Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Surat Al-Baqarah (2): Ayat 29
"Dialah (Allah) yang menciptakan untuk kalian segala yang ada di bumi, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
Setelah Allah menyebutkan dalil keberadaan-Nya melalui penciptaan manusia dan apa yang mereka saksikan dari diri mereka sendiri, Dia menyebutkan pula dalil lain yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi.
Firman-Nya: “Dialah yang menciptakan untuk kalian segala yang ada di bumi seluruhnya, kemudian Dia menuju ke langit lalu menjadikannya tujuh langit.”
Artinya: Dia mengarah (berkehendak) kepada penciptaan langit. Kata “istawā ilā” di sini mengandung makna qashd (bermaksud) dan iqbāl (menuju), karena diikuti oleh huruf “ilā.”
Firman “lalu Dia menjadikannya tujuh langit” bermakna bahwa Dia menciptakan langit sebagai tujuh lapisan. Kata “as-samā’” di sini adalah isim jenis, sehingga dikatakan “lalu Dia menyempurnakan mereka sebagai tujuh langit.”
Firman-Nya: “Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu,” artinya ilmu-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Apakah tidak diketahui oleh Dia yang menciptakan?” (al-Mulk: 14)
Penjelasan lebih rinci tentang ayat ini terdapat dalam Surah Fussilat, dalam firman-Nya:
"Katakanlah: Apakah kalian benar-benar ingkar kepada (Allah) yang menciptakan bumi dalam dua hari, dan kalian menjadikan bagi-Nya sekutu-sekutu? Itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia meletakkan di bumi gunung-gunung yang kokoh di atasnya, dan Dia memberkahinya, serta menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-nya dalam empat hari, sama (bagi mereka) yang memerlukan. Kemudian Dia menuju ke langit, yang masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kalian berdua dengan patuh atau terpaksa. Keduanya berkata: Kami datang dengan patuh. Maka Dia menyempurnakan mereka menjadi tujuh langit dalam dua hari, dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit dunia dengan pelita-pelita (bintang-bintang), dan penjagaan. Demikianlah ketentuan dari (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Fussilat: 9–12)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memulai penciptaan bumi terlebih dahulu, kemudian menciptakan langit sebagai tujuh lapisan.
Ini sesuai dengan tata urutan pembangunan, yaitu dimulai dari bagian bawahnya (pondasi) lalu bagian atasnya.
Para mufassir juga menegaskan hal ini, dan akan disebutkan perinciannya setelah ini, insya Allah.
Adapun firman Allah dalam Surah an-Nazi‘at:
"Apakah kalian lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Dia membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap, dan mengeluarkan cahaya siangnya. Dan bumi setelah itu Dia hamparkan. Dia mengeluarkan darinya airnya dan padang rumputnya, dan gunung-gunung Dia pancangkan sebagai kesenangan bagi kalian dan ternak kalian.” (an-Nazi‘at: 27–33)
Maka sebagian ulama berkata bahwa kata “tsumma” dalam ayat ini bermakna penggabungan khabar atas khabar, bukan pengurutan waktu antara satu perbuatan dan lainnya.
Sebagaimana dalam syair Arab:
"Katakan kepada orang yang menjadi pemimpin, lalu ayahnya juga menjadi pemimpin, dan sebelum itu kakeknya juga menjadi pemimpin."
Ada pula yang berkata bahwa dahwul ardh (penghamparan bumi) terjadi setelah penciptaan langit, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas.
As-Suddi dalam tafsirnya dari Abu Malik dan Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas, dari Murrah dari Ibnu Mas‘ud, dan dari sejumlah sahabat, berkata:
“Dialah yang menciptakan untuk kalian segala yang ada di bumi seluruhnya, kemudian Dia menuju ke langit lalu menjadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Artinya: Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta‘ala dahulu Arsy-Nya berada di atas air, dan belum menciptakan sesuatu selain apa yang diciptakan sebelum air. Ketika Dia menghendaki untuk menciptakan makhluk, Dia mengeluarkan dari air itu asap, lalu asap itu naik ke atas air dan membumbung tinggi di atasnya, lalu Allah menamakannya “langit.”
Kemudian Allah mengeringkan air itu dan menjadikannya bumi yang satu, lalu Dia belah-belah bumi tersebut menjadi tujuh lapis bumi dalam dua hari, yakni pada hari Ahad dan Senin.
Lalu Allah menciptakan bumi di atas seekor ikan besar, dan ikan itu adalah “an-Nūn” yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya: “Nūn. Demi pena...”
Dan ikan itu berada di dalam air...