Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
maka akal menuntut bahwa ada batas kebenaran bagi setiap objek pengetahuan. Melampaui atau kurang dari batas itu akan membuat kebenaran tentang objek beserta potensinya menjadi keliru.
Pengetahuan tentang batas kebenaran ini pada setiap objek pengetahuan diperoleh melalui akal sehat jika objek tersebut sudah jelas bagi pemahaman, atau dicapai melalui kebijaksanaan, baik praktis maupun teoretis sesuai konteksnya, ketika objek itu masih samar bagi pemahaman. Makna yang nyata dan jelas dari objek pengetahuan berkaitan dengan tempatnya masing-masing dalam sistem relasi; dan ‘tempat yang tepat’ itu akan tampak bagi pemahaman kita ketika batas signifikansinya dikenali. Maka inilah posisi kebenaran: bahwa ada batasan terhadap makna segala sesuatu dalam cara ia seharusnya diketahui, dan tempat yang tepat terkait erat dengan batas signifikansinya. Pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang mengenali batas kebenaran dalam setiap objek.
Tantangan nyata kita adalah masalah kerusakan pengetahuan. Hal ini muncul karena keadaan kebingungan kita sendiri sekaligus pengaruh dari filsafat, sains, dan ideologi budaya serta peradaban Barat modern. Kekacauan intelektual muncul sebagai akibat dari perubahan dan pembatasan makna istilah kunci yang mencerminkan pandangan dunia yang bersumber dari Wahyu. Dampak dari kekacauan intelektual ini mewujud dalam keterasingan moral dan kultural, yang merupakan gejala kemerosotan pengetahuan agama, iman, dan nilai. Perubahan dan pembatasan makna istilah kunci tersebut terjadi akibat penyebaran sekularisasi sebagai program filosofis, yang menguasai hati dan pikiran yang terjerat dalam krisis kebenaran dan krisis identitas. Krisis-krisis ini, pada gilirannya, menjadi nyata sebagai akibat dari sistem pendidikan yang tersekularisasi yang menyebabkan penyimpangan, jika bukan pemutusan, dari akar sejarah yang telah kokoh ditegakkan oleh para pendahulu kita yang bijak dan mulia di atas fondasi yang dihidupkan oleh agama. Seseorang harus melihat bahwa jenis...
id) oleh admin pada 20 September 2025 - 11:53:07.akal menuntut bahwa ada batas kebenaran bagi setiap objek pengetahuan, di luar atau di bawah batas tersebut kebenaran tentang objek beserta potensinya akan menjadi keliru. Pengetahuan tentang batas kebenaran ini pada setiap objek pengetahuan diperoleh melalui akal sehat jika objek tersebut sudah jelas bagi pemahaman, atau dicapai melalui kebijaksanaan, baik praktis maupun teoretis sesuai konteksnya, ketika objek itu masih samar bagi pemahaman. Makna yang nyata dan jelas dari objek pengetahuan berkaitan dengan tempatnya masing-masing dalam sistem relasi; dan ‘tempat yang tepat’ itu akan tampak bagi pemahaman kita ketika batas signifikansinya dikenali. Maka inilah posisi kebenaran: bahwa ada batasan terhadap makna segala sesuatu dalam cara ia seharusnya diketahui, dan tempat yang tepat terkait erat dengan batas signifikansinya. Pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang mengenali batas kebenaran dalam setiap objek.
Tantangan nyata kita adalah masalah kerusakan pengetahuan. Hal ini muncul karena keadaan kebingungan kita sendiri sekaligus pengaruh dari filsafat, sains, dan ideologi budaya serta peradaban Barat modern. Kekacauan intelektual muncul sebagai akibat dari perubahan dan pembatasan makna istilah kunci yang mencerminkan pandangan dunia yang bersumber dari Wahyu. Dampak dari kekacauan intelektual ini mewujud dalam keterasingan moral dan kultural, yang merupakan gejala kemerosotan pengetahuan agama, iman, dan nilai. Perubahan dan pembatasan makna istilah kunci tersebut terjadi akibat penyebaran sekularisasi sebagai program filosofis, yang menguasai hati dan pikiran yang terjerat dalam krisis kebenaran dan krisis identitas. Krisis-krisis ini, pada gilirannya, menjadi nyata sebagai akibat dari sistem pendidikan yang tersekularisasi yang menyebabkan penyimpangan, jika bukan pemutusan, dari akar sejarah yang telah kokoh ditegakkan oleh para pendahulu kita yang bijak dan mulia di atas fondasi yang dihidupkan oleh agama. Seseorang harus melihat bahwa jenis...
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #19 | 20 Sep 2025, 11:53:07 | id | admin | Tervalidasi | — |
akal menuntut bahwa ada batas kebenaran bagi setiap objek pengetahuan, di luar atau di bawah batas tersebut kebenaran tentang objek beserta potensinya akan menjadi keliru. Pengetahuan tentang batas kebenaran ini pada setiap objek pengetahuan diperoleh melalui akal sehat jika objek tersebut sudah jelas bagi pemahaman, atau dicapai melalui kebijaksanaan, baik praktis maupun teoretis sesuai konteksnya, ketika objek itu masih samar bagi pemahaman. Makna yang nyata dan jelas dari objek pengetahuan berkaitan dengan tempatnya masing-masing dalam sistem relasi; dan ‘tempat yang tepat’ itu akan tampak bagi pemahaman kita ketika batas signifikansinya dikenali. Maka inilah posisi kebenaran: bahwa ada batasan terhadap makna segala sesuatu dalam cara ia seharusnya diketahui, dan tempat yang tepat terkait erat dengan batas signifikansinya. Pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang mengenali batas kebenaran dalam setiap objek. Tantangan nyata kita adalah masalah kerusakan pengetahuan. Hal ini muncul karena keadaan kebingungan kita sendiri sekaligus pengaruh dari filsafat, sains, dan ideologi budaya serta peradaban Barat modern. Kekacauan intelektual muncul sebagai akibat dari perubahan dan pembatasan makna istilah kunci yang mencerminkan pandangan dunia yang bersumber dari Wahyu. Dampak dari kekacauan intelektual ini mewujud dalam keterasingan moral dan kultural, yang merupakan gejala kemerosotan pengetahuan agama, iman, dan nilai. Perubahan dan pembatasan makna istilah kunci tersebut terjadi akibat penyebaran sekularisasi sebagai program filosofis, yang menguasai hati dan pikiran yang terjerat dalam krisis kebenaran dan krisis identitas. Krisis-krisis ini, pada gilirannya, menjadi nyata sebagai akibat dari sistem pendidikan yang tersekularisasi yang menyebabkan penyimpangan, jika bukan pemutusan, dari akar sejarah yang telah kokoh ditegakkan oleh para pendahulu kita yang bijak dan mulia di atas fondasi yang dihidupkan oleh agama. Seseorang harus melihat bahwa jenis... | |||||