Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Kitab-kitab Wahyu, namun dia masih saja memperturutkan hawa nafsunya. Telah ditegur berkali-kali, namun teguran itu, tidak juga diperdulikannya. Dia merasa lebih pintar daripada Allah, Rasul-rasul dicemo’ohnya, petunjuk Tuhan diletakkannya ke samping, perdayaan syaitan diperturutkannya.
Dalam hikayat lama ada disebutkan bahwa pada suatu hari seorang orang besar kerajaan datang menghadap raja bersama-sama dengan orang besar-besar yang lain, setelah masuk ke dalam majlis raja, maka baginda menunjukkan wajah yang girang dan tersenyum simpul melihat tiap-tiap orang besar itu, tetapi kepada seseorang baginda tidak melihat, entah karena lupa, entah karena sibuk. Maka sangatlah dukacita hati orang besar yang seorang itu, apakah baginda murka kepadanya, ataukah baginda tidak senang lagi. Maka setelah bubar majlis itu dia pun kembali pulang ke rumahnya dengan hati sedih, lalu diminumnya racun setelah menulis sepucuk surat yang diwasitakannya supaya disampaikan ke tangan baginda. Di situ dia tuliskan: “Oleh karena Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak senang lagi melihat patik.”
Begitulah perasaan orang yang berkhidmat kepada raja apabila dia merasa bahwa rajanya tidak senang lagi kepadanya. Maka betapalah perasaan kita, wahai insan yang ghafil, kalau Tuhan Allah yang murka kepada kita? Kitapun akan dihadirkan juga ke hadapan Tuhan bersama orang yang lain, tetapi kalau Tuhan murka kepada kita, akan betapalah sikap kita. Dan Tuhanpun bersabda, memang ada orang yang tidak akan dilawan bercakap oleh Tuhan pada waktu itu karena murkaNya, sebagaimana tersebut di dalam Surat 3 ali Imran ayat 77 tentang orang yang memperjual-belikan janji Allah dan mempermudah-mudah sumpah, karena mengharapkan harga yang sedikit. Padahal walaupun menukar dapat tukaran harga sebesar bumi dan langit, masih amat sedikit juga, karena ada yang akan dibawa ke akhirat.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلۡأَخِرَةِ نَصِيبٌۭ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ ٱللَّهُ وَلَا يَنظُرُ إِلَيۡهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمۡۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌۭ
(ali Imran: 77)
“Itulah orang yang tidak ada bagian untuk mereka di akhirat dan tidaklah Allah akan bercakap dengan mereka dan tidak akan memandang kepada mereka di hari kiamat dan tidak Dia akan membersihkan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.”
Dan seperti itu pula tertulis pada Surat al-Baqarah, ayat 179. Tidak diajak bercakap oleh Tuhan, tidak dipandang oleh Tuhan, seakan-akan Tuhan dalam bahasa umum “membuang muka” apabila berhadapan dengan dia. Begitulah nasib orang yang dimurkai.
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 10:53:33.Kitab-kitab Wahyu, namun dia masih saja memperturutkan hawa nafsunya. Telah ditegur berkali-kali, namun teguran itu, tidak juga diperdulikannya. Dia merasa lebih pintar daripada Allah, Rasul-rasul dicemo’ohnya, petunjuk Tuhan diletakkannya ke samping, perdayaan syaitan diperturutkannya.
Dalam hikayat lama ada disebutkan bahwa pada suatu hari seorang orang besar kerajaan datang menghadap raja bersama-sama dengan orang besar-besar yang lain, setelah masuk ke dalam majlis raja, maka baginda menunjukkan wajah yang girang dan tersenyum simpul melihat tiap-tiap orang besar itu, tetapi kepada seseorang baginda tidak melihat, entah karena lupa, entah karena sibuk. Maka sangatlah dukacita hati orang besar yang seorang itu, apakah baginda murka kepadanya, ataukah baginda tidak senang lagi. Maka setelah bubar majlis itu dia pun kembali pulang ke rumahnya dengan hati sedih, lalu diminumnya racun setelah menulis sepucuk surat yang diwasitakannya supaya disampaikan ke tangan baginda. Di situ dia tuliskan: “Oleh karena Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak senang lagi melihat patik.”
