Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Bagian ini terdapat pada orang-orang seorang dalam satu-satu bangsa, tidak umum, sehingga tidak ada kesannya kepada masyarakat banyak. Adapun nasib orang-orang seperti ini kelak, menurut pendapat Ulama-ulama Mazhab Asy’ari, diharapkan jua moga-moga mereka mendapat Rahmat belas-kasihan Tuhan. Abul Hasan Asy’ari sendiri berpendapat demikian. Tetapi menurut pendapat jumhur (golongan terbesar) ulama, tidaklah diragukan bahwa persoalan mereka lebih ringan daripada persoalan orang yang mengingkari sama sekali, yakni orang yang tidak percaya akan nikmat akal dan yang lebih senang dalam kejahilan.
Ketiga: Da’wah sampai kepada mereka dan mereka akui, tetapi tidak mereka pergunakan akal buat berfikir dan menyelidiki dari pokoknya, tetapi mereka berpegang teguh juga kepada hawa nafsu atau kebiasaan lama, atau menambah-nambah. Inilah tukang-tukang bid’ah tentang akidah, inilah orang yang i’tiqadnya telah jauh menyeleweng dari al-Quran dan dari teladan yang ditinggalkan Salaf. Inilah yang membawa pecah ummat.
Keempat: Yang sesat dalam beramal, atau memutar-mutarkan hukum dari maksudnya yang sebenarnya. Seumpama orang yang mengeluh supaya jangan sampai dia mengeluarkan zakat. Setelah dekat habis tahun dipindahkannya pemilikan harta itu kepada orang lain, misalnya kepada anaknya dan setelah lepas masa membayar zakat itu, dengan persetujuan berdua, anak itu menyerahkan pula kembali kepadanya. Dengan demikian dia merasa bangga karena merasa telah berhasil mempermainkan Tuhan Allah, disangkanya Tuhan Allah bodoh!
Kesesatan orang-orang ini timbul dari kepintaran otak, tetapi batinnya kosong daripada iman. Diruntuhkan agamanya, tetapi dia sendiri yang hancur.
Sekian kita ringkaskan dari keterangan tentang orang yang sesat, adh-dhaallin menurut pembagian Ustaz Imam Muhammad Abduh.
Maka kalau sudah sampai kepada derajat yang keempat itu, meskipun ummat tadi masih kelihatan beragama pada kulitnya, masih terletak merk Islam pada lainnya, dan masih diberi tanda “hijau”* dalam peta negerinya, samalah artinya dengan agamanya tidak ada lagi. Akan beruntunlah kecelakaan menimpa ummat itu, kecuali apabila datang pembaharuan (tajdid) dan pembangkitan semangat. Kalau pembaharuan tidak datang, ummat itu akan hancur dan hilang, mungkin kelaknya berbondong keturunannya memeluk agama lain yang lebih kuat mengadakan propaganda.
Oleh karena al-Fatihah satu Surat yang menjadi Rukun (tiang) sembahyang, baik sembahyang fardhu yang lima waktu, ataupun sekalian sembahyang yang sunnat dan nawafil, maka dalam hal ini tidaklah cukup kalau kita hanya
id) oleh admin pada 24 September 2025 - 10:57:27.Bagian ini terdapat pada orang-orang seorang dalam satu-satu bangsa, tidak umum, sehingga tidak ada kesannya kepada masyarakat banyak. Adapun nasib orang-orang seperti ini kelak, menurut pendapat Ulama-ulama Mazhab Asy’ari, diharapkan jua moga-moga mereka mendapat Rahmat belas-kasihan Tuhan. Abul Hasan Asy’ari sendiri berpendapat demikian. Tetapi menurut pendapat jumhur (golongan terbesar) ulama, tidaklah diragukan bahwa persoalan mereka lebih ringan daripada persoalan orang yang mengingkari sama sekali, yakni orang yang tidak percaya akan nikmat akal dan yang lebih senang dalam kejahilan.
Ketiga: Da’wah sampai kepada mereka dan mereka akui, tetapi tidak mereka pergunakan akal buat berfikir dan menyelidiki dari pokoknya, tetapi mereka berpegang teguh juga kepada hawa nafsu atau kebiasaan lama, atau menambah-nambah. Inilah tukang-tukang bid’ah tentang akidah, inilah orang yang i’tiqadnya telah jauh menyeleweng dari al-Quran dan dari teladan yang ditinggalkan Salaf. Inilah yang membawa pecah ummat.
Keempat: Yang sesat dalam beramal, atau memutar-mutarkan hukum dari maksudnya yang sebenarnya. Seumpama orang yang mengeluh supaya jangan sampai dia mengeluarkan zakat. Setelah dekat habis tahun dipindahkannya pemilikan harta itu kepada orang lain, misalnya kepada anaknya dan setelah lepas masa membayar zakat itu, dengan persetujuan berdua, anak itu menyerahkan pula kembali kepadanya. Dengan demikian dia merasa bangga karena merasa telah berhasil mempermainkan Tuhan Allah, disangkanya Tuhan Allah bodoh!
Kesesatan orang-orang ini timbul dari kepintaran otak, tetapi batinnya kosong daripada iman. Diruntuhkan agamanya, tetapi dia sendiri yang hancur.
Sekian kita ringkaskan dari keterangan tentang orang yang sesat, adh-dhaallin menurut pembagian Ustaz Imam Muhammad Abduh.
Maka kalau sudah sampai kepada derajat yang keempat itu, meskipun ummat tadi masih kelihatan beragama pada kulitnya, masih terletak merk Islam pada lainnya, dan masih diberi tanda “hijau”* dalam peta negerinya, samalah artinya dengan agamanya tidak ada lagi. Akan beruntunlah kecelakaan menimpa ummat itu, kecuali apabila datang pembaharuan (tajdid) dan pembangkitan semangat. Kalau pembaharuan tidak datang, ummat itu akan hancur dan hilang, mungkin kelaknya berbondong keturunannya memeluk agama lain yang lebih kuat mengadakan propaganda.
Oleh karena al-Fatihah satu Surat yang menjadi Rukun (tiang) sembahyang, baik sembahyang fardhu yang lima waktu, ataupun sekalian sembahyang yang sunnat dan nawafil, maka dalam hal ini tidaklah cukup kalau kita hanya
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #94 | 24 Sep 2025, 10:57:27 | id | admin | Tervalidasi | — |
Bagian ini terdapat pada orang-orang seorang dalam satu-satu bangsa, tidak umum, sehingga tidak ada kesannya kepada masyarakat banyak. Adapun nasib orang-orang seperti ini kelak, menurut pendapat Ulama-ulama Mazhab Asy’ari, diharapkan jua moga-moga mereka mendapat Rahmat belas-kasihan Tuhan. Abul Hasan Asy’ari sendiri berpendapat demikian. Tetapi menurut pendapat jumhur (golongan terbesar) ulama, tidaklah diragukan bahwa persoalan mereka lebih ringan daripada persoalan orang yang mengingkari sama sekali, yakni orang yang tidak percaya akan nikmat akal dan yang lebih senang dalam kejahilan. Ketiga: Da’wah sampai kepada mereka dan mereka akui, tetapi tidak mereka pergunakan akal buat berfikir dan menyelidiki dari pokoknya, tetapi mereka berpegang teguh juga kepada hawa nafsu atau kebiasaan lama, atau menambah-nambah. Inilah tukang-tukang bid’ah tentang akidah, inilah orang yang i’tiqadnya telah jauh menyeleweng dari al-Quran dan dari teladan yang ditinggalkan Salaf. Inilah yang membawa pecah ummat. Keempat: Yang sesat dalam beramal, atau memutar-mutarkan hukum dari maksudnya yang sebenarnya. Seumpama orang yang mengeluh supaya jangan sampai dia mengeluarkan zakat. Setelah dekat habis tahun dipindahkannya pemilikan harta itu kepada orang lain, misalnya kepada anaknya dan setelah lepas masa membayar zakat itu, dengan persetujuan berdua, anak itu menyerahkan pula kembali kepadanya. Dengan demikian dia merasa bangga karena merasa telah berhasil mempermainkan Tuhan Allah, disangkanya Tuhan Allah bodoh! Kesesatan orang-orang ini timbul dari kepintaran otak, tetapi batinnya kosong daripada iman. Diruntuhkan agamanya, tetapi dia sendiri yang hancur. Sekian kita ringkaskan dari keterangan tentang orang yang sesat, adh-dhaallin menurut pembagian Ustaz Imam Muhammad Abduh. Maka kalau sudah sampai kepada derajat yang keempat itu, meskipun ummat tadi masih kelihatan beragama pada kulitnya, masih terletak merk Islam pada lainnya, dan masih diberi tanda “hijau”* dalam peta negerinya, samalah artinya dengan agamanya tidak ada lagi. Akan beruntunlah kecelakaan menimpa ummat itu, kecuali apabila datang pembaharuan (tajdid) dan pembangkitan semangat. Kalau pembaharuan tidak datang, ummat itu akan hancur dan hilang, mungkin kelaknya berbondong keturunannya memeluk agama lain yang lebih kuat mengadakan propaganda. Al-Fatihah Sebagai Rukun SembahyangOleh karena al-Fatihah satu Surat yang menjadi Rukun (tiang) sembahyang, baik sembahyang fardhu yang lima waktu, ataupun sekalian sembahyang yang sunnat dan nawafil, maka dalam hal ini tidaklah cukup kalau kita hanya Catatan Kaki
| |||||