Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi (5)



شبهات المستشرقين حول السنة النبوية القائلين بها، أدلتهم، تفنيدها. دراسة نقدية

Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi : Argumen Pendukung Mereka, Dalil-Dalil Mereka, dan Penolakannya. (Sebuah Studi Kritis) [Bagian Kelima]

Peneliti: Sami Manshur Muhammad Saif

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Makalah Syubhat Orientalis terhadap Sunnah Nabi masuk dalam Kategori Ilmu Hadits


وأما من حيث التفصيل فيقال: نعم صحيح من أن السنة لم تدوّن أسانيدها إلا في وقت متأخر،

Adapun secara terperinci, dapat dikatakan: Ya, benar bahwa sanad-sanad sunnah memang tidak dituliskan kecuali pada masa yang relatif belakangan,

أما متون الأحاديث فمن المفرغ منه أنه دُوِّن بعضها، فهذَا عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله عنهما- دَوَّن وكتب بعض الأحاديث لنفسه، وقد أمر النبي صلى الله عليه وسلم بالكتابة لبعض الوفود فكتبوا لهم كتاباً ببعض أحاديث رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهذا علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- كان عنده صحيفة لما سئل: ما عندكم غير الوحي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ قال: ما عندنا إلا كتاب الله وهذه الصحيفة، وفيها جملة أحكام.

Adapun teks-teks hadits, maka tidak diragukan lagi bahwa sebagian darinya memang telah ditulis. Sebagai contoh: Abdullah bin Amr bin al-Ash raḍiyallāhu ‘anhumā menulis sebagian hadits untuk dirinya sendiri. Nabi ﷺ juga memerintahkan sebagian delegasi untuk menuliskan isi risalah beliau, sehingga mereka mencatatkan untuk mereka sebagian hadits dari Rasulullah ﷺ. Ali bin Abi Thalib raḍiyallāhu ‘anhu pun memiliki sebuah lembaran. Ketika beliau ditanya, “Apakah kalian memiliki selain wahyu dari Rasulullah ﷺ?”, beliau menjawab, “Yang kami miliki hanyalah Kitabullah dan lembaran ini,” dan dalam lembaran itu terdapat sejumlah hukum.

وعلى هذا فقد كان بعض السنة مدوّناً في آخر حياة الرسول صلى الله عليه وسلم، لكن هذا ليس بصفة عامة، حيث إن أغلب السنة كان غير مدوّن، ومن دون فقد دَوَّن لنفسه، أو جماعة خاصة بأمر النبي صلى الله عليه وسلم.

Dengan demikian, sebagian sunnah memang telah ditulis pada akhir kehidupan Rasulullah ﷺ, namun penulisan tersebut tidak bersifat umum. Karena kebanyakan sunnah saat itu belum tercatat secara tertulis, kecuali oleh individu-individu yang menulis untuk dirinya sendiri, atau oleh sekelompok orang tertentu atas perintah langsung dari Nabi ﷺ.

إلا أن أذهان أولئك كانت أذهاناً سيالة تنبهم عن التقييد والكتابة، وقد منعوا من الكتابة ابتداءً مخافة أن تلتبس السنة بالقرآن، وهذا ثابت في الأحاديث الصحيحة، ودوّنوين السنة أما الأسبان فلم يكن طريقه في القرن الأول حق تتيح للمسلم إلى تدوين هذه الأسانيد،

Akan tetapi, pikiran para sahabat ketika itu adalah pikiran yang lincah yang menghindari pencatatan dan penulisan. Mereka memang dilarang menulis sejak awal karena dikhawatirkan sunnah akan bercampur dengan Al-Quran. Hal ini telah diriwayatkan dalam hadis-hadis yang sahih. Penulisan sunnah baru terjadi kemudian. Sementara jalur sanad tidak memungkinkan bagi kaum Muslimin pada abad pertama untuk mencatat sanad-sanad tersebut.

وقد امتد خلافة عمر بن عبد العزيز -رحمه الله تعالى- على رأس المائة وأحال هذا دائمة، في قوة الدولة الإسلامية، وفي تغلغل شعاعها الساطع على الأمم، وظفرها بعدد من الصحابة -رضي الله عنهم- فأخذ عنهم التابعون ومن يليهم في عهد عمر بن عبد العزيز -رضي الله عنه- فقد التقى بعض التابعين فهو قريب، 

Kodifikasi yang nyata baru muncul pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pada awal abad kedua Hijriah. Ia menetapkan proyek kodifikasi tersebut secara permanen, seiring dengan kuatnya negara Islam dan meluasnya pengaruhnya ke berbagai bangsa. Para tabiin berhasil meriwayatkan dari banyak sahabat radhiyallahu ‘anhum. Maka dari mereka para tabiin dan tabi’ut tabiin menerima riwayat. Pada masa Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu ‘anhu, ada beberapa tabiin yang sempat bertemu sahabat, jadi mereka dekat dengan sumbernya.

إلا أنه يوجد تابعون كبار وأوساط تابعين وصغار تابعين، فمن أين علم هؤلاء المعارضون أن الذين نقلوا عن الصحابة لم يرووا لأنفسهم ولم يكتبوا اسم الصحابي الذي روى لهم، إنا نجد تأخر رواية مالك عن المتون والأحاديث، ودوائين مختلطة بالآثار والفقهيات أولاً، ثم خُرِّجَ هذا من هذا في بعض الدواوين كما خُرِّجَ صحيح مسلم من الآثار والفقهيات، ويبقى الوضع على هذا في بعض الدواوين؛ مثل صحيح البخاري، وكذلك موطأ مالك الذي فيه ما بين مالك والصحابي رجل واحد أحياناً كنافع -مولى ابن عمر- وأحياناً يكون غيره.

Namun, di antara para tabiin itu ada yang senior, pertengahan, dan junior. Lalu bagaimana para penentang bisa yakin bahwa mereka yang meriwayatkan dari sahabat tidak meriwayatkan untuk diri mereka sendiri dan tidak mencantumkan nama sahabat yang meriwayatkan kepada mereka? Sesungguhnya kita mendapati bahwa Imam Malik dalam periwayatannya agak terlambat dibanding generasi sebelumnya. Ia mencampur antara hadis, atsar, dan fikih dalam satu kitab, lalu kemudian dipilah-pilah dalam beberapa karya tersendiri. Seperti Shahih Muslim yang memisahkan antara atsar dan fikih, dan sebagian karya lainnya masih dalam bentuk campuran, seperti Shahih Bukhari. Demikian pula Muwatha Imam Malik, di mana antara Malik dan sahabat terkadang hanya ada satu perawi saja, seperti Nafi’ (mantan budak Ibnu Umar), dan terkadang perawinya bukan Nafi’. 1

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Alukah

Catatan Kaki

  1. Lihat: Syubuhat Haula as-Sunnah, karya Abdul Razzaq ‘Afifi (hal. 455–457).


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.