Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Untuk memahami laporan yang saling bertentangan dan seringkali kontradiktif, perlu ditetapkan kriteria tertentu sebagai ukuran. Dengan cara ini, meskipun bersifat subjektif, ada standar yang dapat dipakai untuk membandingkan dan menilai kegunaan berbagai tulisan. Tujuh kriteria diajukan sebagai panduan untuk mengevaluasi nilai historis karya-karya yang membahas eksodus Palestina.
Bagian pertama ini menelaah tulisan-tulisan dengan menggunakan metode kritik sejarah yang umum. Tujuannya adalah menilai sumber berdasarkan kualitas isinya. Penting di sini adalah apakah penulis menghadirkan bukti positif, apakah kutipan yang digunakan sejalan dengan keseluruhan maksud sumber aslinya, dan apakah sumber itu sendiri dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan standar ini, karya Erskine Childers menempati posisi kuat. Selama bertahun-tahun, sejarawan Israel menyatakan bahwa orang Arab pergi karena diperintahkan pemimpin mereka, dan meskipun Zionis berusaha keras membujuk mereka untuk tinggal, mereka tetap memilih pergi. [8] Bahkan ada klaim bahwa perintah evakuasi itu disiarkan melalui radio Arab. [9] Childers meneliti transkrip siaran radio dari periode tersebut dan menemukan bahwa tidak hanya tidak ada perintah evakuasi, bahkan sebaliknya, rakyat justru terus didesak untuk tetap tinggal. Ini adalah bukti positif yang secara langsung membantah posisi Zionis. [10] Pada saat yang sama, radio Zionis justru mendesak penduduk untuk lari dengan melebih-lebihkan jalannya pertempuran, dan dalam beberapa kasus, menyebarkan kebohongan total. [11]
Bukti positif juga dikemukakan Walid Khalidi. Dalam artikelnya “Why Did the Palestinians Leave?” [12], ia membahas langkah-langkah pemerintah Arab untuk mencegah orang Palestina meninggalkan tanah air, termasuk penolakan Lebanon dan Suriah memberikan izin tinggal bagi laki-laki Palestina usia militer masing-masing pada 30 April dan 6 Mei. Juga disebutkan siaran radio Arab yang mendesak penduduk Palestina untuk tetap tinggal serta membicarakan rencana pembentukan administrasi Arab di sana. Khalidi kemudian menunjukkan “serangan psikologis” Zionis yang ditandai, antara lain, oleh pesan radio yang menakut-nakuti dengan isu penyakit, ketidakmampuan perlawanan bersenjata, serta inkompetensi pemimpin Arab. [13]
Sejarawan Zionis kesulitan menghadirkan bukti konkret yang faktual untuk mendukung posisi mereka. Sebagaimana disebutkan, banyak dari klaim Zionis bertumpu pada teori bahwa orang Palestina diperintahkan pergi oleh para pemimpin mereka—suatu klaim yang sulit dibuktikan karena minim bukti.
Kutipan telah banyak digunakan dalam literatur seputar persoalan ini. Tidaklah sulit mencari sebuah artikel atau dokumen, mengambil beberapa kalimat yang mendukung posisi tertentu, lalu menyajikannya sebagai bukti. Untuk menilai nilai kutipan ini, perlu diperiksa konteks ketika pernyataan itu dibuat.
Dalam hal ini, Childers kembali memberikan kontribusi besar untuk pemahaman yang lebih jelas. Praktik umum karya Zionis adalah mengutip beberapa baris dari surat kabar Arab sebagai “bukti” bahwa eksodus dilakukan oleh orang Arab sendiri. Schectman, misalnya, mengutip mingguan Lebanon *Kul Sbay*, surat kabar Maronit *al-Huda* yang terbit di Amerika Serikat, serta beberapa pernyataan pejabat Arab, di antaranya Emil al-Ghoury, Sekretaris Komite Tinggi Arab saat itu, dan Uskup Katolik Yunani George Hakim dari Haifa dan Galilea. Kutipan-kutipan ini tampaknya menyiratkan keterlibatan, bahkan inisiatif, Arab dalam eksodus. [14]
Namun Childers meneliti kembali sumber-sumber itu, memeriksa arti lengkapnya, dan menemukan bahwa kutipan-kutipan itu diambil di luar konteks. Faktanya, jika diperiksa lebih dekat, pernyataan-pernyataan itu justru bermaksud menunjukkan kebalikan dari yang coba ditonjolkan Zionis. Yang sebenarnya terjadi adalah para sejarawan Zionis dengan sengaja memilih kata-kata yang sesuai dengan narasi mereka, sehingga pada akhirnya menyunting sejarah. [15]
[8] Joseph Schectman, *The Arab Refugee Problem* (New York: Philosophical Library, 1952), hlm. 6.
