Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Sesudah setengah lusin suapan, atau setelah sekitar 10 atau 15 menit, satu per satu orang berhenti makan. Setelah semuanya berhenti, mereka minta izin untuk “mengikuti kehendak saya” (nuwun sakersa) dan setelah diizinkan, mereka meninggalkan rumah dengan membungkuk agar tidak menggagahi tuanrumah yang lagi duduk, kurang lebih 10 atau 15 menit setelah mereka datang. Kebanyakan makanan tidak habis termakan. Hidangan itu dibawa pulang, dibungkus dengan daun pisang, untuk dinikmati sendiri di rumah bersama isteri dan anak-anak. Dengan kepergian mereka, upacara slametan pun selesai. Makna Slametan Slametan, dengan demikian, merupakan upacara inti yang mendasar di sebagian masyarakat Mojokuto dimana pandangan dunia abangan paling menonjol. Pada beberapa peristiwa, misalnya, keyka memulai perjalanan, slametan mungkin mencakup keseluruhan upacara. Pada peristiwa lain, seperti pesta perkawinan, slametan boleh jadi sangat singkat, tertutup oleh berbagai macam ritus dan perbuatan upacara lain yang lebih teperinci sehingga kalau kita tidak memperhatikan dengan teliti, emuanya akan luput dari pengamatan. Pada peristiwa lain— kematian, misalnya—kedaruratan situasi bisa menyebabkan seluruh bagian upacara slametan ditiadakan samasekali. Karena semua atau hampir semua upacara abangan dalam arti tertentu merupakan variasi dari tema ritus yang mendasar ini, maka pengertian tentang makna slametan bagi mereka yang mengadakannya akan membawa serta pemahaman terhadap banyak segi dari pandangan dunia abangan dan menyediakan kunci bagi penafsiran terhadap upacara mereka yang lebih kompleks. Mengapa orang Jawa menyelenggarakan slametan? Ketika saya menanyakan ini kepada seorang tukang batu berusia lanjut, ia mengajukan dua alasan: “Bila Anda mengadakan slametan, tak seorang pun merasa dirinya berbeda dari orang lain dan dengan demikian, mereka tidak mau berpisah. Lagipula, slametan menjaga Anda dari makhluk-makhluk halus sehingga mereka tidak akan mengganggu Anda”. Kecenderungan untuk menyatakan implikasi dari tingkahlaku sosial dengan istilah- istilah psikologis, menurut efek akhirnya pada keseimbangan emosional seorang individu dan untuk menyatakan implikasi itu secara negatif, adalah khas. Dalam slametan, setiap orang diperlakukan sama. Hasilnya