Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 50
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 50 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text

سورة الفاتحة

آية 7

وَقَالَ الطَّبَرَانِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ السَّقَطِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَهْدِيٍّ الْمِصِّيصِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي زَائِدَةَ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ الَّذِي تَرَكَنَا عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَلِهَذَا قَالَ الْإِمَامُ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: وَالَّذِي هُوَ أَوْلَى بِتَأْوِيلِ هَذِهِ الْآيَةِ عِنْدِي أَعْنِي- اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ- أَنْ يَكُونَ مَعْنِيًّا بِهِ: وَفِّقْنَا لِلثَّبَاتِ عَلَى مَا ارْتَضَيْتَهُ وَوَفَّقْتَ لَهُ مَنْ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِ مِنْ عِبَادِكَ مِنْ قَوْلٍ وعمل ذلك هُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ لِأَنَّ مَنْ وُفِّقَ لِمَا وُفِّقَ لَهُ مَنْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ فَقَدْ وُفِّقَ لِلْإِسْلَامِ وَتَصْدِيقِ الرُّسُلِ وَالتَّمَسُّكِ بِالْكِتَابِ وَالْعَمَلِ بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ بِهِ وَالِانْزِجَارِ عَمَّا زَجَرَهُ عَنْهُ وَاتِّبَاعِ مِنْهَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِنْهَاجِ الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ، وَكُلِّ عَبْدٍ صَالِحٍ وَكُلُّ ذَلِكَ من الصراط المستقيم «١» .

فإن قيل فكيف يَسْأَلُ الْمُؤْمِنُ الْهِدَايَةَ فِي كُلِّ وَقْتٍ مِنْ صَلَاةٍ وَغَيْرِهَا وَهُوَ مُتَّصِفٌ بِذَلِكَ؟ فَهَلْ هَذَا مِنْ بَابِ تَحْصِيلِ الْحَاصِلِ أَمْ لَا؟

فَالْجَوَابُ أَنْ لَا، وَلَوْلَا احْتِيَاجُهُ لَيْلًا وَنَهَارًا إِلَى سؤال الهداية لما أرشده الله تعالى إِلَى ذَلِكَ، فَإِنَّ الْعَبْدَ مُفْتَقِرٌ فِي كُلِّ سَاعَةٍ وَحَالَةٍ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي تَثْبِيتِهِ عَلَى الْهِدَايَةِ وَرُسُوخِهِ فِيهَا وَتَبَصُّرِهِ وَازْدِيَادِهِ مِنْهَا وَاسْتِمْرَارِهِ عَلَيْهَا فَإِنَّ الْعَبْدَ لَا يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ فَأَرْشَدَهُ تَعَالَى إِلَى أَنْ يَسْأَلَهُ فِي كُلِّ وَقْتٍ أَنْ يَمُدَّهُ بِالْمَعُونَةِ وَالثَّبَاتِ وَالتَّوْفِيقِ، فَالسَّعِيدُ من وفقه الله تعالى لسؤاله فإنه قَدْ تَكَفَّلَ بِإِجَابَةِ الدَّاعِي إِذَا دَعَاهُ وَلَا سِيَّمَا الْمُضْطَرُّ الْمُحْتَاجُ الْمُفْتَقِرُ إِلَيْهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلى رَسُولِهِ وَالْكِتابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ النِّسَاءِ: ١٣٦ فَقَدْ أَمَرَ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْإِيمَانِ وَلَيْسَ ذلك من باب تَحْصِيلُ الْحَاصِلِ لِأَنَّ الْمُرَادَ الثَّبَاتُ وَالِاسْتِمْرَارُ وَالْمُدَاوَمَةُ عَلَى الْأَعْمَالِ الْمُعِينَةِ عَلَى ذَلِكَ وَاللَّهُ أَعْلَمُ. وَقَالَ تَعَالَى آمِرًا لِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ أَنْ يَقُولُوا: رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا وَهَبْ لَنا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ آل عمران: ٨ وَقَدْ كَانَ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْرَأُ بِهَذِهِ الْآيَةِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّالِثَةِ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سِرًّا، فَمَعْنَى قَوْلِهِ تَعَالَى اهْدِنَا الصِّراطَ الْمُسْتَقِيمَ اسْتَمِرَّ بِنَا عَلَيْهِ وَلَا تعدل بنا إلى غيره.

سورة الفاتحة (١) : آية ٧

صِراطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)

قَدْ تَقَدَّمَ الْحَدِيثُ فِيمَا إِذَا قَالَ الْعَبْدُ اهْدِنَا الصِّراطَ الْمُسْتَقِيمَ إِلَى آخِرِهَا أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ «هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سأل» وقوله تعالى: صِراطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مُفَسِّرٌ لِلصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ وَهُوَ بَدَلٌ مِنْهُ عِنْدَ النُّحَاةِ وَيَجُوزُ أَنْ يكون عطف بيان والله أعلم. والذين أنعم الله عَلَيْهِمْ هُمُ الْمَذْكُورُونَ فِي سُورَةِ النِّسَاءِ حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَداءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيقاً. ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفى بِاللَّهِ عَلِيماً النِّسَاءِ: ٦٩- ٧٠


(١) تفسير الطبري ١/ ١٠٤.

Bahasa Indonesia Translation

Al Fatihah

Ayat ke-7

Dan telah berkata ath Thabarani:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al Fadhl as Saqathi,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdi al Mishshi,
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Zakariya bin Abi Za'idah,
dari al A'masy,
dari Abu Wa'il,
dari 'Abdullah, ia berkata:

"Ash Shirath al Mustaqim adalah jalan yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan kita di atasnya."

Oleh karena itu, Imam Abu Ja'far bin Jarir rahimahullah berkata:

"Yang paling layak dalam tafsir ayat ini — maksudku firman-Nya: 'Ihdinas shirathal mustaqim' —
adalah bahwa maknanya:
'Bimbinglah kami untuk tetap istiqamah di atas apa yang telah Engkau ridhai,
dan telah Engkau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka,
dalam ucapan dan perbuatan,
itulah ash shirath al mustaqim.'

Karena siapa yang diberi taufik seperti apa yang telah Allah berikan kepada mereka yang diberi nikmat,
yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan para shalihin,
maka sungguh ia telah diberi taufik untuk berpegang pada Islam,
membenarkan para rasul,
berpegang pada al Kitab,
mengamalkan perintah Allah,
menjauhi larangan-Nya,
mengikuti manhaj Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
serta manhaj para khalifah yang empat,
dan setiap hamba yang shalih,
dan semua itu adalah bagian dari ash shirath al mustaqim." 【1】

Jika dikatakan:

"Bagaimana seorang mukmin meminta hidayah dalam setiap waktu, baik dalam shalat maupun di luar shalat, padahal ia telah mendapatkan hidayah?
Apakah ini termasuk kategori meminta sesuatu yang sudah ada?"

Maka jawabannya: Tidak.

Seandainya tidak ada kebutuhan mendesak untuk selalu meminta hidayah siang dan malam,
niscaya Allah tidak akan membimbing kita untuk selalu memintanya.

Sebab seorang hamba selalu membutuhkan Allah Ta'ala di setiap saat dan keadaan,
dalam hal:

  • Meneguhkan dirinya di atas hidayah,

  • Menjadikannya kokoh,

  • Memberinya pemahaman,

  • Menambahkannya dalam hidayah,

  • Dan menjadikannya terus istiqamah di atasnya.

Karena seorang hamba tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan manfaat atau menolak mudarat bagi dirinya,
kecuali dengan kehendak Allah.

Maka Allah Ta'ala membimbingnya untuk selalu meminta pertolongan, keteguhan, dan taufik di setiap waktu.

Orang yang bahagia adalah orang yang diberi taufik oleh Allah untuk selalu berdoa,
karena Allah telah menjamin akan mengabulkan doa siapa saja yang memohon kepada-Nya,
terutama orang yang benar-benar dalam keadaan darurat, sangat butuh, dan fakir kepada-Nya di berbagai waktu siang dan malam.

Allah Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kalian kepada Allah, dan Rasul-Nya,
serta kepada Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan Kitab yang diturunkan sebelumnya."
(an Nisa': 136)

Maka Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk tetap beriman.
Ini bukanlah dalam rangka memperoleh sesuatu yang sudah ada (tahsil al hasil),
tetapi maksudnya adalah memohon keteguhan, kesinambungan, dan istiqamah dalam amal-amal yang mendukung keimanan — wallahu a'lam.

Allah Ta'ala juga berfirman, memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berdoa:

"Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau memberi kami petunjuk,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi karunia."
(Ali 'Imran: 8)

Abu Bakr ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu biasa membaca ayat ini dalam rakaat ketiga shalat Maghrib, setelah al Fatihah, secara sirr (pelan).

Maka makna firman-Nya:

"Ihdinas shirathal mustaqim"
adalah:

"Tetapkanlah kami untuk terus berada di atasnya, dan jangan Engkau palingkan kami kepada selainnya."


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 50 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi