Apakah Boleh Mengeluarkan Zakat untuk Membangun Masjid ?



هل يجوز إخراج الزكاة لبناء المسجد؟

Apakah Boleh Mengeluarkan Zakat untuk Membangun Masjid?

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Tanya Jawab tentang Apakah Boleh Mengeluarkan Zakat untuk Membangun Masjid ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

لقد قام والدي بجمع ماله للزكاة في بناء المسجد. فهل يجوز هذا لأنه يقول إنه سمع شيخا يقول إن مال الزكاة يمكن بناء مسجد به فإذا كان هذا لا يجوز فكيف أقنع والدي؟

Ayah saya telah mengumpulkan uang zakatnya untuk pembangunan masjid. Apakah hal ini boleh, karena beliau mengatakan pernah mendengar seorang syekh menyatakan bahwa zakat boleh digunakan untuk membangun masjid. Jika hal ini tidak diperbolehkan, bagaimana cara saya meyakinkan ayah saya?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فالزكاة لها مصارف معينة قد بينها الله تعالى في كتابه في قوله تعالى:

Zakat memiliki pos-pos tertentu yang telah Allah jelaskan dalam Firman-Nya :

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ {٦٠}،

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya, untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk ibnu sabil; sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Surah At-Taubah: 60).

فلا يجوز صرف الزكاة في غير هذه المصارف، ومصرف سبيل الله مختص بالجهاد عند عامة العلماء، ومن ثم فصرف الزكاة في بناء المساجد غير جائز، وهذا كالإجماع من العلماء.

Maka tidak boleh menyalurkan zakat pada selain pos-pos tersebut. Pos “fi sabilillah” menurut mayoritas ulama khusus untuk jihad, sehingga menyalurkan zakat untuk pembangunan masjid tidak diperbolehkan. Hal ini hampir menjadi ijma’ para ulama.

جاء في حاشية الروض: قال الوزير وغيره: اتفق الأئمة على أنه لا يجوز ولا يجزئ دفع الزكاة في بناء مساجد، وقناطر ونحو ذلك، ولا تكفين موتى ونحوه، وإن كان من القرب، لتعيين الزكاة لما عينت له. انتهى.

Dalam Hasyiyah ar-Raudh disebutkan: Menteri dan selainnya berkata: Para imam telah sepakat bahwa tidak boleh dan tidak sah menyalurkan zakat untuk pembangunan masjid, jembatan, dan semacamnya, juga tidak untuk kafan jenazah dan sejenisnya, meskipun itu termasuk amal kebaikan. Hal ini karena zakat sudah ditentukan penggunaannya. Selesai.

وفي الموسوعة الفقهية: ذهب الفقهاء إلى أنه لا يجوز صرف الزكاة في جهات الخير غير ما تقدم بيانه، فلا تنشأ بها طريق ولا يبنى بها مسجد ولا قنطرة، ولا تشق بها ترعة، ولا يعمل بها ساقية، ولا يوسع بها على الأصناف، ولم يصح فيه نقل خلاف عن معين يعتد به، وظاهر كلام الرملي أنه إجماع، واحتجوا لذلك بأمرين: الأول: أنه لا تمليك فيها، لأن المسجد ونحوه لا يملك، وهذا عند من يشترط في الزكاة التمليك.

Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah dijelaskan: Para fuqaha berpendapat bahwa tidak boleh menyalurkan zakat untuk kebaikan lain selain yang telah disebutkan. Maka zakat tidak boleh digunakan untuk membangun jalan, masjid, jembatan, saluran air, kincir air, atau memperluas bagi selain ashnaf delapan. Tidak ada khilaf yang valid dalam hal ini, bahkan menurut ar-Ramli hal ini adalah ijma’. Dalil mereka ada dua: Pertama, karena tidak ada konsep tamlik (penyerahan kepemilikan) di dalamnya, sebab masjid dan sejenisnya tidak bisa dimiliki, padahal sebagian ulama mensyaratkan tamlik dalam zakat.

والثاني: الحصر الذي في الآية، فإن المساجد ونحوها ليست من الأصناف الثمانية، وفي الحديث المتقدم الذي فيه: إن الله جعل الزكاة ثمانية أجزاء. ولا يثبت مما نقل عن أنس وابن سيرين خلاف ذلك. انتهى.

