Memutuskan dan Menjauhi Orang Tua Termasuk Kedurhakaan



القطيعة وهجران الوالدين من أقبح أنواع العقوق

Memutuskan dan Menjauhi Orang Tua Termasuk Kedurhakaan yang Paling Buruk

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Memutuskan dan Menjauhi Orang Tua Termasuk Kedurhakaan yang Paling Buruk ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

أمي وأخواتي منقطعات عن زيارتي ورؤية طفلي عمره الآن ٧ شهور بسبب خلاف مع زوجتي، السبب الرئيسي فيه تدخل أختي الصغيرة في أمور حياتنا، ولقد حاولت كثيرًا أن أصفّي هذه الخلافات ولكن والدتي لا تريد الحضور، علمًا بأنها لم تحضر أسبوع ولدي، والآن سوف يتم زواج أختي سبب هذه المشكلة وأهلي يريدون حضوري، وزوجتي لا تريد حضوري علمًا بأنها دائمًا تحثني على الذهاب إليهم والسؤال عنهم، وعلمًا بأني لم أحضر عقد قران أختي؟ أريد أن أعرف هل أنا مذنب في حق أبي وأمي وماذا أفعل؟

Ibu dan saudari-saudari saya tidak lagi mengunjungi saya dan melihat anak saya yang sekarang berusia 7 bulan, karena perselisihan dengan istri saya. Penyebab utamanya adalah campur tangan adik perempuan saya dalam urusan kehidupan kami. Saya sudah banyak berusaha meredakan perselisihan ini, tetapi ibu saya tidak mau datang, padahal beliau tidak menghadiri acara hari ketujuh (aqiqah) anak saya. Sekarang adik saya—yang menjadi sebab masalah ini—akan menikah, dan keluarga saya menginginkan saya hadir. Namun istri saya tidak ingin saya hadir, meskipun ia biasanya selalu mendorong saya untuk mengunjungi mereka dan menanyakan kabar mereka. Saya juga tidak menghadiri akad nikah adik saya. Saya ingin tahu apakah saya berdosa terhadap kedua orang tua saya dan apa yang harus saya lakukan?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فإن قاطعك والداك وإخوتك فلا تقاطعهم، وإن أساءوا إليك فأحسن إليهم، وإن حرموك فأعطهم، بهذا أمرك ربك سبحانه، وأمرك رسوله صلى الله عليه وسلم، وذلك لأن حق الوالدين عظيم عظّمه الله عز وجل، وجعله في الترتيب مباشرًا لحقه سبحانه وتعالى، فقال تعالى:

Jika kedua orang tuamu dan saudara-saudaramu memutuskanmu, maka janganlah engkau memutus mereka; jika mereka berbuat buruk kepadamu, maka berbuat baiklah kepada mereka; jika mereka menahan (hakmu), maka berilah mereka. Demikian perintah Tuhanmu dan perintah Rasul-Nya ﷺ. Hak kedua orang tua itu agung, Allah memuliakannya dan menempatkannya tepat setelah hak-Nya. Allah berfirman :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا. {الإسراء: ٢٣}.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak.” (Surah Al Isra ayat 23)

ولا يجوز هجرهما حتى ولو كانا مشركين يأمرانك بالشرك ويجاهدانك لتشرك بربك، قال تعالى:

Tidak boleh engkau menjauhi (memutus) keduanya, sekalipun keduanya musyrik yang memerintahkanmu untuk berbuat syirik dan memaksamu untuk menyekutukan Tuhanmu. Allah berfirman :

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا… {لقمان: ١٥}.

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah engkau taati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…” (Surah Luqman ayat 15)

والوالدة يجب أن يكون لها الحظ الأوفر، والاهتمام الأكثر؛ فقد جاء في الصحيحين عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله من أحق الناس بحسن صحابتي؟ قال:

Ibu harus mendapatkan porsi terbesar dari perhatian dan kebaikan. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah ra meriwayatkan: Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi ﷺ: “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak mendapatkan perlakuan baikku?” Beliau menjawab:

أمك، قال: ثم من؟ قال: أمك، قال: ثم من؟ قال: أمك، قال: ثم من؟ قال: أبوك.

“Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab : “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ayahmu.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)

ولهذا فإننا ننصح هذا الأخ بأن يبادر إلى صلة والديه وبرّهما والإحسان إليهما، فإن القطيعة والهجران من أقبح أنواع العقوق، وقد جاء في الصحيحين عن أبي بكرة مرفوعًا:

Karena itu, kami menasihatkan agar engkau bersegera menyambung hubungan, berbakti, dan berbuat baik kepada kedua orang tuamu. Memutuskan dan menjauhi mereka termasuk bentuk kedurhakaan yang paling buruk. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan dari Abu Bakrah ra, Rasulullah ﷺ bersabda :

ألا أخبركم بأكبر الكبائر ثلاثًا: الإشراك بالله، وعقوق الوالدين، وشهادة الزور.

