menjadi dosen dalam derajat profesor dalam beberapa Universitas,
dan telah mengarang berpuluh-puluh buku mengenai filsafat agama.
Dan yakinlah penulis ”Tafsir” ini setelah berkecimpung di dalam dunia
pengetahuan agama, menjadi guru besar dan mengarang kitab-kitab
itu bahwa masih terlalu banyak yang belum diketahui. Sehingga jika
diperturutkanlah syarat-syarat ”mempertakut-takuti” yang dijadikan
dinding oleh Ulama-ulama tadi, tidak jugalah akan keluar sebuah tafsir
yang akan menjadi pegangan dari dua golongan yang kita sebutkan
tadi.
Maka sebelum masuk ke dalam gelanggang ”Tafsir” itu sendiri,
terlebih. dahulu di dalam kata pendahuluan ini hendak kita uraikan
apakah Al-Qur'an itu dan apa yang terjemah dan apa pula yang tafsir.
Dan hendak kita terangkan juga pendirian penafsir sendiri dan
haluannya, sehingga jika bertemu suatu hal yang tidak bertemu di
dalam tafsir lain, dapatlah diketahui sebab-sebabnya, karena
mengetahui haluan dan paham si penafsir seketika dia menafsirkan.
Kita katakan demikian, lantaran tafsir-tafisr bahasa Arab yang
terkenal sebagai pegangan ulama-ulama dikenal juga dalam haluan
pengarang-pengarang itu sendiri. Seumpama Tafsir Ar Razi, dikenal orang
kecenderungan tafsirnya untuk membela mazhabnya, yaitu Mazhab
Syafi'i. Dan kalau dibaca Tafsir al-Kasysyaaf dari Zamakhsyari, orang
akan mengenal pembelaannya kepada Mazhab yang dianutnya, yaitu
Mu'tazilah. Dan kalau dibaca tafsir yang dikarang di akhir abad tiga
belas Hijriyah (abad kesembilan-belas Miladiyah), yaitu Ruhul Ma 'am'
karangan al-Alusi, akan ternyatalah pembelaannya kepada Mazhab
yang dianutnya kemudian, yaitu Mazhab Hanafi dan dikritiknya
dengan halus atau keras Mazhab yang ditinggalkannya, yaitu Mazhab .
Syafi'i. Maka di dalam pendahuluan ini akan kita jelaskan juga haluan
mana yang kita pilih.