Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 100
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 100 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Al Baqarah

Ayat ke-21

Artinya: Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala yang Dia kehendaki terhadap hamba-hamba-Nya, baik berupa azab maupun ampunan.

Ibnu Jarīr berkata:
Sesungguhnya Allah Ta‘ala menyifati Diri-Nya dengan kekuasaan atas segala sesuatu dalam konteks ini karena Dia telah memperingatkan orang-orang munafik terhadap siksa dan kekuatan-Nya, serta memberitahukan bahwa Dia meliputi mereka dan berkuasa atas penghilangan pendengaran dan penglihatan mereka.

Makna “Qadīr” (قدير) adalah Qādir (قادر) — sebagaimana makna “Alīm” adalah ‘Ālim.

Ibnu Jarīr dan para pengikutnya dari kalangan banyak ahli tafsir berpendapat bahwa dua permisalan yang disebut sebelumnya adalah untuk satu jenis kaum munafik. Maka kata "أَوْ" (aw) dalam firman Allah:

"أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ..."
bermakna seperti kata "وَاو" (dan), sebagaimana firman Allah Ta‘ala:
"Dan janganlah engkau mengikuti siapa pun dari mereka yang berdosa atau kafir." (QS. Al-Insān: 24)

Atau, menurut pendapat lain, “aw” di sini menunjukkan makna takhyīr (pilihan), yaitu: berikanlah permisalan kepada mereka dengan yang ini, atau jika engkau mau, dengan yang itu — sebagaimana dikatakan oleh Al-Qurṭubī.

Atau bisa juga bermakna tasaawī (kesetaraan) seperti ucapan:

"Duduklah bersama Al-Ḥasan atau Ibnu Sīrīn," — maksudnya bahwa keduanya setara dalam kebolehan duduk bersama mereka. Ini sebagaimana penjelasan Az-Zamakhsyarī, yang mengatakan bahwa masing-masing dari keduanya sama dalam hal ini. Maka makna firman-Nya menurut pendapat ini adalah: sama saja apakah Aku berikan permisalan kepada mereka dengan ini atau dengan itu, karena keduanya sesuai dengan kondisi mereka.

(Saya – Ibnu Katsir – berkata): Ini berlaku dengan melihat jenis-jenis kaum munafik, karena mereka beragam golongan dan memiliki kondisi serta sifat yang berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah Ta‘ala dalam surat At-Tawbah:

"Dan di antara mereka... Dan di antara mereka... Dan di antara mereka..."
Di sana Allah menyebutkan keadaan-keadaan mereka, sifat-sifat mereka, serta apa yang mereka lakukan berupa perbuatan dan perkataan.

Maka dua permisalan ini dijadikan sebagai representasi dari dua golongan di antara mereka, yang paling cocok dengan keadaan dan sifat mereka. Wallāhu a‘lam.

Sebagaimana pula Allah membuat dua permisalan dalam surat An-Nūr untuk dua golongan dari orang-orang kafir:

  • Para penyeru kepada kekufuran,

  • dan para pengikut taklid.

Dalam firman-Nya:

"Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka seperti fatamorgana di tanah datar..."
hingga firman-Nya:
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam..." (QS. An-Nūr: 39–40)

Permisalan pertama adalah untuk para penyeru kepada kebodohan yang kompleks, dan yang kedua untuk orang-orang dengan kebodohan sederhana dari kalangan para pengikut yang membebek. Dan Allah-lah yang lebih mengetahui kebenaran yang tepat.


Surat Al-Baqarah (2): Ayat 21–22

"Wahai manusia! Sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Ayat 21)

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu dengan air itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kalian mengetahui." (Ayat 22)

Allah Tabāraka wa Ta‘ālā memulai penjelasan tentang keesaan dalam Ulūhiyyah-Nya, bahwa Dialah yang memberikan nikmat kepada para hamba-Nya, dengan mengeluarkan mereka dari ketiadaan ke dalam keberadaan, dan dengan menyempurnakan nikmat-Nya kepada mereka, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Allah menjadikan bumi sebagai hamparan bagi mereka, yakni: seperti kasur yang dihamparkan, diperkuat dan dipantapkan dengan gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Dan Allah menjadikan langit sebagai bangunan, yaitu atap, sebagaimana disebutkan dalam ayat lain:

"Dan Kami jadikan langit sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari tanda-tandanya." (QS. Al-Anbiyā’: 32)

Dan Dia menurunkan air dari langit, yang dimaksud di sini adalah awan, pada waktunya ketika mereka membutuhkannya. Maka dengan air itu Allah mengeluarkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, yang hal itu bisa disaksikan langsung, sebagai rezeki bagi mereka dan bagi hewan ternak mereka.

Sebagaimana hal ini ditegaskan dalam banyak tempat lain dalam Al-Qur'an.

Di antara ayat yang paling menyerupai ayat ini adalah firman Allah Ta‘ala:


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 100 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi