah kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadis: | |||||
| #61 | 24 Sep 2025, 04:58:03 | id | admin | Tervalidasi | — |
dibaca ketika tilawatil-Quran, meskipun bukan dia Surat yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Nama Surat al-Fatihah ini memang telah masyhur sejak permulaan nubuwwat. Adapun tempat dia diturunkan, pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan di Makkah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa’labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Makkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah ‘Arsy. Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syu’aib di dalam al-Mushan-naf dan Abu Nu’aim dan al-Baihaqi di dalam Dala-ilun-Nubuwwah, dan as-Tsa’labi dan al-Wahidi dari Hadis Amer bin Syu’rahbil, bahwa setelah Rasulullah s.a.w. mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceriterakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: “Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu akupun lari.” Maka berkatalah Waraqah: “Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenangkan engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataan itu”. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. berkata: “Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu: “Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, hingga sampai kepada Waladh-Dhallin”. Demikian Hadis itu. Abu Nu’aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata: “Tatkala pemuda-pemuda Bani Salamah masuk Islam, dan Islam pula anak dari Amer Jumuwah, berkatalah isteri Amer itu kepadanya: “Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan daripadanya?” Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut. Lalu dibacanya: “Alhamdulillahi Rabbil Alamin” (sampai ke akhir). Sedang kejadian itu ialah di Makkah. Ibnu al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerima riwayat dari Uba-dah bin as-Shamit bahwa Surat Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Makkah. Sungguhpun demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawi yang Mujahid, bahwa beliaupun berpendapat bahwa Surat ini diturunkan di Madinah. Tetapi, entah karena sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula segolongan yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan dua kali, pertama di Makkah, kemudian diturunkan sekali lagi di Madinah. Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat golongan yang terbesar tadi bila ingat bahwa sembahyang lima waktu mulai difardhukan ialah sejak di Makkah, sedang sembahyang itu dianggap tidak sah kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadis: | |||||
| #60 | 24 Sep 2025, 04:57:31 | id | admin | Tervalidasi | — |
...dibaca ketika tilawatil-Quran, meskipun bukan dia Surat yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Nama Surat al-Fatihah ini memang telah masyhur sejak permulaan nubuwwat. Adapun tempat dia diturunkan, pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan di Makkah. Al-Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa’labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Makkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah ‘Arsy. Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syu’aib di dalam al-Mushan-naf dan Abu Nu’aim dan al-Baihaqi di dalam Dala-ilun-Nubuwwah, dan as-Tsa’labi dan al-Wahidi dari Hadis Amer bin Syu’rahbil, bahwa setelah Rasulullah s.a.w. mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceriterakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: “Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu akupun lari.” Maka berkatalah Waraqah: “Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenangkan engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataan itu”. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. berkata: “Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu: “Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, hingga sampai kepada Waladh-Dhallin”. Demikian Hadis itu. Abu Nu’aim di dalam ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata: “Tatkala pemuda-pemuda Bani Salamah masuk Islam, dan Islam pula anak dari Amer Jumuwah, berkatalah isteri Amer itu kepadanya: “Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan daripadanya?” Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut. Lalu dibacanya: “Alhamdulillahi Rabbil Alamin” (sampai ke akhir). Sedang kejadian itu ialah di Makkah. Ibnu al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerima riwayat dari Uba-dah bin as-Shamit bahwa Surat Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Makkah. Sungguhpun demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawi yang Mujahid, bahwa beliaupun berpendapat bahwa Surat ini diturunkan di Madinah. Tetapi, entah karena sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula segolongan yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan dua kali, pertama di Makkah, kemudian diturunkan sekali lagi di Madinah. Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat golongan yang terbesar tadi bila ingat bahwa sembahyang lima waktu mulai difardhukan ialah sejak di Makkah, sedang sembahyang itu dianggap tidak sah kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadis: | |||||