Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
"Ar Rahman" adalah Dzat yang Maha Penyayang di dunia dan akhirat, sedangkan "ar Rahim" adalah Penyayang di akhirat.
Sebagian ulama mengklaim bahwa kata tersebut (ar Rahman) bukan berasal dari bentuk kata kerja (ghayru musytaqq), dengan alasan: Kalau ia musytaqq, maka seharusnya bisa disebutkan bersama objek yang dirahmati. Namun Allah berfirman:
"Dan adalah Dia Maha Penyayang terhadap orang-orang beriman." (QS. al Ahzab: 43)
Ibnu al Anbari dalam az Zāhir meriwayatkan dari al Mubarrad bahwa ar Rahman adalah nama Ibrani, bukan Arab.
Abu Ishaq az Zajjāj dalam Ma'āni al Qur'ān mengatakan bahwa Ahmad bin Yahya berkata: "Ar Rahim adalah Arab, sedangkan ar Rahman adalah Ibrani; karena itu keduanya digabungkan."
Abu Ishaq berkata: "Pendapat ini tidak disukai."
Al Qurthubi berkata:
Dalil bahwa kata tersebut musytaqq (berasal dari kata kerja) adalah apa yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan dishahihkan, dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf ra, bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman: Akulah ar Rahman. Aku menciptakan rahim (kasih sayang) dan Aku ambilkan namanya dari nama-Ku. Maka siapa yang menyambungnya, Aku akan menyambungnya; dan siapa yang memutuskannya, Aku akan memutuskan hubungan dengannya."
Beliau berkata:
"Ini adalah nash (teks eksplisit) dalam pembentukan dari kata kerja, maka tidak ada makna bagi penolakan atau perdebatan."
Beliau juga berkata:
Penolakan orang-orang Arab terhadap nama ar Rahman disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap Allah dan apa yang wajib atas-Nya.
Al Qurthubi melanjutkan:
Kemudian dikatakan bahwa keduanya memiliki makna yang sama, seperti nadmān dan nadīm — ini dikatakan oleh Abu ‘Ubaidah.
Namun ada yang mengatakan bahwa bentuk fa‘lān tidak sama dengan fa‘īl, karena bentuk fa‘lān tidak digunakan kecuali untuk menunjukkan makna yang sangat berlebihan dalam perbuatan. Seperti dalam ucapan: "Rajulun ghadbān" (seorang yang sangat marah), yaitu untuk seseorang yang penuh dengan kemarahan.
Adapun bentuk fa‘īl bisa bermakna pelaku (fa‘il) atau objek (maf‘ul).
Abu ‘Ali al Fārisī berkata:
"Ar Rahman adalah nama umum untuk segala jenis rahmat dan itu khusus bagi Allah Ta'ala. Sedangkan ar Rahim hanya digunakan dalam konteks kaum mukminin."
Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Dan Dia Maha Penyayang terhadap orang-orang yang beriman."
Ibnu ‘Abbas berkata:
Keduanya adalah nama-nama yang lembut, dan salah satunya lebih lembut daripada yang lain, maksudnya: lebih banyak rahmatnya.
Kemudian dinukil dari al Khaththābī dan selainnya bahwa mereka melihat sifat ini mengandung kerumitan. Mereka berkata:
"Mungkin maksudnya adalah lebih rafīq (lembut), sebagaimana dalam hadits:
"Sesungguhnya Allah itu rafīq (lembut) dan mencintai kelembutan, dan Dia memberikan pada kelembutan apa yang tidak diberikan pada kekerasan."
Ibnu al Mubārak berkata:
"Ar Rahman — jika diminta — Dia memberi. Dan ar Rahim — jika tidak diminta — Dia murka."
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan Ibnu Mājah dari Abu Shāliḥ al Fārisī al Khūzī, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka kepadanya."
Seorang penyair berkata:
اللَّهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ
وَبُنَيُّ آدَمَ حِينَ يُسْأَلُ يَغْضَبُ
"Allah murka jika engkau meninggalkan permintaan kepada-Nya,
sedangkan anak Adam justru marah saat dimintai."