Hukum Orang yang Mendatangi Tukang Ramal

يختلف حكم من أتى الكهان باختلاف نيته

Hukum Orang yang Mendatangi Tukang Ramal Berbeda Sesuai Niatnya

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Hukum Orang yang Mendatangi Tukang Ramal Berbeda Sesuai Niatnya ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

اذكر حالات سؤال الكاهن مع حكم كل حالة.

Sebutkan keadaan-keadaan orang yang bertanya kepada tukang ramal beserta hukum bagi masing-masing keadaannya.

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فيختلف حكم من أتى الكاهن، أو العراف باختلاف حاله، ويمكن حصره في ثلاث حالات:

Hukum orang yang mendatangi tukang ramal atau dukun berbeda-beda sesuai keadaannya, dan dapat dirinci menjadi tiga keadaan:

الأولى: من أتاه، وصدّقه في قوله، معتقدًا علمه بالغيب، فإنه يكفر كفرًا مخرجًا من الملة، بلا خلاف؛ وذلك لإشراكه به مع الله في علم الغيب، الذي استأثر به لنفسه، قال سبحانه:

Pertama: Orang yang mendatangi tukang ramal dan mempercayai ucapannya dengan keyakinan bahwa ia mengetahui perkara gaib, maka ia telah kafir, kufur yang mengeluarkannya dari Islam tanpa ada perbedaan pendapat. Karena ia telah menyekutukan Allah dalam hal pengetahuan tentang perkara gaib yang hanya dimiliki oleh Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah.” (Surah An Naml ayat 65)

ولجحده تكذيب النبي صلى الله عليه وسلم لهم، حيث قال صلى الله عليه وسلم: 

Ia juga telah mendustakan Nabi ﷺ, karena beliau bersabda :

من أتى كاهنًا، أو عرافًا، فصدقه فيما يقول، فقد كفر بما أنزل على محمد. رواه أحمد، والحاكم عن أبي هريرة -رضي الله عنه-.

“Barang siapa mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai ucapannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (Hadits Riwayat Ahmad dan Al-Hakim dari Abu Hurairah ra)

وأما من أتاه، وصدقه، مع اعتقاده أنه لا يعلم الغيب، وأنه يأخذ أخباره من الجنّ الذين يسترقون السمع، أو من القرين المصاحب للإنسان، فبعض العلماء قال: إنه يكفر كفرًا مخرجًا من الملة، والبعض الآخر قال: كفرًا دون كفر، وهو كبيرة من الكبائر.

Adapun orang yang mendatangi tukang ramal dan mempercayai ucapannya, tetapi dengan keyakinan bahwa ia tidak mengetahui perkara gaib, melainkan memperoleh informasi dari jin yang mencuri pendengaran atau dari qarin (pendamping jin) seseorang, maka sebagian ulama berpendapat bahwa hal itu termasuk kekafiran yang mengeluarkan dari Islam. Namun sebagian lainnya berpendapat bahwa itu termasuk kufur kecil (kufur yang tidak mengeluarkan dari Islam) dan merupakan dosa besar.

والثانية: من أتاه لمجرد السؤال، ولم يصدّقه، فهذا لم يكفر، لكنه ارتكب كبيرة من الكبائر، ويحرم ثواب صلاته أربعين يومًا؛ زجرًا له على معصيته، فعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال:

Kedua: Orang yang mendatanginya hanya untuk bertanya tanpa mempercayai ucapannya, maka ia tidak kafir, tetapi telah melakukan dosa besar. Pahalanya atas shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari sebagai hukuman baginya atas kemaksiatannya. Nabi ﷺ bersabda:

من أتى عرافًا، فسأله عن شيء، لم تقبل له صلاة أربعين ليلة. رواه مسلم، وأحمد عن بعض أمهات المؤمنين.

“Barang siapa mendatangi tukang ramal, lalu menanyakan sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.” (Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad dari sebagian Ummahatul Mukminin)

الثالثة: من أتاه ليبين للناس كذبه، أو لينكر عليه فعله، وهذا مشروع، مأجور صاحبه على ذلك، بل قد يكون واجبًا عليه، إن كان مستطيعًا له، وذلك قيامًا بواجب الأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر.

Ketiga: Orang yang mendatangi tukang ramal dengan tujuan untuk menjelaskan kepada manusia kebohongannya atau menegur perbuatannya. Maka hal ini diperbolehkan, bahkan orang yang melakukannya mendapat pahala, dan bisa jadi wajib baginya jika ia mampu, karena itu termasuk pelaksanaan kewajiban amar makruf nahi mungkar.

والله أعلم.

Wallahu a’lam.

Sumber : IslamWeb