[9] Marie Syrkin, hlm. 24.
[10] Erskine Childers, “The Other Exodus,” *The Spectator*, No. 6933, 12 Mei 1961, hlm. 672.
[11] Childers, “The Wordless Wish,” hlm. 186–187. Periode yang dimaksud adalah April hingga pertengahan Mei 1948.
[12] Walid Khalidi, “Why Did the Palestinians Leave?” *Middle East Forum*, Vol. XXXV, No. 7 (1959), hlm. 21–24, 35.
[13] Ibid., hlm. 22–24.
[14] Kutipan-kutipan ini juga muncul dalam sejarah Zionis lain, dikutip di Schectman, hlm. 9–10. Lihat juga Leo Kohn, “The Arab Refugees,” *The Spectator*, No. 6938, 16 Juni 1961, hlm. 872.
[15] Childers, “The Wordless Wish,” hlm. 197–198.
id) oleh admin pada 20 September 2025 - 05:09:02.Untuk memahami laporan yang saling bertentangan dan seringkali kontradiktif, perlu ditetapkan kriteria tertentu sebagai ukuran. Dengan cara ini, meskipun bersifat subjektif, ada standar yang dapat dipakai untuk membandingkan dan menilai kegunaan berbagai tulisan. Tujuh kriteria diajukan sebagai panduan untuk mengevaluasi nilai historis karya-karya yang membahas eksodus Palestina.
Bagian pertama ini menelaah tulisan-tulisan dengan menggunakan metode kritik sejarah yang umum. Tujuannya adalah menilai sumber berdasarkan kualitas isinya. Penting di sini adalah apakah penulis menghadirkan bukti positif, apakah kutipan yang digunakan sejalan dengan keseluruhan maksud sumber aslinya, dan apakah sumber itu sendiri dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan standar ini, karya Erskine Childers menempati posisi kuat. Selama bertahun-tahun, sejarawan Israel menyatakan bahwa orang Arab pergi karena diperintahkan pemimpin mereka, dan meskipun Zionis berusaha keras membujuk mereka untuk tinggal, mereka tetap memilih pergi. [8] Bahkan ada klaim bahwa perintah evakuasi itu disiarkan melalui radio Arab. [9] Childers meneliti transkrip siaran radio dari periode tersebut dan menemukan bahwa tidak hanya tidak ada perintah evakuasi, bahkan sebaliknya, rakyat justru terus didesak untuk tetap tinggal. Ini adalah bukti positif yang secara langsung membantah posisi Zionis. [10] Pada saat yang sama, radio Zionis justru mendesak penduduk untuk lari dengan melebih-lebihkan jalannya pertempuran, dan dalam beberapa kasus, menyebarkan kebohongan total. [11]
Bukti positif juga dikemukakan Walid Khalidi. Dalam artikelnya “Why Did the Palestinians Leave?” [12], ia membahas langkah-langkah pemerintah Arab untuk mencegah orang Palestina meninggalkan tanah air, termasuk penolakan Lebanon dan Suriah memberikan izin tinggal bagi laki-laki Palestina usia militer masing-masing pada 30 April dan 6 Mei. Juga disebutkan siaran radio Arab yang mendesak penduduk Palestina untuk tetap tinggal serta membicarakan rencana pembentukan administrasi Arab di sana. Khalidi kemudian menunjukkan “serangan psikologis” Zionis yang ditandai, antara lain, oleh pesan radio yang menakut-nakuti dengan isu penyakit, ketidakmampuan perlawanan bersenjata, serta inkompetensi pemimpin Arab. [13]
Sejarawan Zionis kesulitan menghadirkan bukti konkret yang faktual untuk mendukung posisi mereka. Sebagaimana disebutkan, banyak dari klaim Zionis bertumpu pada teori bahwa orang Palestina diperintahkan pergi oleh para pemimpin mereka—suatu klaim yang sulit dibuktikan karena minim bukti.
