Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
seorang anak ke sana, seperti yang dilakukan kebanyakan orang. Di tempat keramat itu, anak tersebut memberikan hidangan kepada juru kunci, mengutarakan kepadanya untuk apa slametan itu—apa “mak- sudnya”. Juru kunci akan menerima hidangan itu, membakar kemenyan dan menaburkan bunga ke atas kepala patung Ganesha. Kemudian ia mengumpulkan bunga-bunga layu yang sudah ditaburkan orang se- belumnya, lalu dimasukkan ke dalam kantong untuk diberikan kepada anak itu. Bunga-bunga ini dibawa pulang, lalu dimasukkan ke dalam air dan orang yang menyelenggarakan slametan itu akan meminumnya atau menggunakannya sebagai obat penawar untuk keperluan kesejahteraan umum atau slamet sepenuhnya. Orang yang merasa kikuk memasak nasi untuk slametan, bisa membeli bunga di pasar seharga satu tali dan memberi satu rupiah kepada juru kunci sebagai ganti nasi. Makanan itu dibagi-bagikan kepada fakir miskin yang berkerumun menantj di sekitar tempat keramat itu (atau setiap orang yang “berani" memintanya, kata juru kunci itu). Namun, setiap kali saya memperhatikan upacara ini, tampaknya juru kunci itu memperoleh bagian yang paling besar, suatu hal yang masuk akal mengingat ia sendiri tak begitu kaya. Pada hari baik, saya pernah melihat lebih dari 50 orang, beberapa di antaranya datang dari tempat yang jauhnya sekitar 32 kilometer, melakukan upacara slametan untuk Mbah Buda. Danyang: Makhluk Halus Pelindung Danyang umumnya adalah nama lain dari demit (yang adalah kata dasar Jawa yang berarti “makhluk halus”). Seperti demit, danyang tinggal menetap di suatu tempat yang disebut punden: seperti demit, mereka merespons permintaan tolong orang dan sebagai imbalannya, menerima janji akan slametan. Seperti demit, mereka tidak menyakiti orang, hanya bermaksud melindungi. Namun, berbeda dengan demit, beberapa danyang dianggap sebagai arwah dari tokoh-tokoh sejarah yang sudah meninggal: pendiri desa tempat mereka tinggal, orang pertama yang membabat tanah. Setiap desa biasanya mempunyai seorang danyang? utama. Danyang desa, ketika mereka masih hidup sebagai manusia, datang ke desa selagi masih berupa hutan belantara, membersihkannya serta membagi-bagi tanah kepada para pengikutnya, keluarganya, teman- temannya dan ia sendiri menjadi kepala desanya (lurah) yang pertama.