Hukum Mengambil Bunga Riba untuk Membayar Pajak yang Zalim



حكم أخذ الفوائد الربوية لتسديد الضرائب الظالمة

Hukum Mengambil Bunga Riba untuk Membayar Pajak yang Zalim

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Hukum Mengambil Bunga Riba untuk Membayar Pajak yang Zalim ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

أنا من دولة إرتيريا، والحكومة هناك تضطهد المسلمين، وتفرض عليهم ضرائب أكثر من دخلهم، فالذي يكسب ألف ريال مثلاً تفرض عليه الحكومة عشرين ألف ريال ضرائب، وعندنا بنوك تتعامل بالربا، فهل يجوز لنا التعامل معها لتسديد تلك الضرائب من فوائدها؟ وهل يجوز لنا أن ندفع الزكاة في سداد هذه الضرائب، أم لا، أفيدونا مأجورين، وجزاكم الله خيراً؟

Saya berasal dari negara Eritrea. Pemerintah di sana menindas kaum Muslimin dan mewajibkan mereka membayar pajak yang lebih besar dari penghasilan mereka. Misalnya, seseorang yang berpenghasilan seribu riyal dikenai pajak sebesar dua puluh ribu riyal. Di negeri kami ada bank-bank yang beroperasi dengan sistem riba. Apakah boleh kami bermuamalah dengan bank tersebut lalu menggunakan bunganya untuk membayar pajak zalim itu? Apakah boleh kami menggunakan zakat untuk membayar pajak ini atau tidak? Mohon penjelasan, semoga Allah memberi pahala, jazakumullahu khairan.

الجواب

Jawaban:

هذان سؤالان، ونجيب أولاً عن السؤال الثاني، فنقول:

Ada dua pertanyaan di sini. Kami jawab terlebih dahulu pertanyaan kedua:

أما دفع الزكاة في هذه الضرائب، فلا يجوز، ولا إشكال في ذلك؛ لأن الزكاة لها أهلها المختصون بها، وهم الذين ذكرهم الله في قوله:

Membayar zakat untuk pajak seperti ini tidak diperbolehkan, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Karena zakat memiliki mustahiq yang khusus, yaitu orang-orang yang Allah sebutkan dalam Firman-Nya :

﴿إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ﴾ [التوبة:60].

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang fakir, orang miskin, pengurus zakat, orang yang dilunakkan hatinya, untuk (memerdekakan) hamba sahaya, orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk ibnu sabil.” (Surah At-Taubah: 60).

وأما أخذ الربا لدفعه في هذه الضرائب الظالمة، فأنا أرى أنه لا يجوز أيضاً؛ لأن الله قال:

Adapun mengambil bunga riba untuk membayar pajak yang zalim, maka menurut saya itu juga tidak boleh. Allah berfirman :

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ۞ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُؤُوسُ أَمْوَالِكُمْ﴾ [البقرة:278-279]﴿رءوس أموالكم﴾ أي: بدون زيادة ﴿لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ﴾ [البقرة:279].

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa riba jika kamu orang-orang beriman. Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menzalimi dan tidak dizalimi.” (Surah Al-Baqarah: 278-279). Maksudnya adalah hanya modal pokok tanpa tambahan.

نعم، لو فرض أن عائدات هذه البنوك تعود إلى هذه الحكومة الظالمة، فهذا ربما يكون مسوغاً لأن تأخذ هذا الربا، لتدفع الظلم عن نفسك؛ لأنك سوف تأخذه من الدولة الظالمة لتدفع به ظلمها.

Ya, jika memang hasil bank-bank itu kembali kepada pemerintah yang zalim itu, maka mungkin saja hal itu bisa menjadi alasan mengambil riba tersebut untuk membela diri, karena berarti engkau mengambilnya dari pemerintah zalim lalu mengembalikannya untuk membayar kezalimannya.

أما إذا كانت هذه البنوك لغير هذه الدولة الظالمة، فلا أرى جواز الأخذ، وإن كان بعض الناس يفتي بأن يأخذه الإنسان لا بنية التملك، ولكن بنية توقي صرفه إلى مؤسسات نصرانية؛ لأن بعض الناس يدعي أنك إن لم تأخذ هذا الربا، صرفته هذه البنوك في الدعوة إلى النصرانية التي يسمونها التبشير، ولا ندري هل هذا صحيح، أم لا؟

Namun, jika bank tersebut bukan milik pemerintah zalim itu, maka saya tidak melihat bolehnya mengambil riba tersebut. Meski sebagian orang berfatwa boleh mengambilnya bukan untuk dimiliki, melainkan untuk mencegah agar tidak disalurkan ke lembaga misionaris Nasrani. Ada yang mengatakan, jika engkau tidak mengambil riba itu, maka bank akan menyalurkannya ke kegiatan misionaris. Tetapi kita tidak tahu apakah klaim itu benar atau tidak.

