Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
pemahaman terhadap Wahyu, dan dalam pengertian ini Islām bukan sekadar sebuah bentuk — ia adalah hakikat itu sendiri dari agama (dīn). Kami tidak mengakui dalam kasus Islām adanya garis pemisah horizontal yang memisahkan pemahaman eksoteris dari esoteris tentang Kebenaran dalam agama. Kami justru menegaskan adanya garis kesinambungan vertikal dari eksoteris menuju esoteris; sebuah garis kesinambungan vertikal yang kami identifikasi sebagai Jalan Lurus (islām–īmān–iḥsān) tanpa adanya ketidakselarasan dalam tiga tahapan pendakian spiritual tersebut, sehingga Realitas atau Kebenaran transenden yang dikenali dan diakui dalam kasus kami dapat diakses oleh banyak orang.
Sia-sia upaya untuk menyamarkan kesalahan dalam agama-agama, dalam pemahaman dan penafsiran mereka masing-masing terhadap kitab suci yang mereka yakini mencerminkan wahyu asli, dengan menggunakan ciri-ciri dan kekhasan bentuk etnisitas dan simbolisme yang berbeda, lalu menjelaskan simbolisme itu dengan hermeneutika buatan dan menipu sehingga kesalahan tampak sebagai kebenaran.
Agama tidak hanya terdiri dari penegasan Keesaan Tuhan (al-tawḥīd), tetapi juga dari cara dan bentuk kita memverifikasi penegasan itu sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi terakhir-Nya, yang meneguhkan, menyempurnakan, dan mengokohkan cara dan bentuk penegasan dan verifikasi para Nabi sebelumnya. Cara dan bentuk verifikasi ini adalah cara dan bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Ujian dari penegasan sejati atas Keesaan Tuhan, maka, adalah bentuk penyerahan diri kepada Tuhan itu. Hanya karena bentuk penyerahan diri yang dijalankan oleh agama yang menegaskan Keesaan Tuhan itu benar terhadap verifikasi penegasan tersebut, maka agama tertentu itu disebut Islām. Islām, dengan demikian, bukan sekadar kata benda verbal yang berarti ‘penyerahan’; ia juga merupakan nama bagi agama tertentu yang menggambarkan penyerahan sejati, sekaligus definisi agama itu sendiri: penyerahan kepada Tuhan.
Kini cara dan bentuk penyerahan diri yang dijalankan dalam agama jelas dipengaruhi oleh konsepsi tentang Tuhan dalam agama itu. Oleh karena itu konsepsi tentang Tuhan dalam agama adalah hal yang krusial bagi perumusan yang tepat tentang bentuk penyerahan sejati; dan konsepsi ini harus memadai dalam menggambarkan yang benar
id) oleh admin pada 20 September 2025 - 09:17:42.pemahaman terhadap Wahyu, dan dalam pengertian ini Islām bukan sekadar sebuah bentuk — ia adalah hakikat itu sendiri dari agama (dīn). Kami tidak mengakui dalam kasus Islām adanya garis pemisah horizontal yang memisahkan pemahaman eksoteris dari esoteris tentang Kebenaran dalam agama. Kami justru menegaskan adanya garis kesinambungan vertikal dari eksoteris menuju esoteris; sebuah garis kesinambungan vertikal yang kami identifikasi sebagai Jalan Lurus (islām–īmān–iḥsān) tanpa adanya ketidakselarasan dalam tiga tahapan pendakian spiritual tersebut, sehingga Realitas atau Kebenaran transenden yang dikenali dan diakui dalam kasus kami dapat diakses oleh banyak orang.
Sia-sia upaya untuk menyamarkan kesalahan dalam agama-agama, dalam pemahaman dan penafsiran mereka masing-masing terhadap kitab suci yang mereka yakini mencerminkan wahyu asli, dengan menggunakan ciri-ciri dan kekhasan bentuk etnisitas dan simbolisme yang berbeda, lalu menjelaskan simbolisme itu dengan hermeneutika buatan dan menipu sehingga kesalahan tampak sebagai kebenaran.