Begitulah perasaan orang yang berkhidmat kepada raja apabila dia merasa bahwa rajanya tidak senang lagi kepadanya. Maka betapalah perasaan kita, wahai insan yang ghafil, kalau Tuhan Allah yang murka kepada kita? Kitapun akan dihadirkan juga ke hadapan Tuhan bersama orang yang lain, tetapi kalau Tuhan murka kepada kita, akan betapalah sikap kita. Dan Tuhanpun bersabda, memang ada orang yang tidak akan dilawan bercakap oleh Tuhan pada waktu itu karena murkaNya, sebagaimana tersebut di dalam Surat 3 ali Imran ayat 77 tentang orang yang memperjual-belikan janji Allah dan mempermudah-mudah sumpah, karena mengharapkan harga yang sedikit. Padahal walaupun menukar dapat tukaran harga sebesar bumi dan langit, masih amat sedikit juga, karena ada yang akan dibawa ke akhirat.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلۡأَخِرَةِ نَصِيبٌۭ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ ٱللَّهُ وَلَا يَنظُرُ إِلَيۡهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمۡۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌۭ
(ali Imran: 77)
“Itulah orang yang tidak ada bagian untuk mereka di akhirat dan tidaklah Allah akan bercakap dengan mereka dan tidak akan memandang kepada mereka di hari kiamat dan tidak Dia akan membersihkan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.”
Dan seperti itu pula tertulis pada Surat al-Baqarah, ayat 179. Tidak diajak bercakap oleh Tuhan, tidak dipandang oleh Tuhan, seakan-akan Tuhan dalam bahasa umum “membuang muka” apabila berhadapan dengan dia. Begitulah nasib orang yang dimurkai.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #91 | 24 Sep 2025, 10:53:33 | id | admin | Tervalidasi | — |
Kitab-kitab Wahyu, namun dia masih saja memperturutkan hawa nafsunya. Telah ditegur berkali-kali, namun teguran itu, tidak juga diperdulikannya. Dia merasa lebih pintar daripada Allah, Rasul-rasul dicemo’ohnya, petunjuk Tuhan diletakkannya ke samping, perdayaan syaitan diperturutkannya. Dalam hikayat lama ada disebutkan bahwa pada suatu hari seorang orang besar kerajaan datang menghadap raja bersama-sama dengan orang besar-besar yang lain, setelah masuk ke dalam majlis raja, maka baginda menunjukkan wajah yang girang dan tersenyum simpul melihat tiap-tiap orang besar itu, tetapi kepada seseorang baginda tidak melihat, entah karena lupa, entah karena sibuk. Maka sangatlah dukacita hati orang besar yang seorang itu, apakah baginda murka kepadanya, ataukah baginda tidak senang lagi. Maka setelah bubar majlis itu dia pun kembali pulang ke rumahnya dengan hati sedih, lalu diminumnya racun setelah menulis sepucuk surat yang diwasitakannya supaya disampaikan ke tangan baginda. Di situ dia tuliskan: “Oleh karena Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak berkenan lagi kepada patik, telah patik ambil keputusan menghabisi hidup patik. Karena tidak ada harga hidup lagi kalau Sri Paduka tidak senang lagi melihat patik.” Begitulah perasaan orang yang berkhidmat kepada raja apabila dia merasa bahwa rajanya tidak senang lagi kepadanya. Maka betapalah perasaan kita, wahai insan yang ghafil, kalau Tuhan Allah yang murka kepada kita? Kitapun akan dihadirkan juga ke hadapan Tuhan bersama orang yang lain, tetapi kalau Tuhan murka kepada kita, akan betapalah sikap kita. Dan Tuhanpun bersabda, memang ada orang yang tidak akan dilawan bercakap oleh Tuhan pada waktu itu karena murkaNya, sebagaimana tersebut di dalam Surat 3 ali Imran ayat 77 tentang orang yang memperjual-belikan janji Allah dan mempermudah-mudah sumpah, karena mengharapkan harga yang sedikit. Padahal walaupun menukar dapat tukaran harga sebesar bumi dan langit, masih amat sedikit juga, karena ada yang akan dibawa ke akhirat. أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلۡأَخِرَةِ نَصِيبٌۭ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ ٱللَّهُ وَلَا يَنظُرُ إِلَيۡهِمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمۡۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌۭ (ali Imran: 77) “Itulah orang yang tidak ada bagian untuk mereka di akhirat dan tidaklah Allah akan bercakap dengan mereka dan tidak akan memandang kepada mereka di hari kiamat dan tidak Dia akan membersihkan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” Dan seperti itu pula tertulis pada Surat al-Baqarah, ayat 179. Tidak diajak bercakap oleh Tuhan, tidak dipandang oleh Tuhan, seakan-akan Tuhan dalam bahasa umum “membuang muka” apabila berhadapan dengan dia. Begitulah nasib orang yang dimurkai. | |||||