وعلى كل حال فخلاصة جوابي في هذه المسألة:

Bagaimanapun juga, ringkasan jawaban saya dalam masalah ini adalah:

أنه لا يجوز أخذ الربا من البنوك؛ لقوله تعالى:

Bahwa tidak boleh mengambil riba dari bank, berdasarkan Firman Allah :

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ۞ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُؤُوسُ أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ﴾ [البقرة:178-279] 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa riba jika kamu orang-orang beriman. Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Jika kamu bertaubat, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menzalimi dan tidak dizalimi.” (Surah Al-Baqarah: 278-279).

فنص على رءوس الأموال.

Allah menegaskan hanya modal pokok yang halal.

ثم إن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال في خطبة عرفة ،في حجة الوداع، أكبر مجمع للأمة الإسلامية ،قال:

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam khutbah Arafah pada haji Wada’, di hadapan umat Islam dalam pertemuan terbesar :

إن ربا الجاهلية موضوع، وأول ربا أضع من ربانا ربا العباس بن عبد المطلب فإنه موضوع كله.

“Sesungguhnya riba jahiliyah telah dihapuskan, dan riba pertama yang aku hapus adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib, semuanya dihapuskan.”

فانظر: الآن عقد ربا في حال الشرك، وأبطله الرسول -صلى الله عليه وسلم- لأنه لا يجوز أخذه؛ ولأن الإنسان لو أخذه فربما تغلبه نفسه،ولا يخرجه من ملكه، لا سيما إذا كان كثيراً، افرض أن الربا بلغ مليون ريال ،ربما يأخذه الإنسان، وهو يريد أن يتخلص منه، لكن تغلبه نفسه فيبقيه، ولأن الإنسان المسلم إذا أخذه اقتدى به غيره؛ لأنهم لا يدرون أن هذا الرجل أخذه ليتصدق به مثلاً، فيأخذه الناس الآخرون، ولا يتصدقون به، ولأننا إذا منعنا الناس عن أخذ الربا من البنوك، ألجأهم هذا إلى أن ينشئوا بنوكاً إسلامية تكون مبنية على الشريعة الإسلامية.

Perhatikanlah, akad riba di masa jahiliyah pun dibatalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena memang tidak boleh diambil. Sebab jika seseorang mengambilnya, mungkin nafsunya menguasainya sehingga ia tidak menyalurkannya, apalagi jika jumlahnya besar. Misalnya bunga itu mencapai satu juta riyal, bisa jadi awalnya ingin disalurkan, tetapi akhirnya ia pertahankan. Selain itu, jika seorang muslim mengambilnya, orang lain akan menirunya tanpa tahu bahwa dia mengambilnya untuk disedekahkan. Mereka akan mengambilnya tanpa menyalurkannya. Dan jika kita melarang orang mengambil riba dari bank, maka hal itu akan mendorong mereka mendirikan bank-bank Islam yang berjalan sesuai syariat.

فالذي نرى: أن أخذ الربا لا يجوز بأي حال من الأحوال، إلا أننا نتوقف في هذه المسألة الأخيرة، وهي إذا كانت هذه البنوك الظالمة التي تفرض الضرائب على الناس، وأخذ الإنسان من الربا بقدر مظلمته، ليدفعه لهذه الدولة الظالمة، فهذا محل توقف عندي، والله أعلم بالصواب.

Maka yang kami lihat: mengambil riba tidak boleh dalam keadaan apapun. Namun kami berhenti pada masalah terakhir ini, yaitu jika bank-bank tersebut memang milik pemerintah zalim yang memungut pajak dari rakyat, lalu seseorang mengambil bunga sebesar pajak zalim yang dibebankan kepadanya untuk dibayarkan kembali ke pemerintah zalim itu, maka hal ini masih menjadi bahan pertimbangan bagi saya. Wallahu a’lam bish-shawab.

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber : Majmu Fatawa Syaikh Ibn Utsaimin

 

hukum bunga riba | pajak zalim | zakat untuk pajak | fatwa pajak eritria | hukum ambil bunga bank



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.