Agama tidak hanya terdiri dari penegasan Keesaan Tuhan (al-tawḥīd), tetapi juga dari cara dan bentuk kita memverifikasi penegasan itu sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi terakhir-Nya, yang meneguhkan, menyempurnakan, dan mengokohkan cara dan bentuk penegasan dan verifikasi para Nabi sebelumnya. Cara dan bentuk verifikasi ini adalah cara dan bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Ujian dari penegasan sejati atas Keesaan Tuhan, maka, adalah bentuk penyerahan diri kepada Tuhan itu. Hanya karena bentuk penyerahan diri yang dijalankan oleh agama yang menegaskan Keesaan Tuhan itu benar terhadap verifikasi penegasan tersebut, maka agama tertentu itu disebut Islām. Islām, dengan demikian, bukan sekadar kata benda verbal yang berarti ‘penyerahan’; ia juga merupakan nama bagi agama tertentu yang menggambarkan penyerahan sejati, sekaligus definisi agama itu sendiri: penyerahan kepada Tuhan.
Kini cara dan bentuk penyerahan diri yang dijalankan dalam agama jelas dipengaruhi oleh konsepsi tentang Tuhan dalam agama itu. Oleh karena itu konsepsi tentang Tuhan dalam agama adalah hal yang krusial bagi perumusan yang tepat tentang bentuk penyerahan sejati; dan konsepsi ini harus memadai dalam menggambarkan yang benar
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #15 | 20 Sep 2025, 09:17:42 | id | admin | Tervalidasi | — |
pemahaman terhadap Wahyu, dan dalam pengertian ini Islām bukan sekadar sebuah bentuk — ia adalah hakikat itu sendiri dari agama (dīn). Kami tidak mengakui dalam kasus Islām adanya garis pemisah horizontal yang memisahkan pemahaman eksoteris dari esoteris tentang Kebenaran dalam agama. Kami justru menegaskan adanya garis kesinambungan vertikal dari eksoteris menuju esoteris; sebuah garis kesinambungan vertikal yang kami identifikasi sebagai Jalan Lurus (islām–īmān–iḥsān) tanpa adanya ketidakselarasan dalam tiga tahapan pendakian spiritual tersebut, sehingga Realitas atau Kebenaran transenden yang dikenali dan diakui dalam kasus kami dapat diakses oleh banyak orang. Sia-sia upaya untuk menyamarkan kesalahan dalam agama-agama, dalam pemahaman dan penafsiran mereka masing-masing terhadap kitab suci yang mereka yakini mencerminkan wahyu asli, dengan menggunakan ciri-ciri dan kekhasan bentuk etnisitas dan simbolisme yang berbeda, lalu menjelaskan simbolisme itu dengan hermeneutika buatan dan menipu sehingga kesalahan tampak sebagai kebenaran. Agama tidak hanya terdiri dari penegasan Keesaan Tuhan (al-tawḥīd), tetapi juga dari cara dan bentuk kita memverifikasi penegasan itu sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi terakhir-Nya, yang meneguhkan, menyempurnakan, dan mengokohkan cara dan bentuk penegasan dan verifikasi para Nabi sebelumnya. Cara dan bentuk verifikasi ini adalah cara dan bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Ujian dari penegasan sejati atas Keesaan Tuhan, maka, adalah bentuk penyerahan diri kepada Tuhan itu. Hanya karena bentuk penyerahan diri yang dijalankan oleh agama yang menegaskan Keesaan Tuhan itu benar terhadap verifikasi penegasan tersebut, maka agama tertentu itu disebut Islām. Islām, dengan demikian, bukan sekadar kata benda verbal yang berarti ‘penyerahan’; ia juga merupakan nama bagi agama tertentu yang menggambarkan penyerahan sejati, sekaligus definisi agama itu sendiri: penyerahan kepada Tuhan. Kini cara dan bentuk penyerahan diri yang dijalankan dalam agama jelas dipengaruhi oleh konsepsi tentang Tuhan dalam agama itu. Oleh karena itu konsepsi tentang Tuhan dalam agama adalah hal yang krusial bagi perumusan yang tepat tentang bentuk penyerahan sejati; dan konsepsi ini harus memadai dalam menggambarkan yang benar | |||||