Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 76
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 76 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

ilham mendirikan sebuah bangunan yang besar dan indah. Tetapi kalau kita fikirkan lebih dalam, dari mana dia mendapat ilham perencanaan itu kalau bukan dari Tuhan. Oleh sebab itu kalau kita sendiri dipuji-puji orang, janganlah lupa bahwa yang empunya puji itu ialah Allah, bukan kita.

Nabi kita Muhammad s.a.w. ketika dengan sangat jayanya telah dapat menaklukkan negeri Makkah, beliau masuk ke dalam kota itu dengan menunggang untanya yang terkenal, al-Qashwa’. Sahabat-sahabat beliau gembira dan bersyukur karena apa yang dicita-citakan selama ini telah berhasil. Namun beliau tidaklah mengangkat muka dengan pongah karena kemenangan itu, melainkan dirundukkannya wajahnya ke bawah, lekat kepada leher unta kesayangannya itu, mensyukuri nikmat Allah dan mengucapkan puji-pujian.

“Pemelihara semesta alam.” (ujung ayat 2).

Atau Tuhan dari sekalian makhluk, atau Tuhan sarwa sekalian alam. Pada umumnya arti alam ialah seluruh yang ada ini, selain dari Allah. Setelah dia menjadi jama’ ini, yaitu menjadi kalimat ‘alamin, berbagailah dia ditafsirkan orang. Setengah penafsiran mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘alamin ialah makhluk insani, ditambah dengan malaikat, jin dan syaitan. Tetapi di dalam al-Quran sendiri pernah bertemu kata ‘alamin itu hanya dikhususkan maksudnya untuk manusia saja (lihat Surat al-Hijr, ayat 70). Yaitu ketika kaum Nabi Luth menyatakan kepada Luth, mengapa dia menerima tetamu dengan tidak setahu mereka, padahal dia telah dilarang menerima kedatangan orang-orang.

Setelah terlebih dahulu kita dikenalkan kepada Allah sebagai Allah yang Tunggal, sekarang kita dikenalkan lagi kepada Allah sebagai Rabbun. Kata Rabbun ini meliputi segala macam pemeliharaan, penjagaan dan juga pendidikan dan pengasuhan. Maka kalau di dalam ayat yang lain kita bertemu bahwa Allah itu khalaqa, artinya menjadikan dan menciptakan, maka di sini dengan menyebut Allah sebagai Rabbun, kita dapat mengerti bahwa Allah itu bukan semata-mata pencipta, tetapi juga pemelihara. Bukan saja menjadikan, bahkan juga mengatur. Seumpama matahari, bulan, bintang-bintang dan bumi ini; sesudah semuanya dijadikan, tidaklah dibiarkan sehingga begitu saja, melainkan dipelihara dan dikuasai terus menerus. Betapalah matahari, bulan dan bintang-bintang itu akan beredar demikian teraturnya, dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari ke hari, jam ke jam, minit ke minit dan detik ke detik, berjalan teratur telah beribu-ribu tahun, kalau bukan pemeliharaan dari Allah sebagai Rabbun?

Manusialah begitu. Dia bukan semata-mata dijadikan bahkan sejak masih dalam keadaan nuthfah (air setitik kecil), sampai menjadi ‘alaqah dan mudhghah, sampai muncul ke dunia, sampai menjadi makhluk yang berakal dan sampai juga meninggal kelak, tidaklah lepas dari tilikan Allah sebagai Pencipta dan sebagai Pemelihara.

Untuk semua pemeliharaan, penjagaan, pendidikan dan perlindungan itulah kita diajar mengucapkan puji kepadaNya: “Rabbul ‘Alamin”, Tuhan sarwa sekalian alam. Kalau kita perhatikan lagi dengan beberapa penafsiran

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#7524 Sep 2025, 10:32:24idadminTervalidasi

ilham mendirikan sebuah bangunan yang besar dan indah. Tetapi kalau kita fikirkan lebih dalam, dari mana dia mendapat ilham perencanaan itu kalau bukan dari Tuhan. Oleh sebab itu kalau kita sendiri dipuji-puji orang, janganlah lupa bahwa yang empunya puji itu ialah Allah, bukan kita.

Nabi kita Muhammad s.a.w. ketika dengan sangat jayanya telah dapat menaklukkan negeri Makkah, beliau masuk ke dalam kota itu dengan menunggang untanya yang terkenal, al-Qashwa’. Sahabat-sahabat beliau gembira dan bersyukur karena apa yang dicita-citakan selama ini telah berhasil. Namun beliau tidaklah mengangkat muka dengan pongah karena kemenangan itu, melainkan dirundukkannya wajahnya ke bawah, lekat kepada leher unta kesayangannya itu, mensyukuri nikmat Allah dan mengucapkan puji-pujian.

“Pemelihara semesta alam.” (ujung ayat 2).

Atau Tuhan dari sekalian makhluk, atau Tuhan sarwa sekalian alam. Pada umumnya arti alam ialah seluruh yang ada ini, selain dari Allah. Setelah dia menjadi jama’ ini, yaitu menjadi kalimat ‘alamin, berbagailah dia ditafsirkan orang. Setengah penafsiran mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘alamin ialah makhluk insani, ditambah dengan malaikat, jin dan syaitan. Tetapi di dalam al-Quran sendiri pernah bertemu kata ‘alamin itu hanya dikhususkan maksudnya untuk manusia saja (lihat Surat al-Hijr, ayat 70). Yaitu ketika kaum Nabi Luth menyatakan kepada Luth, mengapa dia menerima tetamu dengan tidak setahu mereka, padahal dia telah dilarang menerima kedatangan orang-orang.

Setelah terlebih dahulu kita dikenalkan kepada Allah sebagai Allah yang Tunggal, sekarang kita dikenalkan lagi kepada Allah sebagai Rabbun. Kata Rabbun ini meliputi segala macam pemeliharaan, penjagaan dan juga pendidikan dan pengasuhan. Maka kalau di dalam ayat yang lain kita bertemu bahwa Allah itu khalaqa, artinya menjadikan dan menciptakan, maka di sini dengan menyebut Allah sebagai Rabbun, kita dapat mengerti bahwa Allah itu bukan semata-mata pencipta, tetapi juga pemelihara. Bukan saja menjadikan, bahkan juga mengatur. Seumpama matahari, bulan, bintang-bintang dan bumi ini; sesudah semuanya dijadikan, tidaklah dibiarkan sehingga begitu saja, melainkan dipelihara dan dikuasai terus menerus. Betapalah matahari, bulan dan bintang-bintang itu akan beredar demikian teraturnya, dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari ke hari, jam ke jam, minit ke minit dan detik ke detik, berjalan teratur telah beribu-ribu tahun, kalau bukan pemeliharaan dari Allah sebagai Rabbun?

Manusialah begitu. Dia bukan semata-mata dijadikan bahkan sejak masih dalam keadaan nuthfah (air setitik kecil), sampai menjadi ‘alaqah dan mudhghah, sampai muncul ke dunia, sampai menjadi makhluk yang berakal dan sampai juga meninggal kelak, tidaklah lepas dari tilikan Allah sebagai Pencipta dan sebagai Pemelihara.

Untuk semua pemeliharaan, penjagaan, pendidikan dan perlindungan itulah kita diajar mengucapkan puji kepadaNya: “Rabbul ‘Alamin”, Tuhan sarwa sekalian alam. Kalau kita perhatikan lagi dengan beberapa penafsiran

#7424 Sep 2025, 10:32:00idadminTervalidasi

ilham mendirikan sebuah bangunan yang besar dan indah. Tetapi kalau kita fikirkan lebih dalam, dari mana dia mendapat ilham perencanaan itu kalau bukan dari Tuhan. Oleh sebab itu kalau kita sendiri dipuji-puji orang, janganlah lupa bahwa yang empunya puji itu ialah Allah, bukan kita.

Nabi kita Muhammad s.a.w. ketika dengan sangat jayanya telah dapat menaklukkan negeri Makkah, beliau masuk ke dalam kota itu dengan menunggang untanya yang terkenal, al-Qashwa’. Sahabat-sahabat beliau gembira dan bersyukur karena apa yang dicita-citakan selama ini telah berhasil. Namun beliau tidaklah mengangkat muka dengan pongah karena kemenangan itu, melainkan dirundukkannya wajahnya ke bawah, lekat kepada leher unta kesayangannya itu, mensyukuri nikmat Allah dan mengucapkan puji-pujian.

“Pemelihara semesta alam.” (ujung ayat 2).

Atau Tuhan dari sekalian makhluk, atau Tuhan sarwa sekalian alam. Pada umumnya arti alam ialah seluruh yang ada ini, selain dari Allah. Setelah dia menjadi jama’ ini, yaitu menjadi kalimat ‘alamin, berbagailah dia ditafsirkan orang. Setengah penafsiran mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘alamin ialah makhluk insani, ditambah dengan malaikat, jin dan syaitan. Tetapi di dalam al-Quran sendiri pernah bertemu kata ‘alamin itu hanya dikhususkan maksudnya untuk manusia saja (lihat Surat al-Hijr, ayat 70). Yaitu ketika kaum Nabi Luth menyatakan kepada Luth, mengapa dia menerima tetamu dengan tidak setahu mereka, padahal dia telah dilarang menerima kedatangan orang-orang.

Setelah terlebih dahulu kita dikenalkan kepada Allah sebagai Allah yang Tunggal, sekarang kita dikenalkan lagi kepada Allah sebagai Rabbun. Kata Rabbun ini meliputi segala macam pemeliharaan, penjagaan dan juga pendidikan dan pengasuhan. Maka kalau di dalam ayat yang lain kita bertemu bahwa Allah itu khalaqa, artinya menjadikan dan menciptakan, maka di sini dengan menyebut Allah sebagai Rabbun, kita dapat mengerti bahwa Allah itu bukan semata-mata pencipta, tetapi juga pemelihara. Bukan saja menjadikan, bahkan juga mengatur. Seumpama matahari, bulan, bintang-bintang dan bumi ini; sesudah semuanya dijadikan, tidaklah dibiarkan sehingga begitu saja, melainkan dipelihara dan dikuasai terus menerus. Betapalah matahari, bulan dan bintang-bintang itu akan beredar demikian teraturnya, dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari ke hari, jam ke jam, minit ke minit dan detik ke detik, berjalan teratur telah beribu-ribu tahun, kalau bukan pemeliharaan dari Allah sebagai Rabbun?

Manusialah begitu. Dia bukan semata-mata dijadikan bahkan sejak masih dalam keadaan nuthfah (air setitik kecil), sampai menjadi ‘alaqah dan mudhghah, sampai muncul ke dunia, sampai menjadi makhluk yang berakal dan sampai juga meninggal kelak, tidaklah lepas dari tilikan Allah sebagai Pencipta dan sebagai Pemelihara.

Untuk semua pemeliharaan, penjagaan, pendidikan dan perlindungan itulah kita diajar mengucapkan puji kepadaNya: “Rabbul ‘Alamin”, Tuhan sarwa sekalian alam. Kalau kita perhatikan lagi dengan beberapa penafsir


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 76 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi