tanda kebesaran dan kelengkapannya. Di bagian Indonesia saya berjumpa buku-buku Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, dan Di Bawah Lindungan Ka'bah oleh Hamka.
Payah berjalan-jalan sekeliling universitas itu, kita akan lekas haus walaupun di musim dingin. Syukurlah di setiap kamar disediakan air minum yang telah didinginkan, tersedia buat semua yang haus. Mari ambil saja gelas kertas.
Sehabis minum gelas kertas itu lemparkan ke dalam tong yang telah sedia di sampingnya, kelak akan dimasak” pula kembali agar kembali menjadi gelas lagi. Di mana-mana perkara haus ini dapat diselesaikan sendiri.
Lapangan-lapangan untuk olahraga besar pula, seperti juga kelaknya saya temui di seluruh universitas yang saya kunjungi.
Kami pun pergi ke gedung Radio City Music Hall. Panggung bioskop yang sebesar-besarnya di dunia. Film yang main diselingi juga ektra-ekstra tarian hidup atau main sulap. Kursi di dalamnya “hanya” 6.000 buah. Kita boleh masuk sembarang waktu sebab film dan ekstra itu berputar terus hingga tengah malam. Di mana kita mulai menonton, di sana pula kita sudahi nanti. Ketika film yang bermain, penggung belum kelihatan. Namun, jika film selesai dan ekstra hidup akan dimulai, demikian juga konser musik yang besar dengan lagu-lagu klasik karangan musik yang masyhur, lebih dahulu kedengaranlah bunyi musik itu, tetapi belum tampak pemainnya. Laksana suara dari perut bumi layaknya. Kemudiannya, dengan berangsur-angsur naiklah panggung itu dari “dalam tanah” ke atas, muncul perlahan-lahan, dan berpuluh orang pemain telah duduk sekali di atasnya dan telah lama dimulainya, yakni sejak dari “dalam tanah”. Kelak jika pertunjukan musik