Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 84
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 84 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

menolong yang lemah, yang kaya menolong yang miskin. Dan semua itu adalah dalam rangka meminta tolong kepada Allah juga.

Maka tolong menolong, yang satu meminta tolong kepada yang lain, dan yang lain meminta tolong kepada yang satu di dalam urusan kehidupan sehari­hari, tidaklah terlarang, karena itu bukan di dalam rangka memandang bahwa tempat manusia tolong itu sebagai tempat beribadat. Di atas manusia yang tolong menolong itu ada lagi kekuasaan tertinggi yang memutuskan dengan mutlak, dan maha kuasa memberikan atau menahan, melangsungkan atau menggagalkan. Itulah kekuasaan Tuhan, yang kekuasaanNya meliputi akan seluruhnya. KepadaNyalah kita bersama sesudah bertolong-tolongan sesama kita, memohonkan petunjuk, memohonkan diberi kekuatan, dihasilkan yang dicita-cita, dituntun sebaik-baiknya kepada yang baik dan yang benar.

Tauhid dengan jalan isti’anah membangkitkan kekuatan pada diri sendiri, supaya langsung berhubungan dengan Tuhan, yang jadi sumber dari segala kekuatan. Memohonkan pertolongan kepada Tuhan bukanlah kelemahan, tetapi di sanalah terletak kekuatan. Hanya orang yang tolol yang mengaku bahwa dirinya sanggup berbuat segala yang dia kehendaki. Adapun orang yang berilmu, maka ilmunya itulah yang menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak sanggup mengetahui segala.

Berkali-kali kita merencanakan suatu hal. Maka setelah dimulai menjalankan rencana itu, di tengah jalan kita bertemu hal-hal yang samsakali tidak dalam rencana kita. Mengertilah kita bahwa ada kekuatan tertinggi, yang di luar dari kemampuan kita. Taruhlah kita dapat mengatasi dengan meminta tolong kepada orang lain, sesama manusia. Tetapi kelak akan ketahuan pula ada lagi kekuatan tertinggi, yang oleh bersamapun tidak dapat diatasi. Maka lantaran itu selalulah kita mengingat bahwa tempat memohon pertolongan yang tertinggi adalah Tuhan. Dialah Tuhan dengan namaNya Ar-Rabb.

Memohon pertolongan dengan dasar Tauhid itulah yang masuk akal. Sebab itu tidaklah kita memohon pertolongan misalnya kepada kuburan seorang guru atau orang alim yang kita pandang keramat. Atau meminta tolong kepada berhala, atau meminta tolong kepada keris pusaka. Dengan kalimat Iyya­ka nasta’inu tadi, yang berarti “Hanya kepada Engkau saja aku meminta tolong”, jelaslah bahwa kita tidak akan meminta pertolongan kepada yang lain dengan cara demikian. Sebab yang lain itu tidak masuk akal bahwa dia dapat menolong.

Ayat ini diikuti lagi oleh ayat yang berikutnya:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (ayat 6).

Meminta ditunjuki dan dipimpin supaya tercapai jalan yang lurus. Menurut keterangan setengah ahli tafsir, perlengkapan menuju jalan yang lurus, yang dimohonkan kepada Allah itu ialah, pertama al-Irsyad, artinya agar dianugerahi kecerdikan dan kecerdasan, sehingga dapat membedakan yang salah dengan yang benar. Kedua al-Taufiq, yaitu bersesuaian hendaknya dengan apa yang direncanakan Tuhan. Ketiga al-Ilham, diberi petunjuk supaya dapat mengatasi sesuatu yang sulit. Keempat ad-Dilalah, artinya ditunjuki dalil-dalil dan tanda-

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#8524 Sep 2025, 10:45:23idadminTervalidasi

menolong yang lemah, yang kaya menolong yang miskin. Dan semua itu adalah dalam rangka meminta tolong kepada Allah juga.

Maka tolong menolong, yang satu meminta tolong kepada yang lain, dan yang lain meminta tolong kepada yang satu di dalam urusan kehidupan sehari­hari, tidaklah terlarang, karena itu bukan di dalam rangka memandang bahwa tempat manusia tolong itu sebagai tempat beribadat. Di atas manusia yang tolong menolong itu ada lagi kekuasaan tertinggi yang memutuskan dengan mutlak, dan maha kuasa memberikan atau menahan, melangsungkan atau menggagalkan. Itulah kekuasaan Tuhan, yang kekuasaanNya meliputi akan seluruhnya. KepadaNyalah kita bersama sesudah bertolong-tolongan sesama kita, memohonkan petunjuk, memohonkan diberi kekuatan, dihasilkan yang dicita-cita, dituntun sebaik-baiknya kepada yang baik dan yang benar.

Tauhid dengan jalan isti’anah membangkitkan kekuatan pada diri sendiri, supaya langsung berhubungan dengan Tuhan, yang jadi sumber dari segala kekuatan. Memohonkan pertolongan kepada Tuhan bukanlah kelemahan, tetapi di sanalah terletak kekuatan. Hanya orang yang tolol yang mengaku bahwa dirinya sanggup berbuat segala yang dia kehendaki. Adapun orang yang berilmu, maka ilmunya itulah yang menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak sanggup mengetahui segala.

Berkali-kali kita merencanakan suatu hal. Maka setelah dimulai menjalankan rencana itu, di tengah jalan kita bertemu hal-hal yang samsakali tidak dalam rencana kita. Mengertilah kita bahwa ada kekuatan tertinggi, yang di luar dari kemampuan kita. Taruhlah kita dapat mengatasi dengan meminta tolong kepada orang lain, sesama manusia. Tetapi kelak akan ketahuan pula ada lagi kekuatan tertinggi, yang oleh bersamapun tidak dapat diatasi. Maka lantaran itu selalulah kita mengingat bahwa tempat memohon pertolongan yang tertinggi adalah Tuhan. Dialah Tuhan dengan namaNya Ar-Rabb.

Memohon pertolongan dengan dasar Tauhid itulah yang masuk akal. Sebab itu tidaklah kita memohon pertolongan misalnya kepada kuburan seorang guru atau orang alim yang kita pandang keramat. Atau meminta tolong kepada berhala, atau meminta tolong kepada keris pusaka. Dengan kalimat Iyya­ka nasta’inu tadi, yang berarti “Hanya kepada Engkau saja aku meminta tolong”, jelaslah bahwa kita tidak akan meminta pertolongan kepada yang lain dengan cara demikian. Sebab yang lain itu tidak masuk akal bahwa dia dapat menolong.

Ayat ini diikuti lagi oleh ayat yang berikutnya:
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (ayat 6).

Meminta ditunjuki dan dipimpin supaya tercapai jalan yang lurus. Menurut keterangan setengah ahli tafsir, perlengkapan menuju jalan yang lurus, yang dimohonkan kepada Allah itu ialah, pertama al-Irsyad, artinya agar dianugerahi kecerdikan dan kecerdasan, sehingga dapat membedakan yang salah dengan yang benar. Kedua al-Taufiq, yaitu bersesuaian hendaknya dengan apa yang direncanakan Tuhan. Ketiga al-Ilham, diberi petunjuk supaya dapat mengatasi sesuatu yang sulit. Keempat ad-Dilalah, artinya ditunjuki dalil-dalil dan tanda-


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 84 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi