أقوال العلماء في إمام قوم وهم له كارهون
Pendapat Para Ulama tentang Imam yang Dihujat oleh Kaumnya
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Pendapat Para Ulama tentang Imam yang Dihujat oleh Kaumnya ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
السلام عليكم
ما حكم صلاة الجماعة التي يؤمها إمام يقوم بالتمييز بين الناس في مجال العمل أو المعاملة؟ وجزاكم الله خيراً.
Assalamu ‘alaikum.
Bagaimana hukum shalat berjamaah yang diimami oleh seseorang yang bersikap pilih kasih terhadap manusia dalam pekerjaan atau perlakuan? Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan.
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فصلاة الجماعة خلف هذا الرجل صحيحة إذا توفرت فيه شروط الإمامة بأن يكون عاقلاً مسلماً ذكراً. والأفضل إن يؤم الناس من هو أكمل حالاً، ولذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم:
Shalat berjamaah di belakang orang seperti ini tetap sah, selama terpenuhi padanya syarat-syarat seorang imam — yaitu berakal, muslim, dan laki-laki. Namun yang lebih utama adalah hendaknya yang menjadi imam adalah orang yang paling sempurna keadaannya. Karena Rasulullah ﷺ bersabda:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله، فإن كانوا في القراءة سواء فأعلمهم بالسنة، فإن كانوا في السنة سواء فأقدمهم هجرة، فإن كانوا في الهجرة سواء فأكبرهم سناً
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling baik bacaan Al Qurannya. Jika mereka sama dalam bacaan, maka yang paling mengetahui sunnah. Jika sama dalam sunnah, maka yang paling dahulu berhijrah. Jika sama dalam hijrah, maka yang paling tua usianya.” (Hadits Riwayat Imam Muslim)
ولا يجوز للرجل أن يؤم قوما وهم له كارهون، لحديث أبي أمامة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
Tidak boleh seseorang mengimami suatu kaum sementara mereka membencinya. Hal ini berdasarkan hadits Abu Umamah ra, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
ثلاثة لا تجاوز صلاتهم آذانهم: العبد الآبق حتى يرجع، وامرأة باتت وزوجها عليها ساخط، وإمام قوم وهم له كارهون
“Tiga golongan yang shalatnya tidak melewati telinga mereka: budak yang melarikan diri hingga kembali, wanita yang bermalam sementara suaminya murka kepadanya, dan imam suatu kaum yang mereka benci.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al-Albani)
قال أبو عيسى الترمذي بعد هذا الحديث: وقد كره قوم من أهل العلم أن يؤم الرجل قوماً وهم له كارهون، فإذا كان الإمام غير ظالم فإنما الإثم على من كرهه لغير سبب شرعي.
Abu Isa At-Tirmidzi berkata setelah meriwayatkan hadits ini: “Sebagian ulama memakruhkan seseorang mengimami suatu kaum yang membencinya. Namun bila imam tersebut tidak berbuat zalim, maka dosa itu ditanggung oleh mereka yang membencinya tanpa alasan yang benar.”
وقال أحمد وإسحاق في هذا: إذا كره واحد أو اثنان أو ثلاثة فلا بأس أن يصلي بهم حتى يكرهه أكثر القوم.
Imam Ahmad dan Ishaq berkata dalam hal ini: “Jika hanya satu, dua, atau tiga orang yang membencinya, maka tidak mengapa ia tetap menjadi imam sampai mayoritas jamaah membencinya.”
قال ابن العربي في عارضة الأحوذي: وأما الإمام للقوم وهم يكرهونه فقال قوم: هو الإمام الجائر وهو ملعون، ولا يمتنع أن يكون إمام الصلاة مثله إذا كان فاجراً، فإن كان ذلك من ظلم الجماعة له وهو على طريقة حسنة لم يدخل في الذم. انتهى
Ibnu Al-Arabi berkata dalam ‘Aaridhah Al-Ahwadzi: “Adapun imam yang diimami oleh kaum yang membencinya, sebagian ulama berkata bahwa yang dimaksud adalah imam yang zalim, dan dia terlaknat. Tidak mustahil bahwa yang dimaksud juga imam shalat yang fasik. Namun jika kebencian jamaah itu karena kezhaliman mereka padanya sementara imam tersebut berada di jalan yang baik, maka ia tidak termasuk dalam celaan ini.”
قال هناد قال جرير قال منصور بن المعتمر السلمي: فسألنا عن أمر الإمام ؟ فقيل لنا: إنما عنى بهذا أئمة ظلمة، فأما من أقام السنة فإنما الإثم على من كرهه.
Hannad meriwayatkan dari Jarir, dari Mansur bin Al-Mu‘tamir As-Sulami: “Kami bertanya tentang makna hadits ini, lalu dijawab: yang dimaksud adalah para imam yang zalim. Adapun imam yang menegakkan sunnah, maka dosa ada pada orang yang membencinya.”
والحاصل: أن الصلاة وراءه صحيحة، وأما فعله هذا فلا يؤثر في صحة الصلاة، وإثمه عليه إن ترتب على تمييزه بين الناس ظلم أو تولية من لا يستحق، والواجب النصح والأمر بالمعروف والتعاون على البر والتقوى.
Kesimpulannya: shalat di belakang imam seperti ini tetap sah. Adapun perbuatannya yang membeda-bedakan orang tidak memengaruhi keabsahan shalat, namun dosanya tetap ditanggung olehnya apabila sikap pilih kasih itu mengandung kezaliman atau menyebabkan seseorang yang tidak layak diberi kedudukan. Kewajiban kita adalah menasihati dengan baik, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan saling bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan.
والله أعلم.
Wallahu a‘lam.
Sumber : IslamWeb
“`html
Leave a Reply