Israel Gunakan Hitungan Kalori untuk Batasi Makanan ke Gaza
Begitu kejamnya penjajah Israel dalam blokade mereka atas Gaza, bahkan Israel Gunakan Hitungan Kalori untuk Batasi Makanan ke Gaza
rezaervani.com – 17 Oktober 2012 – Militer Israel melakukan perhitungan yang sangat rinci atas kebutuhan kalori harian warga Gaza untuk mencegah kekurangan gizi selama blokade yang diberlakukan terhadap wilayah Palestina tersebut antara tahun 2007 hingga pertengahan 2010, menurut berkas-berkas yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Israel pada hari Rabu berdasarkan perintah pengadilan.
Israel menyatakan bahwa mereka tidak pernah membatasi jumlah kalori yang tersedia bagi Gaza, namun para pengkritik mengatakan bahwa dokumen tersebut menjadi bukti bahwa pemerintah memang membatasi pasokan makanan guna memberikan tekanan terhadap Hamas.
Pada masa puncak blokade, Israel juga mempertahankan daftar makanan yang diizinkan dan dilarang masuk ke Gaza.

Mayor Guy Inbar, juru bicara militer Israel, mengatakan bahwa perhitungan itu—berdasarkan kebutuhan rata-rata seseorang sebanyak 2.300 kalori per hari—dimaksudkan untuk mengidentifikasi tanda-tanda peringatan guna mencegah terjadinya krisis kemanusiaan, dan tidak pernah digunakan untuk membatasi aliran makanan.
Analisis tersebut juga mencakup penyesuaian terhadap hasil pertanian lokal serta penilaian mengenai jenis-jenis impor makanan yang diperlukan untuk menopang kehidupan penduduk.
Kelompok advokasi Israel, Gisha, yang bertujuan melindungi hak-hak warga Palestina, berjuang lama di pengadilan untuk merilis dokumen itu. Anggotanya mengatakan bahwa Israel menghitung kebutuhan kalori penduduk Gaza untuk membatasi jumlah makanan yang diizinkan masuk.
Israel memberlakukan blokade setelah menetapkan Gaza sebagai “wilayah bermusuhan” pada September 2007, menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh Hamas. Resolusi Israel tersebut menyatakan bahwa akan diberlakukan pembatasan berat terhadap warga sipil.
Israel mengatakan bahwa blokade itu diperlukan untuk melemahkan Hamas. Namun para pengkritik menyebutnya sebagai bentuk hukuman kolektif terhadap penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 1,5 juta orang.
Sebuah kabel diplomatik AS yang dibocorkan oleh WikiLeaks tahun sebelumnya mengutip diplomat Israel yang mengatakan bahwa mereka ingin “menjaga ekonomi Gaza di ambang kehancuran”.
Gisha menyatakan: “Tujuan resmi dari kebijakan ini adalah untuk melancarkan ‘perang ekonomi’ yang akan melumpuhkan ekonomi Gaza dan, menurut Kementerian Pertahanan, menciptakan tekanan terhadap pemerintahan Hamas.”
Perhitungan kebutuhan makanan tersebut, yang dibuat pada Januari 2008, menerapkan kebutuhan rata-rata 2.279 kalori per orang per hari, sesuai dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menurut dokumen tersebut.
“Stabilitas upaya kemanusiaan sangat penting untuk mencegah berkembangnya kekurangan gizi,” demikian tertulis dalam dokumen itu.
Kementerian Pertahanan menyerahkan dokumen perhitungan makanan tersebut kepada Gisha hanya setelah kelompok itu mengajukan permohonan berdasarkan undang-undang kebebasan informasi.
Israel juga menggunakan pedoman rahasia yang membingungkan untuk membedakan antara kebutuhan kemanusiaan dan barang mewah yang tidak penting. Akibatnya, birokrat militer yang menegakkan blokade mengizinkan masuknya salmon beku dan yogurt rendah lemak ke Gaza, tetapi melarang ketumbar dan kopi instan.
Untuk melawan blokade tersebut, Hamas membangun jaringan terowongan yang digunakan untuk menyelundupkan makanan, senjata, dan barang selundupan lainnya dari Mesir dengan harga yang sangat tinggi.
Di Gaza, juru bicara Hamas Fawzi Barhoum mengatakan bahwa dokumen tersebut adalah “bukti bahwa blokade Gaza direncanakan, dan sasarannya bukan Hamas atau pemerintah, seperti yang selalu diklaim oleh pihak penjajah. Blokade ini menargetkan seluruh manusia… dokumen ini seharusnya digunakan untuk mengadili penjajah atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan di Gaza.”
Meskipun embargo tersebut melumpuhkan ekonomi Gaza, para pengamat tidak pernah mendeteksi adanya krisis pangan yang berkembang di wilayah tersebut, karena penduduknya sangat bergantung pada bantuan pangan internasional.
Israel terpaksa melonggarkan blokade darat di bawah tekanan internasional setelah serangan mematikan terhadap armada kapal internasional yang menuju Gaza pada Mei 2010.
Sejak saat itu, barang konsumsi telah dapat bergerak bebas dari Israel ke Gaza, tetapi bahan bangunan sebagian besar masih dilarang masuk. Israel beralasan bahwa militan Gaza dapat menggunakan barang-barang seperti pipa dan semen untuk melakukan serangan terhadap komunitas Israel di selatan.
Israel menyatakan bahwa blokade laut, yang masih berlaku hingga kini, diperlukan untuk mencegah penyelundupan senjata melalui laut. Negara itu juga tetap membatasi ekspor, yang semakin memperburuk kondisi ekonomi Gaza.
Sumber : The Guardian