Kutipan telah banyak digunakan dalam literatur seputar persoalan ini. Tidaklah sulit mencari sebuah artikel atau dokumen, mengambil beberapa kalimat yang mendukung posisi tertentu, lalu menyajikannya sebagai bukti. Untuk menilai nilai kutipan ini, perlu diperiksa konteks ketika pernyataan itu dibuat.
Dalam hal ini, Childers kembali memberikan kontribusi besar untuk pemahaman yang lebih jelas. Praktik umum karya Zionis adalah mengutip beberapa baris dari surat kabar Arab sebagai “bukti” bahwa eksodus dilakukan oleh orang Arab sendiri. Schectman, misalnya, mengutip mingguan Lebanon *Kul Sbay*, surat kabar Maronit *al-Huda* yang terbit di Amerika Serikat, serta beberapa pernyataan pejabat Arab, di antaranya Emil al-Ghoury, Sekretaris Komite Tinggi Arab saat itu, dan Uskup Katolik Yunani George Hakim dari Haifa dan Galilea. Kutipan-kutipan ini tampaknya menyiratkan keterlibatan, bahkan inisiatif, Arab dalam eksodus. [14]
Namun Childers meneliti kembali sumber-sumber itu, memeriksa arti lengkapnya, dan menemukan bahwa kutipan-kutipan itu diambil di luar konteks. Faktanya, jika diperiksa lebih dekat, pernyataan-pernyataan itu justru bermaksud menunjukkan kebalikan dari yang coba ditonjolkan Zionis. Yang sebenarnya terjadi adalah para sejarawan Zionis dengan sengaja memilih kata-kata yang sesuai dengan narasi mereka, sehingga pada akhirnya menyunting sejarah. [15]
[8] Joseph Schectman, *The Arab Refugee Problem* (New York: Philosophical Library, 1952), hlm. 6.
[9] Marie Syrkin, hlm. 24.
[10] Erskine Childers, “The Other Exodus,” *The Spectator*, No. 6933, 12 Mei 1961, hlm. 672.
[11] Childers, “The Wordless Wish,” hlm. 186–187. Periode yang dimaksud adalah April hingga pertengahan Mei 1948.
[12] Walid Khalidi, “Why Did the Palestinians Leave?” *Middle East Forum*, Vol. XXXV, No. 7 (1959), hlm. 21–24, 35.
[13] Ibid., hlm. 22–24.
[14] Kutipan-kutipan ini juga muncul dalam sejarah Zionis lain, dikutip di Schectman, hlm. 9–10. Lihat juga Leo Kohn, “The Arab Refugees,” *The Spectator*, No. 6938, 16 Juni 1961, hlm. 872.
