Tata Cara Hajr (Menjauhi) Istri yang Nusyuz



كيفية الهجر عند نشوز الزوجة

Tata Cara Melakukan Hajr (Menjauhi) Istri yang Nusyuz

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel tentang Tata Cara Hajr (Menjauhi) Istri yang Nusyuz ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

في كثير من الأحيان يكون الزوج غاضبا من زوجته، ولا يطيق النوم معها لبعض المشاكل بينه وبينها، ويزيد الأمر أن الرجل فيه حدة وقوة غضب ، ومن طبيعة هذا الرجل أنه ليس بسريع الرجعة بعد غضبه، وخاصة في تكرر الخطأ من الزوجة كثيرا، فيكره هذا الزوج النوم مع زوجته بل يكره أن ينام معها في غرفة واحدة، ويكون ذلك ثقيلا عليه، بل يكره أن تأتي الزوجة لترضيته، ومن طبيعته أنه يرى أن الترضية تأتي تدريجيا بأن تكون المرأة طبيعية في التصرف وتصحح أخطاءها، لا أن تكون الترضية بالاعتذار المباشر وتبقى المرأة على خطئها،

Sering kali seorang suami merasa marah kepada istrinya dan tidak tahan tidur bersamanya karena masalah yang terjadi antara keduanya. Keadaan menjadi lebih parah karena suami ini memiliki sifat keras dan mudah marah, dan secara tabiat bukan tipe orang yang mudah kembali tenang setelah marah, apalagi jika kesalahan istri sering berulang. Ia pun tidak hanya tidak ingin tidur dengan istrinya, bahkan tidak ingin berada dalam satu kamar dengannya. Hal itu terasa berat baginya, bahkan ia tidak suka jika istri mendatanginya untuk meminta maaf secara langsung. Ia berpandangan bahwa permintaan maaf seharusnya datang secara bertahap melalui perbaikan perilaku istri, bukan sekadar permintaan maaf lisan sementara kesalahan tetap dilakukan.

ولذا سؤالي: هل يكون آثما إذا نام عنها في غرفة أخرى، ولو كان ذلك لأكثر من ثلاث ليالٍ، فأرجو بيان هذا الأمر بوضوح، وبيان حد الهجر وضوابطه، وتنزل الفتوى على هذه الحالة بشكل دقيق، مع رجائي أن لا تكون الفتوى فيها تعميم لا ينطبق على هذه الحالة.. ولكم شكري على تقبلكم سؤالي وعلى جهدكم العظيم.

Maka pertanyaan saya adalah: Apakah saya berdosa jika tidur di kamar lain, bahkan jika itu lebih dari tiga malam? Mohon penjelasan secara rinci mengenai batasan hajr (menjauhi istri) dan aturan-aturannya, serta bagaimana penerapannya dalam kasus seperti ini secara spesifik. Saya mohon agar fatwa ini tidak bersifat umum yang tidak sesuai dengan kondisi ini. Terima kasih atas kesediaan menerima pertanyaan saya dan atas usaha besar Anda.

الإجابــة

Jawaban:

خلاصة الفتوى: هجر الزوجة لا يجوز إلا عند تأديبها على نشوزها، ويكون هجرها في المضجع نفسه فلا يطؤها ، وليولها زوجها ظهره، ولا يهجرها بترك الكلام معها، وما ذكرناه من الهجر في المضجع نفسه هو الأولى، وأما الهجر بالنوم في غرفة أخرى فهو جائز فلا يلحق الزوج منه إثم، وإن كان الأولى عدمه لغير سبب.

Kesimpulan fatwa: Menjauhi istri (hajr) tidak diperbolehkan kecuali dalam rangka mendidiknya karena sikap nusyuz (pembangkangan). Hajr yang dimaksud dilakukan di atas ranjang yang sama dengan cara tidak menggaulinya dan membalikkan badan. Tidak termasuk hajr jika meninggalkan komunikasi. Cara ini adalah yang paling utama. Adapun menjauhi dengan tidur di kamar lain maka hukumnya boleh dan tidak berdosa, meskipun yang lebih utama adalah tidak melakukannya jika tanpa alasan yang jelas.

