شبهات المستشرقين حول السنة النبوية القائلين بها، أدلتهم، تفنيدها. دراسة نقدية
Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi : Argumen Pendukung Mereka, Dalil-Dalil Mereka, dan Penolakannya. (Sebuah Studi Kritis) [Bagian Ketiga]
Peneliti: Sami Manshur Muhammad Saif
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Makalah Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi masuk dalam Kategori Ilmu Hadits
الشبهة الأولى:
Syubhat Pertama:
زعمهم بأن الأحاديث الشريفة ما هي إلا مجموعة من صنع المسلمين في القرون الثلاثة الأولى للهجرة، وليست من قول الرسول ﷺ، بل وضعه واخترعه أصحاب الفرق والمذاهب الفقهية الإسلامية.
Mereka mengklaim bahwa hadits-hadits Nabi yang mulia hanyalah kumpulan yang dibuat oleh kaum muslimin pada tiga abad pertama Hijriah, dan bukan berasal dari ucapan Rasulullah ﷺ. Mereka menyatakan bahwa hadits-hadits itu direkayasa dan diciptakan oleh para pengikut berbagai sekte dan mazhab fikih dalam Islam.
القصد من وراء هذه الشبهة التشكيك في صحة الأحاديث وأفاهما بالاختلاق، والوضع على ألسنة المدوّنين، وألّا همّ جمعوها من الأحاديث إلا ما يوافق أهواءهم، واعتمدوا في ذلك على نتائج دراسات “جولد زيهر”، حيث قال: “إنه من الصعوبة بمكان أن ندخل أو نعبّر وثيقة عن غير وثيقة من كمية الأحاديث الكبيرة الواسعة قسماً صحيحاً يمكننا نسبته إلى النبي أو إلى أصحابه”، وقال أيضًا: “إن الحديث النبوي وجد نتيجة للتطور الديني والتاريخي والاجتماعي الإسلامي خلال القرنين الأولين للهجرة”؛
Tujuan di balik syubhat ini adalah untuk meragukan keabsahan hadits dan menuduh bahwa hadits-hadits tersebut hanyalah hasil rekayasa dan dibuat-buat oleh para penulis, serta bahwa mereka hanya mengumpulkan hadits-hadits yang sesuai dengan hawa nafsu dan pandangan mereka. Mereka mendasarkan klaim ini pada hasil studi Goldziher, yang berkata: “Sangat sulit bagi kita untuk membedakan secara tegas dan pasti antara satu hadits dan lainnya dari jumlah yang sangat besar ini, dan menentukan mana yang benar-benar dapat dikaitkan kepada Nabi atau sahabat-sahabatnya.” Ia juga mengatakan: “Hadits Nabi muncul sebagai akibat dari perkembangan keagamaan, historis, dan sosial Islam pada dua abad pertama Hijriah.”
لخص المستشرق “جوزيف شاخت” رأي أستاذه “جولد زيهر” بقوله: “إن الأحاديث المنسوبة للنبي وأصحابه التي يُدّعى بأنها ترجع إلى عصر النبي وأصحابه في الحقيقة لا تحتوي على معلومات موثوق بها “صحيحة” عن تلك الفترة الإسلامية الأولى، ويبدو أن تلك الأحاديث تعكس لنا الآراء التي كانت خلال القرنين الأول من الهجرة والنصف الأول من القرن الثالث الهجري”.
Pendapat ini kemudian diringkas oleh muridnya, Joseph Schacht, yang menyatakan: “Hadits-hadits yang dinisbatkan kepada Nabi dan para sahabatnya, yang diklaim berasal dari masa mereka, sebenarnya tidak mengandung informasi yang sahih dan terpercaya tentang periode awal Islam. Hadits-hadits tersebut tampaknya mencerminkan pandangan-pandangan yang muncul pada dua abad pertama Hijriah dan paruh pertama abad ketiga Hijriah.” 1
كما أن حجة بعضهم هي: زعمهم بأن الفتنة التي حصلت بين الصحابة أدت إلى ظهور الانقسامات والفرق السياسية، فقد قامت بعض الفرق بوضع أحاديث مزورة حتى تثبت آراءها على الحق، وأن حملة السنة من الصحابة والتابعين ومن بعدهم كانوا جنودًا للسلاطين والملوك في العصر الأموي والعباسي، فكانوا يضعون لهم من الأحاديث ما يوافق رغباتهم ويثبت ملكهم، وفي ذلك يقول المستشرق “جولد زيهر” فيما ينقله عنه الإمام الزهري رحمه الله تعالى: “ولم يكن الأمويون وأتباعهم ليهمهم الكذب في الحديث الموافق لوجهات نظرهم، فالمسألة كانت في إيجاد سلسلة الذين تنسب إليهم”، وقد استغل هؤلاء الأمويون أمثال الإمام الزهري بعمالهم في سبيل وضع الأحاديث… إلخ.(1)
Adapun argumen sebagian orientalis lainnya adalah: mereka mengklaim bahwa fitnah yang terjadi di antara para sahabat menyebabkan munculnya perpecahan dan kelompok-kelompok politik. Sebagian kelompok ini, menurut mereka, menciptakan hadits-hadits palsu untuk menguatkan pendapat mereka sendiri. Mereka juga menuduh bahwa para periwayat hadits dari kalangan sahabat, tabi’in, dan generasi setelahnya hanyalah tentara para penguasa Umayyah dan Abbasiyah, yang menciptakan hadits sesuai keinginan para raja untuk memperkuat kekuasaan mereka. Orientalis Goldziher bahkan mengutip ucapan yang disandarkan pada Imam az-Zuhri: “Orang-orang Umayyah dan pengikutnya tidak peduli dengan kebohongan dalam hadits selama itu mendukung pandangan mereka. Masalahnya hanyalah soal menciptakan rantai perawi yang dinisbatkan kepadanya.” Mereka pun memanfaatkan figur seperti Imam az-Zuhri dalam operasi fabrikasi hadits… dan seterusnya. 2
تفنيدها:
Bantahan terhadapnya:
لقد رد على مثل هذا الزعم الباطل الدكتور مصطفى السباعي ردًا مفاده: “إن أعداء الإسلام من المستشرقين ودعاة الإلحاد لم يصلوا ولن يصلوا إلى مدى السمو الذي يتصف به علماؤنا الثقات، ولا المدى الذي وصلوا إليه في الفرغ من الكذب حتى في حياتهم العادية، ولا مبلغ الخوف الذي استقر في نفوسهم بجنب الله خشية وورع، ولا مدى استنكارهم الجريئة الكاذب على رسول الله، حتى قال منهم من قال بكفر من يفعل ذلك، وتقبله وعدم قبول توبته. إن هؤلاء المستشرقين مغرورون إذا قيسوا عن علمائنا هذه الخصائص، لأنه لا يوجد ما يظل في نفوسهم ولا يردعهم، ومن اعتاد الكذب ظن أن الناس أكذب منه، والصادق يظن جميع الناس لصوصًا مثله… وإلا فمن الذي يرضى لنفسه أن يتهم قومًا جاهدوا بالإنكار على بعض بعض، لأتهم خالفوا بعض أحكام السنة، وتعرض بعضهم للضرب والإهانة والتنكيل في سبيل الجهر بكلمة الحق، ثم استباحوا لأنفسهم بعد ذلك الكذب على رسول الله لينفوا إلى سنته أحكامًا لم يقلها…؟!”(2)
Tuduhan batil semacam ini telah dibantah oleh Dr. Mustafa as-Siba‘i, yang menyatakan: “Musuh-musuh Islam dari kalangan orientalis dan para penyeru ateisme tidak pernah mencapai, dan tidak akan pernah bisa mencapai, kemuliaan akhlak yang dimiliki oleh para ulama kita yang terpercaya. Mereka juga tidak akan pernah bisa menyamai tingkat ketakutan dan kehati-hatian para ulama terhadap Allah, serta semangat mereka dalam menjauhi kedustaan bahkan dalam urusan duniawi mereka sendiri. Apalagi terhadap hadits Rasulullah ﷺ. Bahkan sebagian mereka sampai berfatwa bahwa orang yang berdusta atas nama Nabi adalah kafir dan tidak diterima tobatnya. Maka sangat keliru dan sombong jika para orientalis menilai para ulama kita berdasarkan standar moral mereka sendiri. Karena orang yang biasa berdusta akan mengira bahwa semua orang pun sama dustanya. Orang yang jujur akan mengira bahwa semua orang pun jujur seperti dirinya. Maka siapa yang rela menuduh generasi umat yang dengan ikhlas menolak sebagian pendapat hadits dan menghadapi siksaan demi mempertahankan kebenaran… lalu mereka dituduh menciptakan dusta atas nama Rasulullah demi menghapus hukum-hukum yang tidak sesuai dengan selera mereka…?!3
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Alukah
Catatan Kaki
- Lihat: *ar-Radd ‘alā Jawāmi‘ Shubuhāt al-Mustasyriqīn Ḥawla Goldziher wa Yūsuf Schacht wa Man Ba‘dahumā min al-Mustasyriqīn*, Abdullah al-Khatib, hlm. 211.
- Lihat: al-Istisyraq wa Mawqifuhu min as-Sunnah an-Nabawiyyah, Falah bin Muhammad bin Faleh ash-Shaghir, hlm. 532.
- Lihat: as-Sunnah wa Makānatuhā fī at-Tasyrī‘ al-Islāmī, Dr. Mustafa as-Siba‘i, hlm. 226–227.
Leave a Reply