Kedua, karena ayat telah membatasi zakat pada delapan golongan, dan masjid serta semisalnya tidak termasuk dalam delapan golongan tersebut. Dalam hadits juga disebutkan: “Sesungguhnya Allah menjadikan zakat itu delapan bagian.”. Tidak ada riwayat shahih yang menetapkan adanya pendapat berbeda dari Anas atau Ibnu Sirin dalam hal ini. Selesai.

وزاد العلامة العثيمين دليل هذه المسألة إيضاحاً فقال في الشرح الممتع ما عبارته: فأما تخصيصه بالجهاد في سبيل الله فلا شك فيه، خلافاً لمن قال: إن المراد في سبيل الله كل عمل بر وخير، فهو على هذا التفسير كل ما أريد به وجه الله، فيشمل بناء المساجد، وإصلاح الطرق، وبناء المدارس، وطبع الكتب، وغير ذلك مما يقرب إلى الله عز وجل لأن ما يوصل إلى الله من أعمال البر لا حصر له.. ولكن هذا القول ضعيف لأننا لو فسرنا الآية بهذا المعنى لم يكن للحصر فائدة إطلاقاً والحصر هو (إنما الصدقات للفقراء..) الآية وهذا وجه لفظي.

Syaikh Ibnu Utsaimin menambahkan penjelasan dalam Syarh al-Mumti’: Menurut beliau, penafsiran “fi sabilillah” yang khusus pada jihad tidak diragukan lagi, berbeda dengan yang berpendapat bahwa maksud “fi sabilillah” adalah setiap amal kebaikan. Maka menurut tafsir tersebut, mencakup pembangunan masjid, perbaikan jalan, pembangunan sekolah, percetakan buku, dan lain-lain. Karena amalan kebaikan yang mengantarkan kepada Allah tidak terbatas jumlahnya. Namun pendapat ini lemah, sebab jika ayat ditafsirkan demikian, maka pembatasan (hasr) dalam ayat tidak ada gunanya, padahal Allah berfirman: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir…” (Surah At-Taubah: 60). Inilah sisi kelemahan dari segi lafazh.

أما الوجه المعنوي فلو جعلنا الآية عامة في كل ما يقرب إلى الله عز وجل لحرم من الزكاة من تيقن أنه من أهلها، لأن الناس إذا علموا أن زكاتهم إذا بني بها مسجد أجزأت بادروا إليه لبقاء نفعه إلى يوم القيامة.. فالصواب: أنها خاصة بالجهاد في سبيل الله. انتهى.

Adapun dari sisi makna, seandainya ayat ini kita buat umum untuk segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah, maka hal itu akan menghalangi orang-orang yang benar-benar berhak menerima zakat. Sebab manusia akan lebih suka menyalurkan zakatnya untuk membangun masjid karena manfaatnya kekal hingga hari kiamat, dan meninggalkan orang yang benar-benar butuh. Maka yang benar, pos “fi sabilillah” adalah khusus untuk jihad. Selesai.

وبهذا البيان يتضح لك خطأ ما سمعه أبوك من هذا الشيخ، وأن الواجب عليه أن يصرف الزكاة في مصارفها التي عينها الله عز وجل، وعليك أن تناصحه وتبين له ما ذكرناه من كلام العلماء، فإن الظن أنه سينتصح إن شاء الله، فإن بينت له فقد فعلت ما وجب عليك وليس عليك شيء بعد هذا.

Dengan penjelasan ini, menjadi jelas bagimu bahwa apa yang didengar ayahmu dari syekh tersebut adalah keliru. Yang wajib baginya adalah menyalurkan zakat pada pos-pos yang telah Allah tetapkan. Engkau berkewajiban menasihatinya dan menyampaikan penjelasan para ulama yang telah disebutkan di atas. Semoga ia mau menerima nasihat, insya Allah. Jika engkau sudah menjelaskan, maka kewajibanmu telah gugur dan tidak ada lagi tanggungan bagimu setelah itu.

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber : IslamWeb

zakat masjid | hukum zakat membangun masjid | fi sabilillah zakat | zakat dan pembangunan masjid



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.