SEPATAHKATA

Sudah menjadi rahasia umum bahwa penulis yang dahulu memakai nama A. Muchlis adalah Saudara M. Natsir, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Politik Islam Masjumi, dan pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1950. Beliau menulis pada 15 hingga 16 tahun yang lalu di dalam majalah yang dahulu kami pimpin di Medan, Pandji Islam, dan juga di dalam majalah Pedoman Masyarakat.

Tulisan-tulisannya yang berisi dan mendalam, dengan susunan yang rapi dan menarik hati, sangat memikat perhatian para pembaca. Bukan hanya karena kata-katanya yang terpilih dan disusun menurut caranya sendiri, tetapi lebih penting lagi karena isinya yang bernas, membahas soal-soal sosial, ekonomi, dan politik yang menjadi kebutuhan bangsa kita pada waktu itu. Semua tulisan tersebut diwarnai dengan semangat dan ideologi Islam yang menjadi pegangan hidupnya.

Dia tampil ke depan. Dia tahu betul kapan harus berteriak memberi komando untuk memimpin perjuangan bangsa, dan dia juga tahu kapan waktunya untuk berkelakar dan bergembira untuk menghibur serta membangkitkan semangat baru bagi perjuangan. Dengan kata lain, dia tahu kapan waktunya untuk membunyikan terompet dan genderang perang, jika ia hendak menghadapi lawan yang menentang cita-cita Islam, baik terhadap bangsa penjajah maupun terhadap bangsa sendiri yang belum menginsafi akan ideologi Islam itu. Namun, tepat pada waktunya pula, dia bersenandung dengan irama yang penuh kegembiraan untuk menggembirakan hati pejuang-pejuang kemerdekaan.

Bukankah pada masa itu, tahun 1939 dan seterusnya, adalah masa persiapan dan latihan untuk menghadapi revolusi besar Kemerdekaan Indonesia yang meletus enam tahun kemudian? Tanggapan beliau menghadapi tindakan licik dari penjajah dan suara-suara...