الشرطة في النظام الإسلامي
Polisi dalam Sistem Islam (Bagian Ketiga)
Penulis: Dr. Raghib as-Sirjani
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Polisi dalam Sistem Islam ini termasuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah
فرأى على بعض أبوابه شوك سمكٍ كثيرٍ، وعظام الصُّلب. فقال لشخصٍ: كم يكون تقدير ثمن هذا السمك الَّذي هذه عظامه؟ قال: دينارٌ. قال: أهل الزُّقاق لا تحتمل أحوالهم مُشْتَرًى مثل هذا؛ لأنَّه زقاقٌ بيِّن الاختلال إلى جانب الصحراء، لا ينزله من معه شيءٌ يخاف عليه، أو له مالٌ يُنفق منه هذه النفقة، وما هي إلاَّ بليَّةٌ، ينبغي أن يُكْشَف عنها. فاستبعد الرجل هذا، وقال: هذا فكرٌ بعيدٌ. فقال: اطلبوا لي امرأةً من الدَّرب أُكَلِّمها. فدقَّ بابًا غير الذي عليه الشَّوك، واستسقى ماءً، فخرجت عجوزٌ ضعيفةٌ، فما زال يطلب شربةً بعد شربةٍ، وهي تسقيه، وهو في خلال ذلك يسأل عن الدرب وأهله، وهي تخبره غير عارفةٍ بعواقب ذلك
Ia melihat pada salah satu pintu terdapat banyak duri ikan dan tulang-tulang punggungnya. Ia berkata kepada seseorang: “Berapa kira-kira harga ikan yang tulangnya seperti ini?” Orang itu menjawab: “Satu dinar.” Ia berkata: “Penduduk gang ini keadaannya tidak memungkinkan membeli ikan semahal itu; sebab ini gang yang jelas kumuh di tepi padang pasir, tidak dihuni orang yang punya barang berharga yang dikhawatirkan hilang, atau memiliki harta untuk membelanjakan sebesar ini. Ini pasti ada musibah yang harus diungkap.” Orang itu menganggapnya berlebihan seraya berkata: “Itu pemikiran yang jauh.” Ia berkata: “Carikan aku seorang perempuan dari lorong ini untuk kutanyai.” Lalu ia mengetuk pintu selain yang ada duri ikan itu dan meminta air. Seorang nenek tua yang lemah pun keluar. Ia terus meminta minum seteguk demi seteguk, dan sang nenek memberinya minum. Di sela-sela itu ia menanyai tentang lorong itu dan para penghuninya, dan sang nenek menjawab tanpa menyadari konsekuensinya.
إلى أن قال لها: وهذه الدَّار من يسكنها؟ – وأومأ إلى التي عليها عظام السمك – فقالت: فيها خمسة شبابٍ أعفارٍ ، كأنَّهم تجَّارٌ، وقد نزلوا منذ شهرٍ، لا نراهم نهارًا إلاَّ في كلِّ مدَّةٍ طويلةٍ، ونرى الواحد منهم يخرج في الحاجة ويعود سريعًا، وهم في طول النهار يجتمعون فيأكلون ويشربون، ويلعبون بالشِّطرنج والنَّرد، ولهم صبيٌّ يخدمهم، فإذا كان الليل انصرفوا إلى دارٍ لهم بالكرخ، ويَدَعُونَ الصبيَّ في الدار يحفظها، فإذا كان سحرًا جاءوا ونحن نيامٌ لا نشعر بهم، فقالت للرجل: هذه صفة لصوصٍ أم لا؟ قال: بلى. فأنفذ في الحال، فاستدعى عشرةً من الشُّرط، وأدخلهم إلى أسطحة الجيران، ودقَّ هو الباب، فجاء الصَّبيُّ ففتح. فدخل الشُّرط معه، فما فاته من القوم أحدٌ، فكانوا هم أصحاب الجناية بعينهم”. وهذه الحكاية دليل على نباهة صاحب شرطة بغداد، وإنفاذه لأمر الخليفة على الفور.
Hingga ia bertanya: “Rumah ini siapa penghuninya?”—seraya menunjuk rumah yang terdapat tulang-tulang ikan itu—sang nenek menjawab: “Di dalamnya ada lima pemuda kuat, seakan para saudagar. Mereka tinggal sejak sebulan lalu. Siang hari kami jarang melihat mereka; salah seorang di antara mereka kadang keluar sebentar untuk suatu keperluan lalu lekas kembali. Sepanjang siang mereka berkumpul, makan-minum, bermain catur dan dadu. Mereka memiliki seorang anak laki-laki sebagai pelayan. Bila malam, mereka pergi ke rumah mereka di al-Karkh dan meninggalkan si bocah untuk menjaga rumah. Menjelang fajar mereka datang kembali saat kami tertidur, sehingga kami tidak menyadarinya.” Sang nenek berkata kepada pria itu: “Bukankah ini ciri-ciri para pencuri?” Ia menjawab: “Benar.” Maka ia segera bertindak, memanggil sepuluh orang polisi, menaikkan mereka ke atap-atap para tetangga, sementara ia sendiri mengetuk pintu. Bocah itu keluar dan membukakannya. Polisi pun masuk bersamanya, dan tak satu pun dari para pelaku luput. Ternyata merekalah pelaku kejahatan tersebut.” Kisah ini menunjukkan kecerdasan Kepala Kepolisian Baghdad dan ketegasannya dalam mengeksekusi perintah khalifah seketika.
وقد عُرِفَتْ وظيفة صاحب الشرطة في معظم الدول الإسلامية، واتخذت أسماء مختلفة، فسُمِّيَ صاحبُ الشرطة في إفريقية الحاكمَ، وفي عصر المماليك الوالي، وكانت الشرطة في الديار المصرية من أهمِّ وظائف الدولة، وكان صاحبها من عظماء الرجال، فكان ينوب عن الوالي في الصلاة، وفي توزيع الأعطيات، وفي غير ذلك من الأعمال، وكان مَقَرُّ الشرطة في مصر ملاصقًا لجامع العسكر، وكانت تُسَمَّى الشرطة العليا ، وقد جَرَتِ العادة أن والي (صاحب) الشرطة يستعلم متجددات ولاياته من قتل أو حريق كبير، أو نحو ذلك في كل يوم من نُوَّابه، ثم تُكْتَبُ مطالعة جامعة بذلك، وتُحْمَلُ إلى السلطان صبيحة كل يوم فيقف عليها.
Jabatan Kepala Kepolisian dikenal di banyak negara Islam, dengan sebutan yang beragam: di Ifriqiyah disebut al-Hakim, pada masa Mamluk disebut al-Wali. Di negeri Mesir, lembaga kepolisian termasuk jabatan terpenting negara, dan kepala polisi termasuk kalangan lelaki terkemuka. Ia mewakili gubernur dalam memimpin salat, membagi pemberian, dan berbagai urusan lainnya. Markas kepolisian di Mesir berdampingan dengan Jami’ al-‘Askar dan disebut al-Syurthah al-‘Ulya (Kepolisian Tinggi). Sudah menjadi kebiasaan bahwa wali/kepala kepolisian setiap hari meminta laporan terbaru dari para wakilnya—tentang kasus pembunuhan, kebakaran besar, dan semisalnya—lalu disusun ringkasan umum dan disampaikan kepada sultan pada pagi hari untuk ditelaah.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply