Asal Qiroat Syadzah (2)



نشأة القراءات الشاذة

Asal Qiroat Syadzah (Bagian Kedua)

Oleh : Syaikh Yasri Husain Muhammad Sa’ad

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Asal Qiroat Syadzah masuk dalam Kategori Ilmu Qiroat

Setelah Wafatnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam

ثم بعد وفاة النبي صلى الله عليه وسلم‘ خرج حفاظ القرآن إلى المواطن يجاهدون في سبيل الله مع من يجاهد من الصحابة رضوان الله عليهم، فاستحر فيهم القتل، ففزع أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم لذلك، 

Setelah wafatnya Nabi ﷺ, para penghafal al Quran dari kalangan sahabat keluar ke berbagai medan jihad bersama para sahabat lainnya dalam rangka berjihad di jalan Allah. Namun, banyak dari mereka yang gugur dalam peperangan, yang menyebabkan kekhawatiran di kalangan sahabat akan hilangnya sebagian besar al Quran akibat gugurnya para penghafal.

فأشار الفاروق عمر رضي الله عنه على أبي بكر رضي الله عنهما، بأن يجمع القرآن خوفًا عليه من الضياع، فكان ما أراد، وحفظ الله كتابه وصدق وعده بالتكفل بحفظه

Oleh karena itu, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menyarankan kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu agar al Quran dikumpulkan dalam satu mushaf, demi menjaga agar tidak hilang. Abu Bakar pun menyetujui saran tersebut, sehingga Allah menjaga kitab-Nya sebagaimana janji-Nya dalam firman-Nya:

﴿ نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ﴾ [الحجر: ٩]

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al Quran, dan sesungguhnya Kami pula yang akan menjaganya.” (ٍSurah Al Hijr ayat 9)

ففي الصحيح وغيره؛ قال الزُّهْرِيُّ: أَخْبَرَنِي ابْنُ السَّبَّاقِ أَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ الأَنْصَارِيَّ رضي الله عنه، وَكَانَ مِمَّنْ يَكْتُبُ الْوَحْيَ، قال: 

Dalam sebuah riwayat yang shahih, Az-Zuhri berkata bahwa Ibn Sabbaq mengabarkan kepadanya bahwa Zaid bin Tsabit Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan salah seorang penulis wahyu, menceritakan :

أَرْسَلَ إِلَيَّ أَبُو بَكْرٍ مَقْتَلَ أَهْلِ الْيَمَامَةِ وَعِنْدَهُ عُمَرُ، فَقال: أَبُو بَكْرٍ إِنَّ عُمَرَ أَتَانِي فَقال: إِنَّ الْقَتْلَ قَدِ اسْتَحَرَّ يَوْمَ الْيَمَامَةِ بِالنَّاسِ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَسْتَحِرَّ الْقَتْلُ بِالْقُرَّاءِ فِي الْمَوَاطِنِ فَيَذْهَبَ كَثِيرٌ مِنَ الْقُرْآنِ، إِلاَّ أَنْ تَجْمَعُوهُ، وَإِنِّي لأَرَى أَنْ تَجْمَعَ الْقُرْآنَ. قال أَبُو بَكْرٍ: قُلْتُ لِعُمَرَ كَيْفَ أَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم؟ فَقال: عُمَرُ هُوَ وَاللهِ خَيْرٌ.

“Abu Bakar mengutusku setelah banyaknya penghafal al Quran yang gugur dalam perang Yamamah, dan saat itu Umar juga berada di sana. Abu Bakar berkata kepadaku, ‘Umar telah datang kepadaku dan berkata, “Banyak penghafal al Quran yang telah gugur dalam perang Yamamah, dan aku khawatir jika hal ini terus terjadi di berbagai pertempuran, banyak bagian al Quran yang akan hilang. Maka, menurutku sebaiknya al Quran dikumpulkan.”’ Lalu aku berkata kepada Umar, ‘Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah ﷺ?’ Umar menjawab, ‘Demi Allah, ini adalah hal yang baik.’”

فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى شَرَحَ اللهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ. قال زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ: وَعُمَرُ عِنْدَهُ جَالِسٌ لاَ يَتَكَلَّمُ. فَقال أَبُو بَكْر:ٍ إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ وَلاَ نَتَّهِمُكَ، كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْيَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَتَتَبَّعِ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ. 

Zaid bin Tsabit melanjutkan:

“Umar terus mendesakku hingga Allah melapangkan dadaku untuk melaksanakan apa yang Allah lapangkan bagi Abu Bakar dan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, ‘Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas dan tidak kami ragukan kejujuranmu. Engkau dahulu menulis wahyu untuk Rasulullah ﷺ, maka telitilah al Quran dan kumpulkanlah!’

فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفَنِي نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الْجِبَالِ مَا كَانَ أَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا أَمَرَنِي بِهِ مِنْ جَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلاَنِ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ؟ فَقال أَبُو بَكْر:ٍ هُوَ وَاللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ أَزَلْ أُرَاجِعُهُ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ اللهُ لَهُ صَدْرَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، 

Demi Allah, seandainya mereka memintaku untuk memindahkan sebuah gunung, itu tidak akan lebih berat bagiku dibandingkan perintah untuk mengumpulkan al Quran. Maka aku berkata kepada Abu Bakar dan Umar, ‘Bagaimana kalian bisa melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Nabi ﷺ?’ Abu Bakar menjawab, ‘Demi Allah, ini adalah kebaikan.’ Maka aku pun terus mendiskusikannya hingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.

فَقُمْتُ فَتَتَبَّعْتُ الْقُرْآنَ أَجْمَعُهُ مِنَ الرِّقَاعِ وَالأَكْتَافِ وَالْعُسُبِ وَصُدُورِ الرِّجَالِ، حَتَّى وَجَدْتُ مِنْ سُورَةِ التَّوْبَةِ آيَتَيْنِ مَعَ خُزَيْمَةَ الأَنْصَارِيِّ لَمْ أَجِدْهُمَا مَعَ أَحَدٍ غَيْرِه: ﴿ لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ ﴾ [التوبة: ١٢٨] إِلَى آخِرِهِمَا. 

Aku mulai meneliti dan mengumpulkan al Quran dari pelepah kurma, batu tipis, dan hafalan manusia, hingga aku menemukan dua ayat terakhir dari Surah At-Taubah yang hanya ditemukan pada Khuzaymah Al-Anshari dan tidak ditemukan pada siapa pun selainnya: “Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri; berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu.” (QS. At-Taubah: 128-129).”

وَكَانَتِ الصُّحُفُ الَّتِي جُمِعَ فِيهَا الْقُرْآنُ عِنْدَ أَبِي بَكْرٍ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ عِنْدَ عُمَرَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ عِنْدَ حَفْصَةَ بِنْتِ عُمَرَ.

“Lembaran-lembaran al Quran yang telah dikumpulkan itu berada pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya, kemudian berpindah kepada Umar hingga Allah mewafatkannya, dan akhirnya berada pada Hafshah binti Umar.”

Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah

Sumber : Alukah



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.