Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1 (Pengantar dan Al Fatihah) - Detail Buku
Halaman Ke : 91
Jumlah yang dimuat : 116
« Sebelumnya Halaman 91 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

lagi. Yang wajib kita tekankan perhatian kita ialah kepada sebab-sebab maka Yahudi dikatakan kena murka dan sebab-sebab Nasrani tersesat. Perhatian kita jangan hanya ditujukan kepada Yahudi dan Nasraninya saja, tetapi hendaklah kita tilik sebab mereka kena murka dan sebab mereka tersesat. Yahudi dimurkai, sebab mereka selalu mengingkari segala petunjuk yang dibawakan oleh Rasul mereka, kisah pengingkaran Yahudi itu tersebut di dalam kitab-kitab mereka sendiri sampai sekarang, sehingga Nabi Musa pernah mengatakan bahwa mereka itu “keras tengkuk”, tak mau tunduk, sampai mereka membunuh Nabi-nabi. Sebab itu Allah murka.

Nasrani tersesat, karena sangat cinta kepada Nabi Isa Almasih, mereka katakan Isa itu anak Allah, bahkan Allah sendiri menjelma menjadi anak, datang ke dunia menebus dosa manusia.

Maka bagi kita umat Islam yang membaca al-Fatihah ini sekurang­nya 17 kali sehari semalam, hendaklah diingat jangan sampai kita menempuh jalan yang akan dimurkai Allah pula, sebagai Yahudi. Apabila satu kali kita telah memandang bahwa pelajaran yang lain lebih baik dan berguna daripada pe­lajaran Nabi Muhammad s.a.w. maka mulailah kita diancam oleh kemurkaan Tuhan. Di dalam Surat an-Nisa’ (Surat 4, ayat 65), sampai dengan sumpah Tuhan menyatakan bahwa tidaklah mereka beriman sebelum mereka ber­tahkim kepada Nabi Muhammad s.a.w. di dalam hal-hal yang mereka perselisih­kan, dan mereka tidak merasa keberatan menerima keputusan yang beliau putuskan, dan mereka pun menyerah sebenar-benar menyerah. Kalau ini tidak kita lakukan, pastilah kita kena murka seperti Yahudi.

Dan kalau kita katakan pula misalnya bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah “al-Haqiqatul Muhammadiyah”, atau “Nur Muhammad”, yaitu Allah Ta’ala sendiri yang menjelma­kan diri (Ibraza Haqiqatihi), ke dalam alam ini, sebagai anutan setengah ahli tasauf, niscaya sesatlah kita sebagai Nasrani.

Sayid Rasyid Ridha di dalam “al-Manar”nya menguraikan peringatan gurunya Syaikh Mohammad Abduh tentang orang yang tersesat, terbagi atas empat tingkat:

Pertama: Yang tidak sampai kepadanya da’wah, atau ada sampai tetapi hanya didapat dengan pancaindera dan akal, tidak ada tuntunan agama. Meskipun di dalam soal-soal keduniaan mungkin mereka tidak sesat, namun mereka pasti sesat dalam mencari kelepasan jiwa dan kebahagiaannya di akhirat. Siapa yang tidak menikmati agama tidaklah dia akan merasai nikmat dari kedua kehidupan itu. Akan berjumpalah bekas kekacauan dan kepan­cangan dalam kepercayaannya sehari-hari, diikuti oleh macam-macam bahaya dan krisis yang tidak dapat diatasi. Yang demikian adalah Sunnatullah dalam alam ini, yang tidak didapat jalan lain untuk mengelakkannya. Adapun nasib mereka di akhirat kelak, nyatalah bahwa kedudukan mereka tidak sama dengan orang yang beroleh hidayat dan petunjuk. Mungkin juga diberi maaf oleh Tuhan, karena Dia berbuat sekehendakNya.

Kedua: Sampai kepada mereka da’wah, atas jalan yang dapat membangunkan minat fikiran; merekapun telah mulai tertarik oleh da’wah itu, tetapi sebelum sampai menjadi keimanannya, diapun mati.

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#9324 Sep 2025, 10:56:08idadminTervalidasi

lagi. Yang wajib kita tekankan perhatian kita ialah kepada sebab-sebab maka Yahudi dikatakan kena murka dan sebab-sebab Nasrani tersesat. Perhatian kita jangan hanya ditujukan kepada Yahudi dan Nasraninya saja, tetapi hendaklah kita tilik sebab mereka kena murka dan sebab mereka tersesat. Yahudi dimurkai, sebab mereka selalu mengingkari segala petunjuk yang dibawakan oleh Rasul mereka, kisah pengingkaran Yahudi itu tersebut di dalam kitab-kitab mereka sendiri sampai sekarang, sehingga Nabi Musa pernah mengatakan bahwa mereka itu “keras tengkuk”, tak mau tunduk, sampai mereka membunuh Nabi-nabi. Sebab itu Allah murka.

Nasrani tersesat, karena sangat cinta kepada Nabi Isa Almasih, mereka katakan Isa itu anak Allah, bahkan Allah sendiri menjelma menjadi anak, datang ke dunia menebus dosa manusia.

Maka bagi kita umat Islam yang membaca al-Fatihah ini sekurang­nya 17 kali sehari semalam, hendaklah diingat jangan sampai kita menempuh jalan yang akan dimurkai Allah pula, sebagai Yahudi. Apabila satu kali kita telah memandang bahwa pelajaran yang lain lebih baik dan berguna daripada pe­lajaran Nabi Muhammad s.a.w. maka mulailah kita diancam oleh kemurkaan Tuhan. Di dalam Surat an-Nisa’ (Surat 4, ayat 65), sampai dengan sumpah Tuhan menyatakan bahwa tidaklah mereka beriman sebelum mereka ber­tahkim kepada Nabi Muhammad s.a.w. di dalam hal-hal yang mereka perselisih­kan, dan mereka tidak merasa keberatan menerima keputusan yang beliau putuskan, dan mereka pun menyerah sebenar-benar menyerah. Kalau ini tidak kita lakukan, pastilah kita kena murka seperti Yahudi.

Dan kalau kita katakan pula misalnya bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah “al-Haqiqatul Muhammadiyah”, atau “Nur Muhammad”, yaitu Allah Ta’ala sendiri yang menjelma­kan diri (Ibraza Haqiqatihi), ke dalam alam ini, sebagai anutan setengah ahli tasauf, niscaya sesatlah kita sebagai Nasrani.

Sayid Rasyid Ridha di dalam “al-Manar”nya menguraikan peringatan gurunya Syaikh Mohammad Abduh tentang orang yang tersesat, terbagi atas empat tingkat:

Pertama: Yang tidak sampai kepadanya da’wah, atau ada sampai tetapi hanya didapat dengan pancaindera dan akal, tidak ada tuntunan agama. Meskipun di dalam soal-soal keduniaan mungkin mereka tidak sesat, namun mereka pasti sesat dalam mencari kelepasan jiwa dan kebahagiaannya di akhirat. Siapa yang tidak menikmati agama tidaklah dia akan merasai nikmat dari kedua kehidupan itu. Akan berjumpalah bekas kekacauan dan kepan­cangan dalam kepercayaannya sehari-hari, diikuti oleh macam-macam bahaya dan krisis yang tidak dapat diatasi. Yang demikian adalah Sunnatullah dalam alam ini, yang tidak didapat jalan lain untuk mengelakkannya. Adapun nasib mereka di akhirat kelak, nyatalah bahwa kedudukan mereka tidak sama dengan orang yang beroleh hidayat dan petunjuk. Mungkin juga diberi maaf oleh Tuhan, karena Dia berbuat sekehendakNya.

Kedua: Sampai kepada mereka da’wah, atas jalan yang dapat membangunkan minat fikiran; merekapun telah mulai tertarik oleh da’wah itu, tetapi sebelum sampai menjadi keimanannya, diapun mati.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 91 dari 116 Berikutnya » Daftar Isi