[15] Childers, “The Wordless Wish,” hlm. 197–198.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #3 | 20 Sep 2025, 05:09:02 | id | admin | Tervalidasi | — |
Evaluasi Karya SejarahUntuk memahami laporan yang saling bertentangan dan seringkali kontradiktif, perlu ditetapkan kriteria tertentu sebagai ukuran. Dengan cara ini, meskipun bersifat subjektif, ada standar yang dapat dipakai untuk membandingkan dan menilai kegunaan berbagai tulisan. Tujuh kriteria diajukan sebagai panduan untuk mengevaluasi nilai historis karya-karya yang membahas eksodus Palestina. 1. Isi Karya Itu SendiriBagian pertama ini menelaah tulisan-tulisan dengan menggunakan metode kritik sejarah yang umum. Tujuannya adalah menilai sumber berdasarkan kualitas isinya. Penting di sini adalah apakah penulis menghadirkan bukti positif, apakah kutipan yang digunakan sejalan dengan keseluruhan maksud sumber aslinya, dan apakah sumber itu sendiri dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan standar ini, karya Erskine Childers menempati posisi kuat. Selama bertahun-tahun, sejarawan Israel menyatakan bahwa orang Arab pergi karena diperintahkan pemimpin mereka, dan meskipun Zionis berusaha keras membujuk mereka untuk tinggal, mereka tetap memilih pergi. [8] Bahkan ada klaim bahwa perintah evakuasi itu disiarkan melalui radio Arab. [9] Childers meneliti transkrip siaran radio dari periode tersebut dan menemukan bahwa tidak hanya tidak ada perintah evakuasi, bahkan sebaliknya, rakyat justru terus didesak untuk tetap tinggal. Ini adalah bukti positif yang secara langsung membantah posisi Zionis. [10] Pada saat yang sama, radio Zionis justru mendesak penduduk untuk lari dengan melebih-lebihkan jalannya pertempuran, dan dalam beberapa kasus, menyebarkan kebohongan total. [11] Bukti positif juga dikemukakan Walid Khalidi. Dalam artikelnya “Why Did the Palestinians Leave?” [12], ia membahas langkah-langkah pemerintah Arab untuk mencegah orang Palestina meninggalkan tanah air, termasuk penolakan Lebanon dan Suriah memberikan izin tinggal bagi laki-laki Palestina usia militer masing-masing pada 30 April dan 6 Mei. Juga disebutkan siaran radio Arab yang mendesak penduduk Palestina untuk tetap tinggal serta membicarakan rencana pembentukan administrasi Arab di sana. Khalidi kemudian menunjukkan “serangan psikologis” Zionis yang ditandai, antara lain, oleh pesan radio yang menakut-nakuti dengan isu penyakit, ketidakmampuan perlawanan bersenjata, serta inkompetensi pemimpin Arab. [13] Sejarawan Zionis kesulitan menghadirkan bukti konkret yang faktual untuk mendukung posisi mereka. Sebagaimana disebutkan, banyak dari klaim Zionis bertumpu pada teori bahwa orang Palestina diperintahkan pergi oleh para pemimpin mereka—suatu klaim yang sulit dibuktikan karena minim bukti. Kutipan telah banyak digunakan dalam literatur seputar persoalan ini. Tidaklah sulit mencari sebuah artikel atau dokumen, mengambil beberapa kalimat yang mendukung posisi tertentu, lalu menyajikannya sebagai bukti. Untuk menilai nilai kutipan ini, perlu diperiksa konteks ketika pernyataan itu dibuat. Dalam hal ini, Childers kembali memberikan kontribusi besar untuk pemahaman yang lebih jelas. Praktik umum karya Zionis adalah mengutip beberapa baris dari surat kabar Arab sebagai “bukti” bahwa eksodus dilakukan oleh orang Arab sendiri. Schectman, misalnya, mengutip mingguan Lebanon *Kul Sbay*, surat kabar Maronit *al-Huda* yang terbit di Amerika Serikat, serta beberapa pernyataan pejabat Arab, di antaranya Emil al-Ghoury, Sekretaris Komite Tinggi Arab saat itu, dan Uskup Katolik Yunani George Hakim dari Haifa dan Galilea. Kutipan-kutipan ini tampaknya menyiratkan keterlibatan, bahkan inisiatif, Arab dalam eksodus. [14] Namun Childers meneliti kembali sumber-sumber itu, memeriksa arti lengkapnya, dan menemukan bahwa kutipan-kutipan itu diambil di luar konteks. Faktanya, jika diperiksa lebih dekat, pernyataan-pernyataan itu justru bermaksud menunjukkan kebalikan dari yang coba ditonjolkan Zionis. Yang sebenarnya terjadi adalah para sejarawan Zionis dengan sengaja memilih kata-kata yang sesuai dengan narasi mereka, sehingga pada akhirnya menyunting sejarah. [15] [8] Joseph Schectman, *The Arab Refugee Problem* (New York: Philosophical Library, 1952), hlm. 6. | |||||