Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir Al Azhar Juz 1- Detail Buku
Halaman Ke : 22
Jumlah yang dimuat : 111

berapa fasih berbahasa Arab dan bukanlah dia seorang failasuf atau guru; meskipun berasal dari Romawi. Kepandaiannya hanyalah semata-mata menempa besi. Nabi Muhamamd s.a.w. pernah datang dua tiga kali ke bengkel tempat orang itu bekerja. Mungkin tertarik melihat kepandaiannya membuat pedang. Maka disebarkanlah berita oleh musuh-musuhnya ketika itu berita bahwa Nabi Muhammad belajar kepada orang Rum pandai besi itu. Berita inilah yang dibantah oleh al-Quran dengan cara berfikir yang teratur di dalam Surat arn-Nah! (Surat 16, ayat 103), bahwa Tuhan mengetahui apa yang mereka tuduhkan itu, yaitu bahwa Muhammad diajar oleh manusia, bukan wahyu dari Tuhan. Manusia itu ialah pandai besi orang Rumi. Padahal lidah Rumi itu ialah lidah ajami, sedang wahyu yang turun ini adalah lidah atau bahasa Arab yang terang, yang jelas lagi fasih.

Cobalah fikirkan dengan akal yang teratur, adakah mungkin di akal bahwa seorang Rumi yang tidak fasih berbahasa Arab mengajar Nabi tentang wahyu dengan bahasa Arab yang sangat indah, di atas dari segala keindahan?

Sedang pemuka-pemuka Quraisy yang ahli dalam bahasa, selama ini tidak mengenal sedikitpun tentang pandai besi Rurni itu lain dari langganan yang baik dalam pembikinan pedang?

Ketiga : Di dalam al-Quran pernah diberitakan pula hal yang akan kejadian.

Di dalam Surat Rum (Surat 30, di ayatnya yang permulaan diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.) bahwa mulanya orang Rum kalah berperang dengan orang Persia, tetapi sesudah beberapa tahun kemudian, orang Rum pasti akan menang kembali.

Ketika orang Rum itu kalah di permulaan, musyrikin Quraisy bergembira hati, sebab orang Persia yang mengalahkan mereka adalah penyembah berhala pula. Sedang kaum Muslimin bersedih hati, sebab orang Rum adalah pemeluk Nasrani, yang pada pokoknya bertauhid juga, artinya dekat dengan Islam. Tapi kedatangan ayat memberi kepastian kepada kaum Muslimin bahwa Rum akan menang kembali tidak berapa tahun lagi: Bidh’i sinina. Artinya di antara tujuh dan sembilan tahun lagi. Sampai Abu Bakar bertaruh dengan orang Quraisy beberapa ekor unta, bahwa Rum pasti akan menang kembali. Dan setelah sampai waktunya, terjadilah kemenangan Rum dan kalahlah Persia. Abu Bakar yakin dan pasti menang, sebab dia yakin akan bunyi ayat ini. (Ketika itu zaman Makkah, belum ada larangan bertaruh). Maka diterimalah kemenangan pertaruhannya.

Demikian juga jani kemenangan menghadapi Quraisy di peperangan Badar, dan demikian juga janji bahwa Nabi dan sahabatnya akan dapat melakukan Umrah dengan aman sesudah Perdamaian Hudaibiyah. Semuanya Insya Allah akan bertemu di dalam Suratnya masing-masing kelak. Semnuanya itu dijanjikan sebelum terjadi sesungguhnya*.

Yang lebih hebat lagi ialah janji kernenangan pasti, bahwa mereka akan memerintah di bumi, sebagaimana ummat-ummat yang terdahulu juga dan ketakutan akan berganti dengan keamanan, sebagai tersebut dalam Surat 

* Lihat Surat al-Anfal Juzu’ 9 dan Surat alFatah duzu’ 26.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?