Pemungutan Pajak dalam Pandangan Syariat



جباية الضرائب…رؤية شرعية

Pemungutan Pajak dalam Pandangan Syariat

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Pemungutan Pajak… Pandangan Syariat ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

أنا أعمل في الضرائب على المبيعات، فهل هي حلال أم حرام مع العلم أنها تختلف عن الضرائب العامة” وإن كان بها شبهة فهل يحاسبنا الله عز وجل على العمل في مكان فيه شبهة. وهل يجوز العمل بها حتى أجد غيرها هذا إن كانت حراما. أرجو الفتوى والنصيحة……. جزاكم الله خيراً ؟؟

Saya bekerja di bagian pajak penjualan. Apakah hukumnya halal atau haram, mengingat pajak ini berbeda dengan pajak umum? Jika terdapat syubhat di dalamnya, apakah Allah akan menghisab kami karena bekerja di tempat yang mengandung syubhat? Apakah boleh tetap bekerja di situ sampai saya mendapatkan pekerjaan lain, jika ternyata hukumnya haram? Mohon fatwa dan nasihat… Jazakumullahu khairan.

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فقد صدر في هذا الموضوع من الشبكة فتوى الأخرى هنا، وقد ذكرنا فيهما أن الضرائب نوعان: جائزة وممنوعة:

Dalam masalah ini telah terbit fatwa lain di situs ini  yang menjelaskan bahwa pajak terbagi menjadi dua jenis: yang diperbolehkan dan yang dilarang:

أما الجائزة فهي: أن تفرض الدولة ضرائب على المواطنين لتوفر بما تجنيه من الضرائب الخدمات اللازمة كتعبيد الطرق وبناء المستشفيات والمدارس، لكن بشرط أن تستنفد كل ما في بيت المال “الخزينة العامة” وألا يكون هناك تسيب أو سوء استخدام في المال العام.

Pertama, pajak yang diperbolehkan adalah pajak yang ditetapkan oleh negara kepada warganya untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan seperti pembangunan jalan, rumah sakit, dan sekolah. Namun, dengan syarat bahwa seluruh dana di Baitul Mal (kas umum negara) telah digunakan terlebih dahulu, serta tidak ada kelalaian atau penyalahgunaan dalam pengelolaan dana publik.

وأما الممنوعة وهي: أن تفرض الدولة ضرائب على المواطنين بدون مقابل أو تجعلها عليهم وفي موارد الدولة وخزينتها ما يكفي للقيام بالخدمات اللازمة والمصحلة العامة، فذلك محرم شرعاً، وآخذها لا يدخل الجنة، كما ثبت في المسند من حديث عقبة بن عامر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا يدخل الجنة صاحب مكس. يعني: العشار. والمكوس: هي الضرائب ونحوها مما يؤخذ بغير حق شرعي.

Kedua, pajak yang terlarang adalah pajak yang dipungut negara dari warganya tanpa adanya imbalan manfaat, atau dipungut padahal pemasukan negara dan kasnya sudah mencukupi untuk pelayanan dan kemaslahatan umum. Hal ini diharamkan secara syar’i, dan pemungutnya tidak akan masuk surga, sebagaimana diriwayatkan dalam Musnad dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Tidak akan masuk surga pemungut cukai.” Maksudnya adalah pemungut pajak yang tidak sah secara syar’i. Istilah mukus merujuk pada pajak atau pungutan yang diambil tanpa hak yang sah menurut syariat.

والعمل في إدارات الضرائب ينبني حكمه على التقسيم السابق للضرائب:

Hukum bekerja di instansi pajak bergantung pada pembagian pajak di atas:

1- فإن كانت مصلحة الضرائب تراعي الشرع ولا ترهق الناس بالضرائب الباهظة، وتنفق هذه الأموال في مصالح المسلمين، مع خلو الخزينة العامة للدولة من الأموال أو عجزها عنه ، وعدم التسيب في إنفاق المال العام، فعندئذ يجوز للمرء العمل في إدارتها، لكن يجب على العامل أن يلتزم العدل، وأن يبتعد عن الظلم وليحذر من الرشاوى التي تعرض عليه، ليخفف مقدار الضريبة أو ليتجاوز عنها.

1- Jika kantor pajak tersebut mematuhi syariat dan tidak membebani rakyat dengan pajak yang memberatkan, serta dana pajak digunakan untuk kepentingan umat Islam, di saat kas umum negara kosong atau mengalami defisit, dan tidak ada penyalahgunaan dana publik, maka boleh bekerja di sana. Namun, pegawai harus berlaku adil, menjauhi kezaliman, dan berhati-hati terhadap suap yang mungkin ditawarkan untuk mengurangi atau menghapuskan pajak.

2- وإن كانت الدولة تفرض الضرائب على المواطنين بدون مقابل، أو كان العمل في مصلحة الضرائب يخضع لقوانين مخالفة للشرع، فلا تجوز جباية هذه الضرائب ولا العمل فيها في هذه الحالة، لقول الله تعالى: 

2- Jika negara memungut pajak dari warganya tanpa imbalan manfaat, atau bekerja di kantor pajak tersebut harus tunduk pada peraturan yang bertentangan dengan syariat, maka tidak diperbolehkan memungut pajak tersebut atau bekerja di dalamnya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala :

وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ [المائدة:٢].

“Dan janganlah kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-Ma’idah: 2).

وإذا تبين لك أن طبيعة عملك في ضرائب المبيعات من النوع الثاني، أي المحرم، فلا يجوز لك البقاء في العمل بها حتى تجد عملاً آخر، بل الواجب المبادرة بترك هذا العمل، وأبشر بالفرج من الله، قال تعالى :

Jika engkau mengetahui bahwa pekerjaanmu di bagian pajak penjualan termasuk jenis yang kedua, yakni yang haram, maka tidak boleh bagimu tetap bertahan di pekerjaan itu sampai menemukan pekerjaan lain. Bahkan wajib segera meninggalkan pekerjaan tersebut. Bergembiralah dengan janji pertolongan dari Allah, sebagaimana firman-Nya :

(وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه ) [الطلاق:٢].

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah sebagai penolongnya” (QS. Ath-Thalaq: 2).

وقال جل من قائل:

Dan Allah juga berfirman :

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ [الذاريات:٢٢].

“Dan di langit terdapat rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu” (QS. Adz-Dzariyat: 22).

والله أعلم.

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.