Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 70
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 70 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

Golongan terbesar dari Ulama Salaf berpendapat bahwa Bismillah di awal Surat adalah ayat pertama dari Surat itu sendiri. Beginilah pendapat Ulama Salaf Makkah, baik Fuqahanya atau ahli Qiraat; di antaranya ialah Ibnu Katsir dan Ulama Kufah, termasuk dua ahli Qiraat terkenal, Ashim dan al-Kisaa’i. Dan sebagian sahabat-sahabat Rasulullah dan Tabi’in di Madinah. Dan Imam Syafi’i di dalam fatwanya yang jadid (baru), demikian pula pengikut-pengikut beliau. Dan Sufyan as-Tsauri dan Imam Ahmad pada salah satu di antara dua katanya. Demikian pula kaum al-Imamiyah (dari Syi’ah). Demikian pula diriwayatkan daripada Ulama sahabat, yaitu Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah; dan Ulama Tabi’in, yaitu Said bin Jubair, Atha’ dan az-Zuhri dan Ibnu Mubarak.

Alasan mereka ialah karena telah ijma’ seluruh sahabat Rasulullah s.a.w. dan yang datang sesudah mereka berpendapat bahwa Bismillah itu wajib ditulis di pangkal setiap Surat, kecuali di pangkal Surat at-Taubah. Dikuatkan lagi dengan larangan keras Rasulullah s.a.w. memasukkan kalimat-kalimat lain yang bukan termasuk kepadanya, sehingga al-Quran itu bersih daripada yang bukan wahyu. Sedangkan kalimat Amin yang jelas-jelas diperintahkan membacanya oleh Rasulullah sehabis selesai membaca waladh-dhallin, terutama di belakang imam ketika sembahyang jahar, lagi tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke dalam al-Quran, khususnya al-Fatihah, ketika menulis Mushhaf, apatah lagi menambahkan Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah, kalau memang dia bukan termasuk Surat itu.

Pendapat mereka ini dikuatkan lagi oleh sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya, yang diterima dari Anas bin Malik. Berkata Rasulullah s.a.w.:

أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (رواه مسلم من حديث أنس)

“Telah diturunkan kepadaku tadi satu Surat. Lalu beliau baca: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau sangat banyak, maka sembahyanglah engkau kepada Tuhan engkau dan hendaklah engkau berkorban, sesungguhnya orang yang benci kepada engkau itulah yang akan putus keturunannya.”

Di dalam Hadis ini terang bahwa di antara Bismillahir-Rahmanir-Rahim dibaca senafas dengan Surat yang sesudahnya. Di sini berlakulah suatu qiyas, yakni sedangkan Surat Inna A’thaina yang paling pendek, lagi beliau baca senafas dengan Bismillah sebagai pangkalnya, apatah lagi al-Fatihah yang menjadi ibu dari segala isi al-Quran. Dan apatah lagi Surat-surat yang panjang-panjang.

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#6824 Sep 2025, 05:31:02idadminTervalidasi

Golongan terbesar dari Ulama Salaf berpendapat bahwa Bismillah di awal Surat adalah ayat pertama dari Surat itu sendiri. Beginilah pendapat Ulama Salaf Makkah, baik Fuqahanya atau ahli Qiraat; di antaranya ialah Ibnu Katsir dan Ulama Kufah, termasuk dua ahli Qiraat terkenal, Ashim dan al-Kisaa’i. Dan sebagian sahabat-sahabat Rasulullah dan Tabi’in di Madinah. Dan Imam Syafi’i di dalam fatwanya yang jadid (baru), demikian pula pengikut-pengikut beliau. Dan Sufyan as-Tsauri dan Imam Ahmad pada salah satu di antara dua katanya. Demikian pula kaum al-Imamiyah (dari Syi’ah). Demikian pula diriwayatkan daripada Ulama sahabat, yaitu Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah; dan Ulama Tabi’in, yaitu Said bin Jubair, Atha’ dan az-Zuhri dan Ibnu Mubarak.

Alasan mereka ialah karena telah ijma’ seluruh sahabat Rasulullah s.a.w. dan yang datang sesudah mereka berpendapat bahwa Bismillah itu wajib ditulis di pangkal setiap Surat, kecuali di pangkal Surat at-Taubah. Dikuatkan lagi dengan larangan keras Rasulullah s.a.w. memasukkan kalimat-kalimat lain yang bukan termasuk kepadanya, sehingga al-Quran itu bersih daripada yang bukan wahyu. Sedangkan kalimat Amin yang jelas-jelas diperintahkan membacanya oleh Rasulullah sehabis selesai membaca waladh-dhallin, terutama di belakang imam ketika sembahyang jahar, lagi tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke dalam al-Quran, khususnya al-Fatihah, ketika menulis Mushhaf, apatah lagi menambahkan Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal tiap-tiap Surat, kecuali Surat Baraah, kalau memang dia bukan termasuk Surat itu.

Pendapat mereka ini dikuatkan lagi oleh sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya, yang diterima dari Anas bin Malik. Berkata Rasulullah s.a.w.:

أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (رواه مسلم من حديث أنس)

“Telah diturunkan kepadaku tadi satu Surat. Lalu beliau baca: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, sesungguhnya telah Kami berikan kepada engkau sangat banyak, maka sembahyanglah engkau kepada Tuhan engkau dan hendaklah engkau berkorban, sesungguhnya orang yang benci kepada engkau itulah yang akan putus keturunannya.”

Di dalam Hadis ini terang bahwa di antara Bismillahir-Rahmanir-Rahim dibaca senafas dengan Surat yang sesudahnya. Di sini berlakulah suatu qiyas, yakni sedangkan Surat Inna A’thaina yang paling pendek, lagi beliau baca senafas dengan Bismillah sebagai pangkalnya, apatah lagi al-Fatihah yang menjadi ibu dari segala isi al-Quran. Dan apatah lagi Surat-surat yang panjang-panjang.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 70 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi