lamanya. Mereka insaf bahwasanya yang baru adalah ujung yang lama, artinya bukan putus dengan yang lama. Pusaka yang lama memberikan inspirasi untuk melanjutkan yang baru. Demikian maju kehidupan bangsa Amerika pada benuanya yang baru, tetapi mereka merasa suatu kemiskinan budaya jika hubungan mereka putus dengan Shakespeare, Milton, dan Moliere, dan lain-lain.
Yang lebih menarik hati pada New York City Opera ialah bangunannya. Jika orang tidak tahu lebih dahulu bahwa itu adalah sebuah panggung opera, tentu orang akan menyangka bahwa itu adalah sebuah masjid di tengah New York. Ukiran, pintu, dinding, dan lampunya pun menggambarkan bentuk masjid-masjid indah di Baghdad, di zaman 1001 malam. Di puncak panggung tertulis kalimat “Assalamu'alaikum”, dengan tulisan huruf Latin yang menyerupai Arab.
Kita tahu, New York adalah pusat perekonomian dunia. Di sanalah Wall Street yang terkenal, tempat bercokol bankir dan miliuner. Meskipun Washington pusat politik dan pemerintahan, Washington tidak akan bergerak jika tidak digerakkan oleh Wall Street sebab politik harus didanai oleh ekonomi. Orang Amerika pun bangga sebab Pulau Manhattan yang dibeli dari tangan orang Belanda 300 dolar dan dahulu diberi nama New Amsterdam, sekarang menjadi New York, tempat menentukan nasib dunia. Dibeli sepulau dahulu 300 dolar sekarang semeter tanah saja, sudah lebih harganya dari 300 dolar. Di depan pelabuhan itulah berdiri patung kemerdekaan anugerah dari Kerajaan Prancis sebagai tanda penghormatan atas kejayaan Revolusi Amerika. Bukankah Revolusi Amerika itu pun terpengaruh oleh ajaran Rousseau, Voltaire, dan