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فالذي ننصح به هذا الزوج أولا أن يحذر الغضب عملا بوصية رسوله الكريم صلى الله عليه وسلم وعليه أن يتبع ما أرشد إليه الشرع في علاج الغضب وهو مبين بالفتوالأخرى هنا :

Saran kami kepada suami ini adalah hendaknya ia berhati-hati terhadap sifat marah, sebagaimana wasiat Rasulullah ﷺ. Ia hendaknya mengikuti tuntunan syariat dalam mengobati marah, yang telah dijelaskan dalam Fatwa Lain disini :

وينبغي لهذا الزوج أن يجاهد نفسه في التحلي بالحلم قدر الإمكان، فلعل الله يرزقه هذا الخلق الحميد، روى الطبراني عن أبي الدرداء رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: 

Ia juga hendaknya berusaha menahan diri dan membiasakan sifat penyabar semampunya. Semoga Allah menganugerahkan akhlak terpuji tersebut kepadanya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda :

إنما العلم بالتعلم ، وإنما الحلم بالتحلم، من يتحرالخير يعطه ، ومن يتق الشر يوقه. وهو حديث حسن.

Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar, dan kesabaran (lemah lembut) didapat dengan melatih kesabaran. Siapa yang bersungguh-sungguh menginginkan kebaikan, maka akan diberi. Dan siapa yang menjaga diri dari kejahatan, akan dilindungi darinya. Hadits ini hasan.

وأما هجر الزوجة فلا يجوز إلا عند تأديبها على نشوزها ، ويكون هجرها في المضجع نفسه فلا يطؤها ، وليولها ظهره، ولا يهجرها بترك الكلام معها، وما ذكرناه من الهجر في المضجع نفسه هو الأولى، وأما الهجر بالنوم في غرفة أخرى فهو جائز فلا يلحق الزوج منه إثم، وهذا ما يفهم من الحديث الذي رواه الإمام أحمد وأبو داود أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:

Adapun hajr (menjauhi) istri tidak diperbolehkan kecuali dalam rangka mendidiknya karena nusyuz (pembangkangan). Hajr yang dianjurkan adalah tetap berada di ranjang yang sama namun tidak menggaulinya, serta membalikkan badan darinya. Tidak termasuk hajr jika hanya tidak berbicara. Cara hajr seperti ini lebih utama. Adapun jika suami tidur di kamar lain, maka hukumnya diperbolehkan dan tidak berdosa. Hal ini dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud bahwa Nabi ﷺ bersabda :

ولا تهجر إلا في البيت.

“Dan janganlah menjauhi istri kecuali di dalam rumah.”

والمعنى: لا تتحول عنها أو لا تحولها إلى دار أخرى. كما ذكر صاحب كتاب عون المعبود وهو في شرح سنن أبي داود، وتراجع لبعض التفاصيل الفتوى الأخرى هنا 

Maknanya: jangan berpindah rumah darinya, atau jangan mengusirnya ke rumah lain. Hal ini dijelaskan oleh penulis kitab Aunul Ma’bud, syarah Sunan Abu Dawud. Untuk rincian lebih lanjut, lihat Fatwa Lain disini :

وينبغي أن يعلم أن الهجر ليس بالخطوة الأولى في علاج النشوز كما بينا بالفتوى الفتوى الأخرى هنا 

Perlu diketahui bahwa hajr bukanlah langkah pertama dalam menangani istri yang nusyuz, sebagaimana telah dijelaskan dalam Fatwa Lain disini

. ولا يتحدد هذا النوع من الهجر بثلاث ليال، وراجع في الهجر وضوابطه الفتوىالأخرى هنا 

Hajr jenis ini juga tidak dibatasi dengan tiga malam. Untuk penjelasan lebih rinci mengenai hajr dan ketentuannya, lihat Fatwa Lain disini

وينبغي للزوج قبول اعتذار زوجته ما أمكن، فذلك من حسن الخلق، وراجع الفتوى الأخرى هنا .

Seorang suami dianjurkan menerima permintaan maaf istrinya jika memungkinkan, karena itu termasuk akhlak yang baik. Lihat juga Fatwa Lain disini

وعلى الزوجة إذا اعتذرت عن خطئها أن تجتهد في عدم الرجوع إليه مرة أخرى، وأما إذا استهانت بالأمر وتكرر منها العود للخطأ بعد الاعتذار فلا يقبل منها ذلك.

Namun seorang istri yang telah meminta maaf dari kesalahannya hendaknya sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya kembali. Jika ia meremehkan masalah ini dan terus mengulangi kesalahan yang sama setelah meminta maaf, maka permintaan maafnya tidak dapat diterima.

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber: IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.