Keindahan Pembukaan al Baqarah (10)



براعة الاستهلال في سورة البقرة؛ عرضٌ وتحليلٌ

Keindahan Pembukaan dalam Surah Al-Baqarah: Kajian dan Analisis (Bagian Kesepuluh)

Oleh : Abdun Nashir Salamah

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Keindahan Pembukaan al Baqarah ini termasuk dalam Kategori Serial Bahasa al Quran

الاهتداء بالقرآن:

Petunjuk dengan Al Quran:

أعقب اللهُ تعالى الثناء على كتابه بذِكْر المقصد من تنزيله وهو الهداية إلى الصراط المستقيم في قوله تعالى: 

Allah Ta‘ala menyusul pujian terhadap Kitab-Nya dengan menyebut tujuan diturunkannya, yaitu petunjuk menuju jalan yang lurus, sebagaimana firman-Nya:

﴿هُدًى لِلْمُتَّقِينَ﴾ [البقرة: ٢]، 

“Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 2).

وقد جاء وصف الهدى هنا قرينًا بالمتقين ليفيد بذلك التركيبِ معنيين جليلين؛ أحدهما: أن القرآن هُدًى في نفسه. والآخر: أن هُداه لا ينتفع بها إلا المتّقون الذين يعملون بمقتضاها ويلتزمونها خشيةً لله، وذلك هو معنى الاهتداء.

Penyifatan petunjuk ini disandingkan dengan orang-orang bertakwa untuk memberikan dua makna agung sekaligus: pertama, bahwa Al Quran itu pada dirinya sendiri adalah petunjuk; dan kedua, bahwa petunjuknya hanya bermanfaat bagi orang-orang bertakwa, yaitu mereka yang mengamalkan isinya dan berpegang padanya karena takut kepada Allah — dan inilah makna dari “mendapat petunjuk”.

وهذا الوصف المركَّب من الهدى والمتقين جاء مناسبًا لاسم (الكتاب) الدال على تشريع الفرائض والأحكام على ما تبين آنفًا؛ إِذْ لا شك أن تشريعات القرآن هي هدًى قُصد بها تحقيق التقوى؛ كما يدلّ على ذلك قوله تعالى في بيان المقصد من تشريع القصاص:

Penyifatan yang terdiri dari “petunjuk” dan “orang-orang bertakwa” ini sesuai dengan nama Al-Kitab, yang menunjukkan pensyariatan kewajiban dan hukum-hukum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tidak diragukan bahwa syariat-syariat Al Quran adalah petunjuk yang dimaksudkan untuk mewujudkan ketakwaan, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah tentang tujuan syariat qishash :

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى﴾ [البقرة: ١٧٨]، إلى قوله: ﴿لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ [البقرة: ١٧٩]،

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash dalam (kasus) orang-orang yang dibunuh” (Surah al Baqarah ayat 178), hingga firman-Nya: Agar kamu bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 179).

وقوله تعالى في بيان المقصد من تشريع الصيام: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ [البقرة: ١٨٣]، 

Juga dalam syariat puasa: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 183).

وقوله تعالى في شأن الوصية: ﴿كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ﴾ [البقرة: ١٨٠]؛

Dan dalam perkara wasiat: Diwajibkan atas kamu, apabila salah seorang di antara kamu didatangi kematian dan ia meninggalkan harta, berwasiat kepada orang tua dan kerabat dengan cara yang baik, sebagai kewajiban atas orang-orang yang bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 180).

ولذلك كان مِن أجمعِ ما عُرِّفت به التقوى أنها العمل بالتنزيل، أي العمل بما جاء في القرآن من تشريعاتٍ وأحكامٍ.

Oleh karena itu, salah satu definisi ketakwaan yang paling komprehensif adalah: mengamalkan apa yang diturunkan, yakni mengamalkan syariat dan hukum yang terdapat dalam Al Quran.

وهذا الوصف المركَّب: ﴿هُدًى لِلْمُتَّقِينَ﴾ [البقرة: ٢]، فيه تعريضٌ أيضًا بأهل الكتاب -لا سيما اليهود- إِذْ أُعطوا كتبهم هدايةً لهم ليعملوا بما فيها من المواعظ والأحكام، كما قال تعالى: 

Penyifatan gabungan “petunjuk bagi orang-orang bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 2) juga merupakan sindiran terhadap Ahli Kitab — terutama kaum Yahudi — yang telah diberi kitab mereka sebagai petunjuk agar mengamalkan nasihat dan hukum di dalamnya, sebagaimana firman Allah :

﴿وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ﴾ [البقرة: ٥٣]، 

“Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan kepada Musa Al-Kitab dan Al-Furqan agar kamu mendapat petunjuk” (Surah al Baqarah ayat 53).

