Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Dan sebuah Hadis lagi yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia: Berkata Rasulullah s.a.w.:
إِذَا قَرَأْتُمْ الْحَمْدُ لِلَّهِ (إِلَى سُورَةِ الْفَاتِحَةِ) فَاقْرَءُوا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِحْدَى آيَاتِهَا (رواه الدارقطني عن أبي هريرة)
“Apabila kamu membaca Alhamdulillah yaitu Surat al-Fatihah — maka bacalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim, maka sesungguhnya dia adalah Ibu al-Quran dan Tujuh yang diulang-ulang, sedang Bismillahir-Rahmanir-Rahim adalah salah satu daripada ayatnya.”
Demikianlah pendapat dan alasan-pendapat dari Ulama-ulama yang berpendirian bahwa Bismillah di pangkal tiap-tiap Surat termasuk dalam Surat itu sendiri, bukan terpisah, bukan pembatas di antara satu Surat dengan Surat yang lain.
Tetapi satu pendapat lagi, Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal Surat itu adalah ayat tunggal, diturunkan untuk penjelasan batas atau pemisah, jangan tercampur-aduk di antara satu Surat dengan yang lain. Yang berpendapat begini ialah Imam Malik dan beberapa Ulama Madinah. Dan Imam al-Auza’i serta beberapa Ulama di Syam dan Abu Amer dan Ya’kub dari Bashrah.
Dan ada pula satu pendapat tunggal dari Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada al-Fatihah sajalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu termasuk ayat, sedang pada Surat-surat yang lain tidak demikian halnya.
Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokok akidah, tidaklah kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi Penafsir ini, terlepas daripada menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsir Bismillahir-Rahmanir-Rahim pada pembukaan al-Fatihah, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni itu. Dan tidak mungkin Bismillahir-Rahmanir-Rahim di muka al-Fatihah itu disebut sebagai satu ayat pembatas dengan Surat-Surat yang lain, karena tidak ada Surat lain yang terlebih dahulu daripada Surat al-Fatihah. Karena itu maka Bismillahir-Rahmanir-Rahim yang pada al-Fatihah inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 Surat lagi hanya akan kita tulis terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai 113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 dengan Bismillah dalam Surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bulqis dalam Surat an-Naml itu.
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 05:32:00.Dan sebuah Hadis lagi yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia: Berkata Rasulullah s.a.w.:
إِذَا قَرَأْتُمْ الْحَمْدُ لِلَّهِ (إِلَى سُورَةِ الْفَاتِحَةِ) فَاقْرَءُوا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِحْدَى آيَاتِهَا (رواه الدارقطني عن أبي هريرة)
“Apabila kamu membaca Alhamdulillah yaitu Surat al-Fatihah — maka bacalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim, maka sesungguhnya dia adalah Ibu al-Quran dan Tujuh yang diulang-ulang, sedang Bismillahir-Rahmanir-Rahim adalah salah satu daripada ayatnya.”
Demikianlah pendapat dan alasan-pendapat dari Ulama-ulama yang berpendirian bahwa Bismillah di pangkal tiap-tiap Surat termasuk dalam Surat itu sendiri, bukan terpisah, bukan pembatas di antara satu Surat dengan Surat yang lain.
Tetapi satu pendapat lagi, Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal Surat itu adalah ayat tunggal, diturunkan untuk penjelasan batas atau pemisah, jangan tercampur-aduk di antara satu Surat dengan yang lain. Yang berpendapat begini ialah Imam Malik dan beberapa Ulama Madinah. Dan Imam al-Auza’i serta beberapa Ulama di Syam dan Abu Amer dan Ya’kub dari Bashrah.
Dan ada pula satu pendapat tunggal dari Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada al-Fatihah sajalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu termasuk ayat, sedang pada Surat-surat yang lain tidak demikian halnya.
Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokok akidah, tidaklah kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi Penafsir ini, terlepas daripada menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsir Bismillahir-Rahmanir-Rahim pada pembukaan al-Fatihah, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni itu. Dan tidak mungkin Bismillahir-Rahmanir-Rahim di muka al-Fatihah itu disebut sebagai satu ayat pembatas dengan Surat-Surat yang lain, karena tidak ada Surat lain yang terlebih dahulu daripada Surat al-Fatihah. Karena itu maka Bismillahir-Rahmanir-Rahim yang pada al-Fatihah inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 Surat lagi hanya akan kita tulis terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai 113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 dengan Bismillah dalam Surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bulqis dalam Surat an-Naml itu.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #69 | 24 Sep 2025, 05:32:00 | id | admin | Tervalidasi | — |
Dan sebuah Hadis lagi yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni dari Abu Hurairah, berkata dia: Berkata Rasulullah s.a.w.: إِذَا قَرَأْتُمْ الْحَمْدُ لِلَّهِ (إِلَى سُورَةِ الْفَاتِحَةِ) فَاقْرَءُوا بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِحْدَى آيَاتِهَا (رواه الدارقطني عن أبي هريرة) “Apabila kamu membaca Alhamdulillah yaitu Surat al-Fatihah — maka bacalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim, maka sesungguhnya dia adalah Ibu al-Quran dan Tujuh yang diulang-ulang, sedang Bismillahir-Rahmanir-Rahim adalah salah satu daripada ayatnya.” Demikianlah pendapat dan alasan-pendapat dari Ulama-ulama yang berpendirian bahwa Bismillah di pangkal tiap-tiap Surat termasuk dalam Surat itu sendiri, bukan terpisah, bukan pembatas di antara satu Surat dengan Surat yang lain. Tetapi satu pendapat lagi, Bismillahir-Rahmanir-Rahim di pangkal Surat itu adalah ayat tunggal, diturunkan untuk penjelasan batas atau pemisah, jangan tercampur-aduk di antara satu Surat dengan yang lain. Yang berpendapat begini ialah Imam Malik dan beberapa Ulama Madinah. Dan Imam al-Auza’i serta beberapa Ulama di Syam dan Abu Amer dan Ya’kub dari Bashrah. Dan ada pula satu pendapat tunggal dari Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu bahwa pada al-Fatihah sajalah Bismillahir-Rahmanir-Rahim itu termasuk ayat, sedang pada Surat-surat yang lain tidak demikian halnya. Oleh karena masalah ini tidaklah mengenai pokok akidah, tidaklah kita salah jika kita cenderung kepada salah satu pendapat itu, mana yang lebih dekat kepada penerimaan ilmu kita sesudah turut menyelidiki. Adapun bagi Penafsir ini, terlepas daripada menguatkan salah satu pendapat, maka di dalam menafsir Bismillahir-Rahmanir-Rahim pada pembukaan al-Fatihah, kita jadikan dia ayat yang pertama, menurut Hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh ad-Daruquthni itu. Dan tidak mungkin Bismillahir-Rahmanir-Rahim di muka al-Fatihah itu disebut sebagai satu ayat pembatas dengan Surat-Surat yang lain, karena tidak ada Surat lain yang terlebih dahulu daripada Surat al-Fatihah. Karena itu maka Bismillahir-Rahmanir-Rahim yang pada al-Fatihah inilah yang kita tafsirkan lebih luas, sedang Bismillah yang 112 Surat lagi hanya akan kita tulis terjemahannya saja. Sebab tentu saja membosankan kalau sampai 113 Bismillah ditafsirkan, dan 114 dengan Bismillah dalam Surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bulqis dalam Surat an-Naml itu. | |||||