“Maukah kalian aku beritahu dosa-dosa besar yang paling besar: (1) menyekutukan Allah, (2) durhaka kepada kedua orang tua, (3) kesaksian palsu.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)

فلا يحلّ لك تحت أي مبرّر أن تهجر والديك، ولا أن تمتنع عن كلامهما، ويجب عليك التوبة إلى الله من هذا الذنب بالندم عليه، والإقلاع عنه فورًا، والمبادرة إلى صلتهما بالكلام وغيره. وفي المقابل يجب على والديك أن يحسّنا في التعامل معك وأن يصلاك، ولا يجوز لهما هجرك دون مسوّغ شرعي، ولكن تخلّيهم عن واجبهم نحوك لا يسوّغ لك هجرهم ولا عقوقهم، فنوصيك بالصبر عليهما ومعالجة المشكلة بالحكمة.

Tidak halal bagimu dengan alasan apa pun untuk menjauhi (memutus) kedua orang tuamu atau enggan berbicara dengan mereka. Engkau wajib bertaubat kepada Allah dari dosa ini dengan menyesalinya, meninggalkannya seketika, dan segera menyambung hubungan, baik dengan ucapan maupun yang lainnya. Di sisi lain, kedua orang tuamu wajib berbuat baik dalam bermuamalah denganmu dan menyambung hubungan denganmu, dan tidak boleh mereka menjauhimu tanpa alasan syar’i. Namun kelalaian mereka dalam menjalankan kewajiban terhadapmu tidak membolehkanmu memutus atau durhaka kepada mereka. Kami menasihatkan agar engkau bersabar dan menyelesaikan masalah dengan hikmah.

كما ينبغي لك الصبر على أذى أختك وما تسبّبه لك من المشاكل، وهي وإن كانت مخطئة في صنيعها، فما كان لها أن تتدخل في شؤون حياتكم لأن الأمور الأسرية مبنيّة على الخصوصية، وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:

Engkau juga sebaiknya bersabar atas gangguan adik perempuanmu dan masalah yang ditimbulkannya. Walau ia bersalah, seharusnya ia tidak mencampuri urusan rumah tangga kalian karena urusan keluarga berlandaskan privasi. Rasulullah ﷺ bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits Riwayat Imam Tirmidzi) — Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani.

لكن مع ذلك فهي كسائر إخوتك، فهم من الأرحام وصلة الرحم واجبة، وقطعها حرام، وقد بيّن رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الصلة الحقيقية لأرحامك إنما تظهر إذا قطعوك وهجروك ومنعوك، وإلا فإن الأمر يكون من باب المكافأة لا الصلة.

Namun demikian, ia tetaplah saudaramu, termasuk hubungan kekerabatan yang wajib disambung; memutusnya adalah haram. Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa hakikat menyambung silaturahmi tampak justru ketika mereka memutusmu, menjauhimu, dan menahan (hakmu). Jika tidak, itu hanya balas-membalas, bukan menyambung silaturahmi yang sejati.

ليس الواصل بالمكافئ، ولكن الواصل من إذا قُطِعَتْ رحمُه وصلها

“Bukanlah orang yang menyambung (silaturahmi) itu orang yang sekadar membalas (kebaikan), tetapi yang menyambung adalah orang yang ketika diputus (oleh kerabatnya) ia tetap menyambungnya.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari)

وعلى المسلم أن يحتسب الأجر في وصل من قطعه، وأن يعلم أن الله عز وجل معينُه وناصرُه؛ فقد روى مسلم وغيره عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رجلًا قال: يا رسول الله، إن لي قرابة أصلهم ويقطعوني، وأحسن إليهم ويسيئون إلي، وأحلم عنهم ويجهلون علي. فقال:

Seorang muslim hendaknya mengharap pahala dalam menyambung (silaturahmi) dengan orang yang memutusnya, dan meyakini bahwa Allah akan menolongnya. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dari Abu Hurairah ra: Ada seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, aku memiliki kerabat; aku menyambung hubungan dengan mereka tetapi mereka memutusku; aku berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat buruk kepadaku; aku bersabar terhadap mereka tetapi mereka berlaku jahil kepadaku.” Beliau bersabda:

لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ، وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Jika engkau seperti yang engkau katakan, maka seakan-akan engkau menjejalkan debu panas ke mulut mereka. Dan engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah selama engkau tetap demikian.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)

وفي النهاية نوصيك بالذهاب لحضور عرس أختك، وأن تجتهد في إزالة ما بينك وبين أهلك من شقاق وخلاف، ولعل حضورك العرس يساعد على إزالة هذه الأمور، ولا تطع زوجتك إن منعتك من ذلك.

Pada akhirnya, kami menasihatkan agar engkau menghadiri pernikahan adikmu, dan berusaha keras menghilangkan perpecahan dan perselisihan antara dirimu dan keluargamu. Barangkali kehadiranmu di acara pernikahan membantu meredakan semua ini. Janganlah engkau menaati istrimu jika ia melarangmu menghadirinya.

وللفائدة تُراجع الفتاوى الأخرى هنا :

Untuk tambahan faedah, bisa merujuk fatwa lain disini

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.