Loading...

Maktabah Reza Ervani




Judul Kitab : Tafsir al Mishbah Jilid 1- Detail Buku
Halaman Ke : 76
Jumlah yang dimuat : 623

Surah al-Fatihah (1) Kelompok II ayat 5 Anak kalimat ayat ini menuntut Anda mengundang kehadiran Allah ketika melaksanakan ibadah dan ketika memohon pertolongan-Nya. karena jika Anda berkata kepada-Mu, maka mitra bicara Anda tentulah berada di hadapan Anda, berbeda jika Anda berkata kepada-Nya. Nah ketika kita berkata iyydka na 'budu, maka pengabdian yang dilakukan itu, dilakukan dihadapanNya bukan dibelakang-Nya, sebagaimana ketika menyampaikan pujian a4 bamdu lillah. Ketika mengucapkan zyyðka nabudu maka kehadiran-Nya = kalaupun tidak dapat dilihat — paling tidak dirasakan kehadiran-Nya, dan Dia tidak berada jauh dari pengucap. Di sinilah pengawasan itu tampil ke permukaan seperti hakikat ihsan yang dijelaskan Rasul saw. kepada malaikat Jibril ketika yang terakhir ini datang dalam bentuk manusia mengajar — melalui pertanyaan-pertanyaan — para sahabat Nabi. Ketika itu Nabi menjelaskan bahwa “Ihsan adalah mengabdi kepada Allah sekan-akan engkau melihat, dan bila engkau tidak dapat melihatnya maka rasakan/yakinlah bahwa Dia melihat-Mu” (HR. Bukhari melalui “Umar Ibn al-Khaththab). Di samping itu, redaksi Iyydka mengadung arti pengkhususan, yakni tidak ada selain Engkau. Ibadah yang dilakukan tidak kepada siapa pun kecuali kepada Allah swt. Jika demikian pandangan hati sepenuhnya hanya kepada-Nya dan dengan demikian, untuk kedua kalinya muncul hakikat pengawasan yang menjadi tema utama surah al-Fatihah. Ini diperkuat oleh kata ibadah yang intinya adalah penyerahan diri secara penuh kepada Allah. Kata (Ai) na'budu biasa diterjemahkan dengan “menyembah mengabdi, dan taat”. Dari akar kata yang sama dibentuk kata “Abdullah yang arti harfiyahnya adalah “hamba Allah”. Dalam kamus-kamus bahasa Abd atau Abdi mempunyai sekian banyak arti. Ada di antaranya yang bertolak belakang. Kata tersebut dapat menggambarkan “kekokohan” tapi juga “kelemah lembutan”. Abd dapat berati “hamba sahaya, anak panah yang pendek dan lebar. Makna ini menggambarkan kekokohan. Dapat juga berarti tumbuhan yang memiliki aroma yang harum. Ini menggambarkan kelemahlembutan. Apabila seseorang menjadi “abd (abdi) sesuatu, anggaplah sebagai “abd(i) negara”, maka ketiga arti di atas merupakan sifat dan sikapnya yang menonjol. Seorang hamba tidak memiliki sesuatu. Apa yang dimilikinya adalah milik tuannya. Dia adalah anak panah yang dapat digunakan tuannya untuk tujuan yang dikehendaki sang tuan, dan dalam saat yang sama dia juga harus mampu memberi aroma yang harum bagi lingkungannya. “Pengabdian bukan hanya sekadar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?