Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
ثُمَّ نَقُولُ إِنْ كَانَ الْمُرَادُ بالاسم هذا اللفظ الذي هو أصوات متقطعة وَحُرُوفٌ مُؤَلَّفَةٌ، فَالْعِلْمُ الضَّرُورِيُّ حَاصِلٌ أَنَّهُ غَيْرُ الْمُسَمَّى وَإِنْ كَانَ الْمُرَادُ بِالِاسْمِ ذَاتُ الْمُسَمَّى، فَهَذَا يَكُونُ مِنْ بَابِ إِيضَاحِ الْوَاضِحَاتِ وَهُوَ عَبَثٌ، فَثَبَتَ أَنَّ الْخَوْضَ فِي هَذَا الْبَحْثِ عَلَى جَمِيعِ التَّقْدِيرَاتِ يَجْرِي مَجْرَى الْعَبَثِ، ثُمَّ شَرَعَ «٢» يَسْتَدِلُّ عَلَى مُغَايَرَةِ الِاسْمِ لِلْمُسَمَّى، بِأَنَّهُ قَدْ يَكُونُ الِاسْمُ مَوْجُودًا وَالْمُسَمَّى مَفْقُودًا كَلَفْظَةِ المعدوم وبأنه قَدْ يَكُونُ لِلشَّيْءِ أَسْمَاءٌ مُتَعَدِّدَةٌ كَالْمُتَرَادِفَةِ وَقَدْ يكون الاسم واحدا والمسميات متعددة المشترك وَذَلِكَ دَالٌّ عَلَى تَغَايُرِ الِاسْمِ وَالْمُسَمَّى وَأَيْضًا فَالِاسْمُ لَفْظٌ وَهُوَ عَرَضٌ وَالْمُسَمَّى قَدْ يَكُونُ ذَاتًا مُمْكِنَةً أَوْ وَاجِبَةً بِذَاتِهَا وَأَيْضًا فَلَفْظُ النَّارِ وَالثَّلْجِ لَوْ كَانَ هُوَ الْمُسَمَّى لَوَجَدَ اللَّافِظُ بِذَلِكَ حَرَّ النَّارِ أَوْ بَرْدَ الثَّلْجِ وَنَحْوَ ذَلِكَ وَلَا يَقُولُهُ عَاقِلٌ وَأَيْضًا فَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَلِلَّهِ الْأَسْماءُ الْحُسْنى فَادْعُوهُ بِها وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا» فَهَذِهِ أَسْمَاءٌ كَثِيرَةٌ وَالْمُسَمَّى وَاحِدٌ وَهُوَ اللَّهُ تَعَالَى وَأَيْضًا فَقَوْلُهُ: وَلِلَّهِ الْأَسْماءُ أَضَافَهَا إِلَيْهِ كَمَا قَالَ: فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ ونحو ذلك فالإضافة تقتضي المغايرة وقوله تعالى: فَادْعُوهُ بِها أَيْ فَادْعُوا اللَّهَ بِأَسْمَائِهِ وَذَلِكَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهَا غَيْرُهُ وَاحْتَجَّ مَنْ قَالَ الِاسْمُ هُوَ الْمُسَمَّى بِقَوْلِهِ تَعَالَى: تَبارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالْإِكْرامِ والمتبارك هو الله تعالى وَالْجَوَابُ أَنَّ الِاسْمَ مُعَظَّمٌ لِتَعْظِيمِ الذَّاتِ الْمُقَدَّسَةِ، وَأَيْضًا فَإِذَا قَالَ الرَّجُلُ زَيْنَبُ طَالِقٌ يَعْنِي امرأته طُلِّقَتْ وَلَوْ كَانَ الِاسْمُ غَيْرُ الْمُسَمَّى لَمَا وَقَعَ الطَّلَاقُ وَالْجَوَابُ أَنَّ الْمُرَادَ أَنَّ الذَّاتَ الْمُسَمَّاةَ بِهَذَا الِاسْمِ طَالِقٌ. قَالَ الرَّازِيُّ: وَأَمَّا التسمية فإنه جَعْلُ الِاسْمِ مُعَيَّنًا لِهَذِهِ الذَّاتِ فَهِيَ غَيْرُ الاسم أيضا والله أعلم.
