Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Tafsir Ibnu Katsir - Detail Buku
Halaman Ke : 54
Jumlah yang dimuat : 4377
« Sebelumnya Halaman 54 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Fasal tentang makna-makna surah ini

Permasalahan: Pendapat yang sahih dari mazhab-mazhab para ulama adalah bahwa kekurangan dalam membedakan antara huruf ḍād (ض) dan ẓāʾ (ظ) dimaafkan, karena dekatnya tempat keluarnya kedua huruf tersebut. Hal ini karena huruf ḍād keluar dari sisi tepi lidah dan bagian geraham yang mengikutinya, sedangkan huruf ẓāʾ keluar dari ujung lidah dan ujung-ujung gigi seri bagian atas. Dan karena kedua huruf tersebut termasuk huruf-huruf yang bersifat majhūrah (terdengar suaranya), huruf-huruf rikhwah (lunak), dan huruf-huruf muṭbaqah (tertutup), maka karena semua alasan tersebut diperbolehkan menggunakan salah satunya sebagai ganti dari yang lain bagi orang yang tidak mampu membedakan di antara keduanya. Dan Allah lebih mengetahui. Adapun hadis "Aku adalah orang yang paling fasih mengucapkan huruf ḍād" maka tidak ada asal usulnya (tidak shahih), dan Allah lebih mengetahui.

Fasal dalam makna-makna surah ini

Surah yang mulia ini, yang terdiri dari tujuh ayat, mencakup pujian kepada Allah, pengagungan-Nya, dan sanjungan terhadap-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah, yang mengharuskan adanya sifat-sifat-Nya yang luhur. Juga mencakup penyebutan tentang hari akhir, yaitu Hari Pembalasan. Serta pengarahan-Nya kepada para hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya, merendahkan diri kepada-Nya, melepaskan diri dari kekuatan dan daya mereka sendiri, dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya semata, serta mentauhidkan-Nya dalam hal ulūhiyyah — Mahasuci dan Mahatinggi Dia — dan pensucian terhadap-Nya dari memiliki sekutu, atau yang serupa, atau yang setara. Dan juga mencakup arahan untuk memohon kepada-Nya agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus, yaitu agama yang kokoh dan teguh, serta memohon keteguhan di atasnya hingga hal tersebut mengantarkan mereka untuk dapat melewati shiraṭ yang hakiki pada Hari Kiamat, yang akan membawa mereka ke surga-surga penuh kenikmatan, di sisi para nabi, para shiddiqīn, para syuhadā’ dan orang-orang saleh.

Surah ini juga memuat anjuran untuk melakukan amal-amal saleh agar mereka termasuk dalam golongan pelakunya pada Hari Kiamat, dan peringatan dari menempuh jalan-jalan kebatilan agar mereka tidak dikumpulkan bersama para pelakunya pada Hari Kiamat, yaitu orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat. Betapa indahnya penisbahan nikmat itu kepada Allah dalam firman-Nya Ta‘ālā: "shiraṭ al-ladzīna an‘amta ‘alayhim" (jalan orang-orang yang Engkau telah beri nikmat kepada mereka), dan penghapusan pelaku dalam kata kemurkaan pada firman-Nya Ta‘ālā: "ghayril maghḍūbi ‘alayhim" (bukan orang-orang yang dimurkai), meskipun pada hakikatnya Dia-lah pelakunya, sebagaimana firman-Nya Ta‘ālā: "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman setia mereka?" (QS. al-Mujādilah: 14). Begitu pula penisbahan kesesatan kepada siapa yang melakukan kesesatan, meskipun Dia-lah yang menyesatkan mereka dengan takdir-Nya, sebagaimana firman-Nya Ta‘ālā: "Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang Dia sesatkan, maka kamu tidak akan mendapatkan penolong baginya yang dapat memberikan petunjuk." (QS. al-Kahf: 17), dan firman-Nya: "Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Dan Dia membiarkan mereka dalam kesesatan mereka, bingung terombang-ambing." (QS. al-A‘rāf: 186), serta ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Dia Subḥānahu adalah satu-satunya yang mengatur petunjuk dan kesesatan — 

...bukan sebagaimana yang dikatakan oleh firqah Qadariyyah, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka, yaitu bahwa para hamba sendirilah yang memilih dan melaksanakan petunjuk maupun kesesatan. Mereka berdalil atas bid‘ah mereka itu dengan ayat-ayat yang mutasyābih dari al-Qur’an, dan mereka meninggalkan ayat-ayat yang secara jelas dan gamblang membantah pandangan mereka tersebut. Dan inilah keadaan para pengikut kesesatan dan penyimpangan.

Telah disebutkan dalam hadis yang shahih:

"Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti bagian-bagian yang mutasyābih darinya (al-Qur’an), maka mereka itulah orang-orang yang telah Allah namakan (dalam al-Qur’an), maka waspadalah terhadap mereka."

Yaitu dalam firman Allah Ta‘ālā:

"Adapun orang-orang yang dalam hatinya terdapat penyimpangan, maka mereka mengikuti bagian-bagian yang mutasyabih darinya untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya..."
(QS. Āli ‘Imrān: 7)


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 54 dari 4377 Berikutnya » Daftar Isi