Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 78
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 78 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

pecahkannya remah kecil yang didapatnya, lalu dipanggil-panggilnya anak-anaknya dengan berkotak-kotat, maka anak-anaknya itupun berlari-lari menuju makanan itu, dan induknya sendiri tidak mengambil bagian dari makanan itu. Dan apabila datang bahaya dengan tiba-tiba, dikejarnya yang hendak mengganggu itu seekor gajah besar. Dia tidak peduli bahwa dirinya akan hancur lumat diinjak gajah, sebab dia didorong oleh sifat Rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, untuk mempertahankan anak-anaknya. Dan jika panas sangat terik, dia pergi ke pinggir pagar untuk berteduh dan dilindunginya anak-anaknya dalam naungan sayapnya, dan ada anak-anak itu yang memanjat ke atas punggungnya. Ditahankannya karena kasihnya.

Rahmat Ilahi pun nampak pada dua ekor burung, seekor jantan, seekor betina; yang betina sedang mengerami telurnya dan yang jantan terbang mencari makanan dan membawanya pulang, terbang lagi dan pulang lagi, sedang mulutnya menggonggong sebutir makanan kecil. Keduanya bernyanyi, bercicik, bersiul yang bunyinya dapat kita rasai, penuh dengan Rahmat.

Apatah lagi dapat kita lihat pada seorang ibu ketika melahirkan anak. Sembilan bulan badan payah. Datang rayuan anak akan lahir, diapun tidur. Selompat hidup, selompat mati. Si suami berjalan-jalan sekitar rumah dengan dada berdebar, dipengaruhi oleh rasa cemas dan harap; cemas kalau-kalau isteri yang dicintai diserang bahaya hingga maut karena melahirkan, dan harap moga-moga si anak lahir dengan selamat, dan ibunya selamat pula.

Demikianlah beratnya penderitaan mengandung; bidan telah sedia menolong, dan setelah ditunggu dengan harap dan cemas, lahirlah anak itu, kedengaran tangisnya, si buyung atau si upik. Dengan kedengaran tangis itu, kelihatanlah wajah si ibu lega, hilang kepayahannya, kadang-kadang matanya tertidur sejenak, diliputi oleh Rahmat Ilahi. Dia sudah lupa sama sekali akan kepayahannya, diobati oleh tangis anaknya yang baru lahir itu. Dan si suami yang telah mondar-mandir sejak tadi di luar kamar bersalin, setelah diberitahu bahwa anaknya sudah lahir, anak dan ibu selamat, kadang-kadang menangislah dia karena sangat terharu. Rahmat Tuhan telah dimasukkan ke dalam jiwa mereka semuanya.

Kabarnya konon di satu kota di Amerika Serikat, ada sebuah kuburan kecil tidak berapa jauh dari Stasiun keretapi, yaitu kuburan dari seekor anjing. Asal mulanya ialah karena sangat setianya anjing itu kepada tuannya, maka setiap tuannya bepergian dia turut mengantarkan ke stasiun, dan petang hari di waktu pulangnya, diapun pergi menjemputnya. Demikianlah berlaku tiap hari. Dia diantar dan dijemput oleh anjingnya. Tetapi pada suatu hari, seketika dia menjemput lagi sebagai biasa, tuannya ditunggunya tiada turun dari keretapi. Besoknya dijemputnya juga, namun tuannya tidak juga pulang. Dijemputnya terus tiap hari, dari hari ke hari, bulan ke bulan; namun tuan yang ditunggu tidak juga pulang. Siapakah yang akan memberitahukan kepadanya bahwa tuannya tidak akan pulang lagi; sebab dia telah meninggal di tempat lain karena suatu kecelakaan.

Maka pada suatu hari bertemulah orang bahwa anjing itu telah mati kedinginan di tempatnya biasa menunggu tuannya pulang itu. Semua orang,

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#7824 Sep 2025, 10:35:37idadminTervalidasi

pecahkannya remah kecil yang didapatnya, lalu dipanggil-panggilnya anak-anaknya dengan berkotak-kotat, maka anak-anaknya itupun berlari-lari menuju makanan itu, dan induknya sendiri tidak mengambil bagian dari makanan itu. Dan apabila datang bahaya dengan tiba-tiba, dikejarnya yang hendak mengganggu itu seekor gajah besar. Dia tidak peduli bahwa dirinya akan hancur lumat diinjak gajah, sebab dia didorong oleh sifat Rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, untuk mempertahankan anak-anaknya. Dan jika panas sangat terik, dia pergi ke pinggir pagar untuk berteduh dan dilindunginya anak-anaknya dalam naungan sayapnya, dan ada anak-anak itu yang memanjat ke atas punggungnya. Ditahankannya karena kasihnya.

Rahmat Ilahi pun nampak pada dua ekor burung, seekor jantan, seekor betina; yang betina sedang mengerami telurnya dan yang jantan terbang mencari makanan dan membawanya pulang, terbang lagi dan pulang lagi, sedang mulutnya menggonggong sebutir makanan kecil. Keduanya bernyanyi, bercicik, bersiul yang bunyinya dapat kita rasai, penuh dengan Rahmat.

Apatah lagi dapat kita lihat pada seorang ibu ketika melahirkan anak. Sembilan bulan badan payah. Datang rayuan anak akan lahir, diapun tidur. Selompat hidup, selompat mati. Si suami berjalan-jalan sekitar rumah dengan dada berdebar, dipengaruhi oleh rasa cemas dan harap; cemas kalau-kalau isteri yang dicintai diserang bahaya hingga maut karena melahirkan, dan harap moga-moga si anak lahir dengan selamat, dan ibunya selamat pula.

Demikianlah beratnya penderitaan mengandung; bidan telah sedia menolong, dan setelah ditunggu dengan harap dan cemas, lahirlah anak itu, kedengaran tangisnya, si buyung atau si upik. Dengan kedengaran tangis itu, kelihatanlah wajah si ibu lega, hilang kepayahannya, kadang-kadang matanya tertidur sejenak, diliputi oleh Rahmat Ilahi. Dia sudah lupa sama sekali akan kepayahannya, diobati oleh tangis anaknya yang baru lahir itu. Dan si suami yang telah mondar-mandir sejak tadi di luar kamar bersalin, setelah diberitahu bahwa anaknya sudah lahir, anak dan ibu selamat, kadang-kadang menangislah dia karena sangat terharu. Rahmat Tuhan telah dimasukkan ke dalam jiwa mereka semuanya.

Kabarnya konon di satu kota di Amerika Serikat, ada sebuah kuburan kecil tidak berapa jauh dari Stasiun keretapi, yaitu kuburan dari seekor anjing. Asal mulanya ialah karena sangat setianya anjing itu kepada tuannya, maka setiap tuannya bepergian dia turut mengantarkan ke stasiun, dan petang hari di waktu pulangnya, diapun pergi menjemputnya. Demikianlah berlaku tiap hari. Dia diantar dan dijemput oleh anjingnya. Tetapi pada suatu hari, seketika dia menjemput lagi sebagai biasa, tuannya ditunggunya tiada turun dari keretapi. Besoknya dijemputnya juga, namun tuannya tidak juga pulang. Dijemputnya terus tiap hari, dari hari ke hari, bulan ke bulan; namun tuan yang ditunggu tidak juga pulang. Siapakah yang akan memberitahukan kepadanya bahwa tuannya tidak akan pulang lagi; sebab dia telah meninggal di tempat lain karena suatu kecelakaan.

Maka pada suatu hari bertemulah orang bahwa anjing itu telah mati kedinginan di tempatnya biasa menunggu tuannya pulang itu. Semua orang,


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 78 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi