Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
adalah tak seorang pun merasa berbeda dari yang lain, tak seorang pun merasa lebih rendah dari yang lain dan tak seorang pun punya keinginan untuk mengucilkan diri dari orang lain. Juga, setelah kita menyelenggarakan slametan, arwah setempat tidak akan mengganggu kita, tak akan membuat kita merasa sakit, sedih, atau bingung. Sasaran- sasaran itu bersifat negatif dan kejiwaan—ketiadaan perasaan agresif terhadap orang lain, ketiadaan kekacauan emosional. Keadaan yang didambakan adalah slamet, yang oleh orang Jawa didefinisikan dengan kata-kata “gak ana apa-apa”—“tidak ada apa-apa” atau lebih tepatnya, “tak ada sesuatu yang akan menimpa (seseorang)”. Tetapi karena sesuatu mungkin saja terjadi serta hampir tak bisa dihindari, kalangan abangan yang menyadari hal ini, mempersonifikasi kemungkinan kemalangan ini dilihat dari sisi kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus dan mencoba mengatasi mereka melalui slametan. Di Jawa, kata salah seorang informan saya, dengan pan- dangan relativisme budaya Jawa yang umum, makhluk-makhluk halus itumemang sangat mengganggu: “Saya tidak tahu bagaimana di Amerika, tetapi di sini, mereka selalu menimbulkan kesulitan” Alasan untuk hal ini, tak pelak lagi, adalah karena jumlah arwah lebih banyak di Jawa—di sekitar rumah (khususnya di kakus), di tempat-tempat yang tidak biasa, di sekitar kuburan, di reruntuhan Hindu dan hutan belantara penuh sesak dengan mereka. Kemenyan serta bau makanan di tempat slametan dianggap sebagai makanan buat makhluk-makhluk halus itu, agar mereka jadi jinak dan tidak akan mengganggu yang hidup. Sebagaimana dikatakan sleh seorang Jawa: Dalam slametan, segala jenis makhluk halus duduk bersama kita dan mereka juga ikut menikmati makanan. Karenanya, makanan itulah yang menjadi inti slameran, bukan do'anya. Makhluk-makhluk halus tersebut menyantap bau makanan. Itu sama seperti pisang ini. Saya mencium baunya, tetapi ia tidak hilang, Itulah kenapa makanan itu masih tertinggal untuk kita setelah makhluk-makhluk halus tersebut memakannya.! Catatan: " Bait kutipan ini dan bait-bait lain yang dikutip dalam teks ini tanpa referensi sumber, adalah transkripsi dari catatan lapangan penulis.