القول في تأويل اللَّهِ
عَلَمٌ عَلَى الرَّبِّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، يُقَالُ إِنَّهُ الِاسْمُ الْأَعْظَمُ لِأَنَّهُ يُوصَفُ بِجَمِيعِ الصِّفَاتِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ عالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهادَةِ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيمُ. هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ. هُوَ اللَّهُ الْخالِقُ الْبارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ الْحَشْرِ: ٢٢- ٢٤ فَأَجْرَى الْأَسْمَاءَ الْبَاقِيَةَ كلها صفات لَهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى: وَلِلَّهِ الْأَسْماءُ الْحُسْنى فَادْعُوهُ بِها الأعراف: ١٨ وَقَالَ تَعَالَى:
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى الْإِسْرَاءِ: ١١٠ وَفِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ» وَجَاءَ تَعْدَادُهَا فِي رِوَايَةِ التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ مَاجَهْ، وَبَيْنَ الرِّوَايَتَيْنِ اختلاف زيادة ونقصان وقد ذكر الرَّازِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ عَنْ بَعْضِهِمْ أَنَّ لِلَّهِ خَمْسَةَ آلَافِ اسْمٍ: أَلْفٌ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ الصَّحِيحَةِ، وَأَلْفٌ فِي التَّوْرَاةِ وَأَلْفٌ فِي الْإِنْجِيلِ، وَأَلْفٌ فِي الزَّبُورِ وَأَلْفٌ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ.
وَهُوَ اسْمٌ لَمْ يُسَمَّ بِهِ غَيْرُهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَلِهَذَا لَا يُعْرَفُ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ له اشتقاق من فعل يفعل، فَذَهَبَ مَنْ ذَهَبَ مِنَ النُّحَاةِ إِلَى أَنَّهُ اسم جامد لا اشتقاق له، وقد نقله الْقُرْطُبِيُّ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ مِنْهُمُ الشَّافِعِيُّ والخطابي وإمام الحرمين والغزالي وغيره وَرُوِيَ عَنِ الْخَلِيلِ وَسِيبَوَيْهِ أَنَّ الْأَلِفَ وَاللَّامَ فِيهِ لَازِمَةٌ، قَالَ الْخَطَّابِيُّ: أَلَا تَرَى أَنَّكَ تَقُولُ يَا اللَّهُ وَلَا تَقُولُ يَا الرَّحْمَنُ، فَلَوْلَا أَنَّهُ مِنْ أَصْلِ الْكَلِمَةِ لَمَا جَازَ إِدْخَالُ حَرْفِ النِّدَاءِ عَلَى الْأَلِفِ وَاللَّامِ، وَقِيلَ إِنَّهُ مُشْتَقٌّ وَاسْتَدَلُّوا عَلَيْهِ بِقَوْلِ رُؤْبَةَ بْنِ العجاج: الرجزلِلَّهِ دَرُّ الْغَانِيَاتِ الْمُدَّهِ ... سَبَّحْنَ وَاسْتَرْجَعْنَ مِنْ تَأَلُّهِي «١»
Kemudian kami katakan: Jika yang dimaksud dengan nama (الاسم) itu adalah lafaz ini — yaitu suara-suara yang terputus-putus dan huruf-huruf yang tersusun — maka ilmu darurat (pengetahuan yang tidak bisa ditolak) menunjukkan bahwa ia berbeda dengan yang dinamai (المسمى). Namun jika yang dimaksud dengan nama itu adalah dzat dari yang dinamai, maka ini termasuk ke dalam kategori menjelaskan hal-hal yang sudah jelas, dan itu merupakan tindakan sia-sia. Maka tetaplah bahwa pembahasan dalam masalah ini dalam semua kemungkinan yang ada, berjalan dalam kerangka kesia-siaan.
Kemudian beliau mulai mengemukakan dalil atas perbedaan antara nama dan yang dinamai, yaitu bahwa terkadang nama itu ada, sedangkan yang dinamai tidak ada, seperti lafaz al ma'dum (المعدوم, sesuatu yang tidak ada). Dan juga karena terkadang suatu hal memiliki banyak nama yang berbeda-beda (mutaradifat), dan terkadang satu nama digunakan untuk beberapa hal (musytarak), dan ini semua menunjukkan adanya perbedaan antara nama dan yang dinamai.
Selain itu, nama itu adalah lafaz, yang merupakan sesuatu yang bersifat ‘arad (sifat yang tidak berdiri sendiri), sedangkan yang dinamai bisa jadi merupakan dzat yang mungkin ada atau wajib adanya dengan sendirinya. Juga, lafaz an nar (النار, api) dan as tsalj (الثّلج, salju) — jika nama itu sendiri adalah yang dinamai — maka orang yang melafazkannya tentu akan merasakan panasnya api atau dinginnya salju, dan semacamnya. Padahal tidak ada orang berakal yang mengatakan demikian.
Selain itu, Allah Ta'ala berfirman:
"Dan milik Allah lah nama-nama yang paling indah, maka bermohonlah kepada-Nya dengan nama-nama itu." (QS. al A'raf: 180)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama."
Ini semua menunjukkan adanya banyak nama, sedangkan yang dinamai hanya satu, yaitu Allah Ta'ala.
Juga, firman-Nya:
"Dan milik Allah lah nama-nama..."
beliau menyandarkan nama-nama itu kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
"Maka bertasbihlah dengan nama Tuhanmu Yang Mahaagung." (QS. al Haqqah: 52)
dan semisalnya. Penyandaran ini menunjukkan perbedaan. Adapun firman-Nya:
"Maka bermohonlah kepada-Nya dengannya"
maksudnya: Bermohonlah kepada Allah dengan nama-nama-Nya, dan itu menjadi dalil bahwa nama itu berbeda dengan yang dinamai.
Adapun pihak yang berpendapat bahwa nama adalah yang dinamai berdalil dengan firman Allah Ta'ala:
"Maha Suci nama Tuhanmu Yang Mahaagung dan Maha Pemurah." (QS. ar Rahman: 78)
Sedangkan yang disucikan adalah Allah Ta'ala. Maka jawabannya: Nama itu diagungkan karena pengagungan terhadap dzat yang suci.
Juga, apabila seorang laki-laki berkata, "Zainab telah ditalak," yang dimaksud adalah bahwa istrinya telah ditalak. Kalau nama itu berbeda dengan yang dinamai, maka perceraian itu tidak akan terjadi. Jawabannya adalah: Maksudnya, dzat yang dinamai dengan nama tersebut yang terkena perceraian.
Ar Razi berkata:
Adapun penamaan (التسمية) adalah menjadikan nama tertentu untuk dzat ini, maka penamaan itu berbeda juga dengan nama itu sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui.
Pembahasan tentang tafsir lafaz "Allah"
"Allah" adalah nama bagi Rabb Tabaraka wa Ta'ala. Dikatakan bahwa ia adalah al ismul a'zham (nama terbesar), karena Dia disifati dengan seluruh sifat-sifat kesempurnaan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Dialah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada sesembahan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Memberi Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Megah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa. Dia memiliki nama-nama yang paling indah. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. al Hasyr: 22–24)
Maka semua nama-nama yang disebutkan ini dijalankan sebagai sifat-sifat bagi-Nya, sebagaimana firman-Nya:
"Dan milik Allah lah nama-nama yang paling indah, maka bermohonlah kepada-Nya dengan nama-nama itu." (QS. al A'raf: 180)
Dan firman-Nya:
"Katakanlah: Serulah Allah atau serulah ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai nama-nama yang paling indah." (QS. al Isra: 110)
Dalam ash Shahihain dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang menghafalnya akan masuk surga."
Adapun rinciannya disebutkan dalam riwayat at Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan terdapat perbedaan dalam jumlah tambahan dan pengurangan antara kedua riwayat tersebut.
Ar Razi dalam tafsirnya menyebutkan dari sebagian ulama bahwa Allah memiliki lima ribu nama: seribu di dalam Kitab dan Sunnah yang shahihah, seribu dalam Taurat, seribu dalam Injil, seribu dalam Zabur, dan seribu dalam Lauhul Mahfuzh.
Penjelasan tentang kata "Allah" sebagai lafaz khusus
"Allah" adalah nama yang tidak dinamai dengannya selain Dia Tabaraka wa Ta'ala. Oleh karena itu, tidak dikenal dalam ucapan bangsa Arab adanya bentuk derivasi dari kata kerja untuk lafaz ini. Maka sebagian ahli nahwu berpendapat bahwa "Allah" adalah ism jamid (nama murni, tidak berasal dari derivasi). Ini dinukil oleh al Qurthubi dari sekelompok ulama, di antaranya asy Syafi'i, al Khaththabi, Imam al Haramain, al Ghazali, dan selain mereka.
Diriwayatkan dari al Khalil dan Sibawaih bahwa huruf alif dan lam di dalamnya adalah bagian yang melekat dari lafaz tersebut.
Al Khaththabi berkata:
"Bukankah engkau melihat bahwa engkau berkata: 'Ya Allah', dan engkau tidak berkata: 'Ya ar Rahman'? Maka kalau bukan karena alif lam itu bagian dari asal kata, tentu tidak sah memasukkan huruf panggilan (harf an nida') pada alif lam."
Ada pula pendapat bahwa lafaz ini berasal dari derivasi, dan mereka berdalil dengan syair Ru'bah bin al 'Ajjaj:
لِلَّهِ دَرُّ الْغَانِيَاتِ الْمُدَّهِ ... سَبَّحْنَ وَاسْتَرْجَعْنَ مِنْ تَأَلُّهِي
(Artinya: Demi Allah, betapa mulianya para wanita cantik itu... mereka bertasbih dan memohon perlindungan karena ketundukan mereka kepada Allah).