وفي قوله تعالى في خطابهم: ﴿وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ [البقرة: ٦٣]،

Dan firman-Nya kepada mereka: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat gunung Tsur di atasmu (seraya berfirman): Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 63).

ومعنى: ﴿خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ﴾؛ خذوا ما آتيناكم في التوراة من أحكام بجدٍّ واجتهادٍ ﴿لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ [البقرة: ٦٣]؛ أي: لتكونوا بذلك من أهل التقوى

Makna dari “Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu” adalah: ambillah hukum-hukum dalam Taurat dengan sungguh-sungguh dan penuh kesungguhan agar kalian menjadi orang yang bertakwa [efn_note]Lihat: Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 54.[/efn_note]

بَيْدَ أنهم تهاونوا في الأخذ بما أُنزل إليهم من الهدى والأحكام فلم يحصل لهم الاهتداء والتقوى؛ إِذْ لا يحصلان إلا بالعمل والامتثال المعبَّر عنه بالأخذ بالقوة، ويدلّ على ذلك قصة أصحاب السبت، وقصة ذبح البقرة؛ إِذْ تبيَّن من خلال هاتين القصّتين ما كانوا عليه من شدة الاستهتار بأوامر الله والاستهزاء بها. وهذا كلّه جاء موعظةً للمؤمنين لكي يتلقوا ما يأتيهم من الهدى في القرآن تلقيًا حسنًا ولا يكونوا كبني إسرائيل مع توراتهم وأنبيائهم؛ فإنّ النجاة والفلاح لا يحصلان بمجرّد نزول الهدى ما لم يقترن بذلك عملٌ واتّباعٌ، كما بيَّنت ذلك سورة البقرة أيضًا في قوله تعالى: 

Namun mereka meremehkan petunjuk dan hukum yang diturunkan kepada mereka, sehingga mereka tidak memperoleh petunjuk dan ketakwaan, karena keduanya tidak akan didapat kecuali dengan amal dan ketaatan — yang diekspresikan dengan istilah “memegang dengan kuat”. Hal ini ditunjukkan oleh kisah Ashhabus Sabt (kaum pelanggar hari Sabtu) dan kisah penyembelihan sapi betina, karena dari kedua kisah ini tampak betapa besar pengabaian mereka terhadap perintah Allah dan cemoohan mereka terhadapnya. Semua ini adalah pelajaran bagi orang-orang beriman agar menyambut petunjuk yang datang kepada mereka dalam Al Quran dengan sambutan yang baik, dan tidak seperti Bani Israil terhadap Taurat dan para nabi mereka. Sesungguhnya keselamatan dan keberuntungan tidak akan diperoleh hanya dengan turunnya petunjuk, tanpa disertai dengan amal dan ketaatan, sebagaimana dijelaskan pula dalam Surah al Baqarah ayat 38:

﴿فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ﴾ [البقرة: ٣٨].

“Maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, maka tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak akan bersedih hati.”

والذي يظهر مما تقدَّم أن هذا الوصف المركّب من الهدى والتقوى: ﴿هُدًى لِلْمُتَّقِينَ﴾ [البقرة: ٢]، قد وقع في مفتتح السورة موقع براعة الاستهلال لما أتى له من البيان والتفصيل بعد ذلك في السورة نفسها بالإخبار عن حال بني إسرائيل في علاقتهم بالتوراة وعدم انتفاعهم بها على سبيل التحذير للمؤمنين، أو ببيان أن التقوى هي غاية تنزيل الكتاب وتشريع الأحكام، كما تقدَّم صريحًا في آيتي القصاص والصيام.

Dari uraian sebelumnya tampak bahwa penyifatan gabungan antara petunjuk dan ketakwaan dalam firman-Nya: “Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 2) telah diletakkan di pembuka surat ini sebagai bentuk pembukaan yang indah (badi‘ul istihlal), karena setelahnya surat ini menjelaskan secara rinci kondisi Bani Israil dalam hubungannya dengan Taurat dan bagaimana mereka tidak mengambil manfaat darinya, sebagai bentuk peringatan bagi kaum mukmin. Atau juga sebagai penjelasan bahwa ketakwaan adalah tujuan dari diturunkannya kitab ini dan pensyariatan hukum-hukum, sebagaimana telah dijelaskan secara eksplisit dalam dua ayat tentang qishash dan puasa.

وإذا ثبت كون هذه الجملة: ﴿هُدًى لِلْمُتَّقِينَ﴾ [البقرة: 2]، براعة استهلال لسورة البقرة فهي كذلك بالنسبة لجميع القرآن؛ لكثرة ما ورَد فيه من أخبار بني إسرائيل في انحرافهم عن التوراة، لا سيما في المدنيِّ منه، وكذا غيرهم ممن جاءهم الهدى من ربهم فلم يهتدوا به ممن قصَّ اللهُ علينا أخبارهم، وكذلك من جهة كثرة ما جاء في القرآن من الحضّ على التقوى، ولعلَّ أظهرَ مثالٍ دالٍّ على ارتباط الهدى بالتقوى في غير سورة البقرة افتتاحُ سورة آل عمران بالحديث عن تنزيل التوراة والإنجيل والقرآن هُدًى للناس، قال تعالى:

Jika benar bahwa frasa “Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Surah al Baqarah ayat 2) merupakan pembukaan istimewa untuk Surah al Baqarah, maka ia juga berlaku untuk seluruh Al Quran. Karena begitu banyak kabar tentang Bani Israil yang menyimpang dari Taurat disebutkan di dalamnya — terutama dalam ayat-ayat yang turun di Madinah — begitu juga kisah orang-orang lain yang menerima petunjuk dari Tuhan mereka namun tidak mengambil manfaat darinya, sebagaimana diceritakan oleh Allah kepada kita. Demikian pula karena banyaknya anjuran bertakwa yang terdapat dalam Al Quran. Contoh paling jelas yang menunjukkan hubungan antara petunjuk dan ketakwaan di luar Surah al Baqarah adalah pembukaan Surah Ali Imran yang berbicara tentang turunnya Taurat, Injil, dan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia, sebagaimana firman Allah:

﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ * نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ * مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ﴾ [ال عمران : ٢- ٤]،

“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Maha Menegakkan (makhluk-Nya). Dia menurunkan Kitab (Al Quran) kepadamu dengan kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya; dan Dia menurunkan Taurat dan Injil, sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia; dan Dia menurunkan Al Furqan” (Surah Ali Imran ayat 2–4).

ثم اختتامُها بعد ذلك بالأمر بالتقوى: ﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [البقرة: ٢٠٠]، ليدلّنا بذلك المطلع والمقطع أن الغاية من تنزيل تلك الكتب المتضمنة للهدى هو تحقيق التقوى الذي هو سبيل الفلاح، وقد عُكس هذا في سورة النساء حيث ابتُدِئَت بالأمر بالتقوى، ثم اختُتِمَت ببيان مقصد تشريع الميراث وهو الإنقاذ من الضلال الذي هو نقيض الهدى؛ فتأمّل من خلال ذلك سِرَّ هذا الافتتاح العظيم في سورة البقرة، وانظر كيف أومأ إلى كلّ ذلك بأخصر عبارةٍ.

Kemudian di akhir surat tersebut terdapat perintah untuk bertakwa: Bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (Surah al Baqarah ayat 200). Maka awal dan akhir ini menunjukkan bahwa tujuan dari diturunkannya kitab-kitab tersebut yang mengandung petunjuk adalah untuk merealisasikan ketakwaan — yang merupakan jalan menuju keberuntungan. Hal ini juga tercermin secara terbalik dalam Surah an-Nisa, yang diawali dengan perintah bertakwa dan diakhiri dengan penjelasan bahwa tujuan pensyariatan warisan adalah penyelamatan dari kesesatan, yang merupakan lawan dari petunjuk. Maka perhatikanlah rahasia keagungan pembukaan Surah al Baqarah ini, dan lihatlah bagaimana semua itu disiratkan dalam ungkapan yang sangat ringkas.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah


Baca lebih nyaman dengan aplikasi rezandroid. Download versi terbaru di Google Play Store : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rezaervani.rezandroid



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.